Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Ada baiknya kita berhati-hati dalam menggunakan ponsel. Jangan terlalu sering, sebab bisa jadi kita kecanduan, tak bisa lepas dari ponsel. Akibat terburuk, kita bakal terkena radiasi, seperti dialami Raden Tri Sakti.
Bocah 12 tahun asal Dusun Bangkuang, Desa Salam Jaya, Kecamatan Pabuaran, Subang, Jawa Barat, itu didiagnosa mengalami gangguan syaraf akibat radiasi ponsel. Dia memang kecanduan bermain game online yang dimainkan lewat telepin genggam.
Diagnosa itu keluar setelah Raden Tri Sakti dibawa ke Rumah Sakit Siloam, Purwakarta. Menurut keluarganya, Raden Tri Sakti dilarikan ke rumah sakit bulan lalu. " Karena sering mengeluh sakit kepala," kata Babinsa Desa Salam Jaya, Sertu Sugeng, dikutip dari jabarekspres.com, Juma 26 Februari 2021.
Berdasarkan diagnosa dokter RSU Siloam, kata Sugeng, Raden Tri Sakti mengalami gangguan syaraf. “ Kata dokternya ada gangguan syaraf yang kemungkinan diakibatkan radiasi HP,” katanya.
Menurut Sugeng, Raden Tri Sakti sempat menjalani rawat inap selama dua pekan di rumah sakit tersebut. Namun sayang, kondisinya tak kunjung membaik.
“ Bahkan kaki dan tangannya tidak bisa digerakkan sama sekali, akhirnya korban dibawa pulang,” tutur Sugeng.
Setelah dibawa pulang, Raden Tri Sakti menjalani rawat jalan. Namun akhirnya dibawa kembali ke rumah sakit. " Akan tetapi nyawa anak tidak tertolong dan meninggal," ujar Sugeng.
Sementara itu, keluarga Raden Tri Sakti menggelar acara tahlilan dan doa bersama di rumah duka. Kerabat dan tetangga almarhum berdatangan ke rumah duka. Mereka pun menyampaikan duka yang mendalam dan keprihatinan atas nasib malang yang dialami anak tersebut.
Keluarga almarhum berharap, kasus yang menimpa anak tersebut menjadi pelajaran bagi orang tua agar bisa mengontrol anak-anaknya dalam menggunakan telepon genggam. Sehingga kasus kematian anak akibat radiasi telepon genggam tidak terulang.
Sumber: jabareskpres.com
Dream - Kecanduan smartphone di kalangan remaja sudah menjadi masalah yang sangat umum. Namun kini perhatian orang tua sepertinya harus semakin ditingkatkan. Akibat dari candu Ponsel bisa berdampak serius.
Masalah kecanduan Ponsel pada remaja biasa terjadi karena mereka tidak dipantau ketika diberi akses penuh terhadap smartphone tersebut.
Remaja yang kecanduan smartphone bisa menyebabkan masalah kesehatan, mulai dari mata hingga kerusakan otak.
Terbaru, seorang remaja berusia 13 tahun divonis menderita gangguan kognitif karena kecanduan smartphone.
Remaja dari Provinsi Zhejiang, China itu mendapat hadiah ulang tahun berupa smartphone dari ibunya awal tahun ini.
Ibunya berharap smartphone itu bisa menjadi alat komunikasi karena dia dan suaminya sibuk bekerja.
Namun, apa yang diharapkan oleh ibu dari remaja tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
Laman Oriental Daily melaporkan anak itu justru lebih sering bermain game setiap hari hingga larut malam.
Karena menggunakan smartphone setiap hari hingga tengah malam, anak itu mulai mendapat masalah kesehatan.
Sekitar sebulan yang lalu, remaja itu tiba-tiba menggila di sekolah. Dia terus membenturkan kepalanya di dinding.
Karena membahayakan keselamatannya, gurunya langsung menghubungi orang tua remaja itu.
Tak lama kemudian, ibu remaja itu datang ke sekolah dan menemukan situasi yang menyedihkan tentang putranya.
Tubuh bocah lemas, sementara wajahnya mengejang dan tidak responsif terhadap panggilan ibunya.
Tanpa menunda lagi, keluarganya membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Bukannya membaik, kondisinya memburuk hingga remaja itu terlihat seperti anak yang cacat mental.
Meski berusia 13 tahun, dia berperilaku seperti bayi yang tidak bisa berjalan atau berbicara.
Bahkan setelah dibawa ke Departemen Neurologi dan Departemen Rheumatologi, kondisinya masih belum membaik.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan yang terperinci terhadap remaja tersebut. Setelah memeriksa laporan sebelumnya, dokter mendiagnosis dia dengan Autoimmune Encephalitis.
Autoimmune Encephalitis adalah kategori baru dari penyakit yang dimediasi oleh sistem kekebalan tubuh yang melibatkan sistem saraf pusat yang mengarah pada gangguan kognitif, menurut American Journal of Neuroradiology.
Intinya, gangguan autoimun menyerang otak hingga mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan kognitif.
Namun, setelah diberi obat dan perawatan, kondisi remaja itu akhirnya mulai membaik.
Wajah remaja itu tidak mengejang dan dia bisa bicara lagi. Pada hari keempat, dia mulai mengenali orang tuanya.
Pada hari ke-12, kesehatan remaja itu telah meningkat secara dramatis dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit.
Dokter menjelaskan, karena bermain smartphone terus-menerus hingga tengah malam dan tidak mendapatkan istirahat yang baik, sistem kekebalan tubuh remaja itu melemah. Inilah yang mengakibatkan dia menderita Autoimmune Encephalitis.
(Sah, Sumber: World of Buzz)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal