Wamenag Zainut Tauhid Saadi (Foto: Kemenag)
Dream - Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi terkejut dengan sejumlah pemuda Tanah Air yang belajar perang di Afghanistan. Padahal banyak ulama dari negara tersebut datang ke Indonesia untuk belajar tentang keberagaman dan kerukunan antar umat beragama.
" Aneh, ada pemuda kita, anak muda Indonesia ke Afganistan untuk belajar perang, lalu pulang ke Indonesia dan malah ngajarin indonesia perang," kata Zainut dikutip Dream dari laman Kementerian Agama, Senin, 25 November 2019.
Zainut mengatakan, fenomena ini harus diwaspadai. Sebab, Indonesia sedang giat memasarkan pola keberagamaan yang moderat kepada dunia internasional agar benar-benar menjadi referensi bagi negara-negara lain tentang harmoninya antara agama dengan demokrasi.
Upaya yang dilakukan antara lain dengan menggelar pertemuan ulama-ulama sedunia.
" Masyarakat dunia menyaksikan Indonesia dapat dijadikan sebagai contoh. Dan itu salah satunya terlihat dari kerukunan masyarakat Maluku. Maluku menjadi miniatur Indonesia yang menjadi contoh dunia," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Kanwil Kemenag Maluku, Fesal Musaad mengajak semua pihak untuk belajar kerukunan dari Bumi Ambon Manise.
" Kalau kita mau belajar tentang kerukunan dan moderasi beragama, deradikalisasi agama, tidak perlu baca buku yang panjang, datang saja ke sini," kata Fesal.
Fesal mengenang, kisah kelam kehidupan masyarakat Maluku saat terjadi konflik horizontal pada 1999. Tetapi, pengalaman itu berhasil dibalik menjadi kisah indah kerukunan umat beragama.
" Maluku pada tahun 1999 terjadi konflik horizontal. Sekarang Maluku punya cerita sukses, indeks kerukunan Provinsi Maluku ranking tiga terbaik tingkat nasional sejak 2017," ujar Fesal.
" Indeks kebahagiaan dan demokrasi berdasarkan survei BPS 2017 dan 2018 juga terbaik di Indonesia. Bahkan, Ambon pada tahun 2018 mendapat Harmony Award dari Menteri Agama," kata dia.
Ambon, kata Fesal, kini menjadi ruang kelas, tempat belajar kerukunan dan keberagaman.
Dream - Lirik Mars Nahdlatul Ulama (NU) `Ya Lal Wathon` berkumandang di Gereja Katolik Paroki Santa Theresia Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Lagu itu mengiringi sejumlah orang dari Barisan Serba Guna (Banser) NU dan Gusdurian Cilacap memberikan sembilan tumpeng.
Video itu diunggah akun Twitter @kristiadipr. " Terjadi di dunia nyata, g cuma di film. Teman-teman Gusdurian Majenang dan Banser NU mempersembahkan 9 tumpeng utk umat Gereja Katolik Paroki Theresia Lisieux Majenang, Cilacap yg merayakan HUT ke-9 berdirinya Paroki dalam perayaan Ekaristi, 1 Oktober 2019," tulis akun tersebut.
Ulang unggah video dengan audio yang lebih baik. Persembahan 9 tumpeng dari gusdurian dan banser NU Majenang utk umat Gereja Katolik Paroki Majenang yang berultah ke-9. @KatolikG @Banser_CyberNU @NUgarislucu @GusYaqut pic.twitter.com/1eJ9lijjfk
— ig: @kristiadipr (@kristiadipr)October 1, 2019
Tumpeng itu diterima Uskup Purwokerto, Mgr. Christophorus Tri Harsono. Dalam sambutannya, Tri terheran-heran dengan peristiwa yang terjadi.
" Mohon diviralkan untuk paroki-paroki lain. Kenapa? Yang sembilan tahun dikasih sembilan tumpeng, Kathedral itu 90 tahun, artinya 90 tumpeng," ujar Tri.
Tumpeng diterima o/ Uskup Purwokerto, Mgr. Christophorus Tri Harsono n dua romo: romo Boni dan romo Ontong. Sambutan Bapa Uskup sederhana tapi jelas: viralkan dialog yang indah ini!@KatolikG @NUgarislucu @Banser_CyberNU @GusYaqut pic.twitter.com/Q8I1GbgC9E
— ig: @kristiadipr (@kristiadipr)October 1, 2019
Tri mengaku kecolongan dengan pemberian tumpeng ini. " Ini viralkan ke yang lain, ada orang beragama lain tapi jadi satu keluarga, agar yang lain bisa berdialog seperti di Majenang ini," ucap dia.
