Keluarga Besar Mukmin Yang Mempunyai 24 Saudara, Dan Semuanya Mondok. (Foto: MStar)
Dream - Kehadiran anak-anak merupakan anugerah tak ternilai yang selalu dinantikan oleh para keluarga.
Tak heran pasangan 'jadul' selalu dikaruniai jumlah anak yang banyak. Sudah terbayang betapa riuh rendah suasana rumah.
Begitu juga dengan keluarga pemuda Malaysia yang memiliki saudara dengan jumlah banyak sekali, hingga 24 orang!
Berbagi cerita kepada mStar, Muhammad Mukmin Jalaluddin Al Muttaqi mengatakan semua saudaranya itu berasal dari dua ibu dan satu bapak.
Pemuda yang kerap disapa Mukmin ini mengaku sebagai anak ke lima dari 24 bersaudara tanpa menyebut dia dari ibu pertama atau ke dua.
" Kami mempunyai dua ibu. Ibu pertama ada 15 anak, dan ibu ke dua punya sembilan anak.
" Usia kami sekarang lingkungan 35 tahun, yang paling bungsu berusia 12 tahun," ujar pemuda berusia 29 tahun ini.
Menariknya, semuanya tinggal di dalam sebuah rumah yang sama yang dibagi dalam dua bagian.
" Walaupun situasi pandemi, keluarga kami tetap meriah. Yang bujang dan yang masih kecil semua tinggal di rumah sama, kecuali ada dua saudara tinggal di negeri lain.
" Saudara yang sudah menikah pun tinggal berdekatan dengan rumah kami, hanya perlu kurang 15 menit saja (ke sana)," kata Mukmin membuka cerita tentang keluarganya.
Menurut Mukmin, hari-harinya di rumah itu selalu ramai, apalagi saat hari raya sangat meriah.
Tak perlu menunggu sanak saudara dekat mau jauh datang, suasana rumah sudah ramai dengan saudara-saudaranya.
Kalau hari raya, Mukmin dan ke-23 saudaranya memiliki baju lebaran yang sama dan masing-masing punya dua warna.
" Begitu juga dengan makanan lebaran. Biasanya masak jenis yang berbeda dan kami saling bertukar makanan," kata Mukmin.
Bercerita lebih lanjut, pemuda yang menetap di Dungun, Terengganu, mengatakan dukanya punya saudara banyak adalah di antara keluarganya sering salah sebut nama atau panggilan.
" Ada antara kami yang diberi nama panjang seperti saya misalnya... memang susah mau mengingat semuanya, lebih-lebih lagi kalau ditanya spontan. Begitu juga kalau orang tanya ini yang nomor berapa?
" Ayah saya sendiri pun kadang-kadang tertukar saat memanggil nama atau panggilan anaknya," ujarnya ketawa kecil.
Seperti keluarga besar lainnya, Mukmin mengaku sering menemui situasi ketika orang-orang terkejut begitu diberitahu jumlah saudaranya.
" Reaksi terkejut atau terkesima itu hal biasa. Boleh dibilang 99 persen orang yang kami temui akan beri reaksi demikian," katanya.
Namun ada juga saat dia dan saudara-saudaranya mendapat pengalaman tak mengenakan hingga menyeret orangtua mereka.
Makanya, semua saudaranya memilih untuk tidak mengikuti pendidikan formal di sekolah. Sebagian saudaranya putus tengah jalan.
" Ada dua orang yang sampai tamat kelas enam, namun ada yang cuma sampai kelas empat. Namun kami semua 'home school' diajar oleh ibu sendiri. Kemudian mayoritas saudara saya lebih cenderung sekolah di pondok.
" Bukan ayah tak mampu, tapi kemauan kami memang ke arah itu. Kebanyakan termasuk saya mondok di Thailand, tapi karena pandemi, semuanya pindah di Terengganu saja.
" Alhamdulillah, dua dari kami pernah jadi wakil dalam pertandingan hafalan Quran hingga peringkat internasional, dan banyak juga jadi wakil di tingkat nasional," ujarnya lagi
Mengenai semua saudaranya yang memilih untuk mondok, dan tidak ada yang meneruskan kuliah di sekolah formal, Mukmin bilang semua itu mungkin sudah jadi takdir keluarganya.
" Dulu banyak yang heran karena semuanya masuk pondok, sampai ayah pernah ditanya apa semua anak mau jadi ustaz? Mereka khawatir kami masa depan kami tak terjamin.
" Bukan saya menolak pendidikan formal, tapi kita perlu lihat dunia ini dari perspektif lebih luas dan bersifat terbuka. InsyaAllah masalah rezeki, syarat utamanya adalah harus rajin. Itu saja," pungkasnya.