Si pemilik akun mengaku sengaja menyebar video itu agar narasi perdamaian dan persaudaraan bisa digaungkan untuk melawan kebencian, radikalisme, dan intoleransi.
Romo Boni. ©Liputan6.com/Muhamad Ridlo
Kisah toleransi telah banyak muncul di Majenang. Salah satu kisah yang populer yaitu saat rohaniawan Katolik, Romo Boni Fausius Abbas menuntun syahadat seorang pasien rumah sakit yang meninggal dunia.
Dilaporkan Merdeka.com, Boni saat itu, diminta perawat untuk menemani pasien sekarat. Dia sempat bimbang dengan tindakannya karena jika dia mengucapkan syahadat, maka secara agama Katolik yang dianutnya salah.
Dia pun ragu sebagai penganut Katolik menuntun seorang muslim mengucapkan kalimat-kalimat suci dalam agama Islam.
Namun, dia melihat tak ada orang yang menuntun pasien muslim. Nuraninya pun bergemuruh lebih kencang untuk menolong saudara muslimnya ini. Karenanya, dia bertekad menuntun si muslim mengucapkan syahadat atas nama toleransi.
" Saya berulang-ulang mengucapkan Asyhadu Allaa Ilaahaillallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadarrosulullah. Saya ingin agar ia berada dalam keimanannya," ucap pastor Gereja Santa Theresia tersebut.
Dream - Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara dengan toleransi tinggi. Meski ada ratusan suku, bahasa dan beberapa agama, masyarakat Indonesia tetap rukun dan saling menghargai satu sama lain.
Itulah yang dirasakan masyarakat di Cempaka Putih, Jakarta Selatan. Dikutip dari akun Facebook, Jeferson Goeltom, dia mengunggah sebuah foto keluarganya sedang melakukan kebaktian penutupan peti.
Bukan di dalam gereja, ibadah tersebut digelar umat Kristiani di depan halaman masjid.
" Hari ini mengikuti kebaktian tutup peti, di mana istri keponakan meninggal dunia, karena satu hal lokasi rumah di gang sempit dan peti tidak bisa masuk ke dalam rumah, ada kejadian yang luar biasa yang kami rasakan karena di izinkan beribadah di depan masjid," tulis Goelton seperti diakses Dream, Rabu, 28 Agustus 2019.
Tak lupa, dia juga menuliskan ucapan terima kasih kepada pengurus masjid yang telah mengizinkan prosesi tutup peti dilakukan di halaman masjid.
" Terima kasih saudaraku pengurus masjid dan masyarakat di sekitar atas bantuan dan `Toleransi yang Super Tinggi`," kata dia.
Unggahan tersebut telah dibagikan dan dikomentari lebih dari lima ribu kali. Kebanyakan dari warganet bangga dengan toleransi yang ditunjukan masyarakat kedua agama itu.
Untuk memastikan masjid tersebut berada di wilayah Cempaka Putih, Dream mencoba menelusuri menggunakan aplikasi Google Street.
Masjid tersebut bernama Masjid Darussalam yang berada di Cempaka Baru, Jalan Cempaka Baru Tengah, Jakarta Pusat.
Berdasarkan kecocokan atap, tangga depan pintu dan tulisan yang ada di jendela, ada kesamaan foto dari yang diunggah Goeltom dengan yang ada di Google Street.
Kebaktian di halaman masjid di Cempaka Putih, Jakarta Pusat (Foto: Facebook/Jeferson Goeltom)
Menurut keterangan warga yang rumahnya dekat Masjid Darussalam, Chustur Triatmodjo, masjid mengizinkan kebaktian tutup peti karena rumah keluarga tersebut berada di gang.
" Masjid-masjid di daerah Cempaka Putih memang rata-rata solidaritasnya tinggi, karena banyak penghuni di sini agama Kristen," katanya melalui aplikasi Messenger.
Selain itu, kata dia, warga yang beragama Kristen juga sering melakukan ibadah di rumahnya. Ibadah itu tidak pernah mendapat gangguan dari warga umat lain.
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya