Penyekatan Mobilitas Jelang Larangan Mudik Lebaran 2020 (Shutterstock.com)
Dream - Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi, menegaskan kembali larangan mudik berlaku untuk semua masyarakat. Meski sempat muncul wacana dispensasi khusus untuk santri, dia kembali menyatakan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas satu suara melarang mudik.
" Saya melihat penegasan Wapres dan Menag sama, bahwa ada larangan mudik pada 6-17 Mei yang harus dipatuhi. Tidak ada dispensasi, larangan ini berlaku untuk semua," ujar Zainut, dikutip dari Kemenag.
Zainut juga menegaskan larangan yang ditetapkan Pemerintah tidak ada tujuan lain selain mencegah penyebaran Covid-19. Dia juga meminta masyarakat untuk menjadikan kasus Covid-19 di sejumlah negara, khususnya di India, sebagai bahan pembelajaran.
" Larangan mudik pada 6-17 Mei diterapkan dalam konteks itu, sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19," kata dia.
Dia juga menerangkan larangan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga jiwa dari bahaya. Menurut dia, menjaga jiwa atau khifdhun-nafs adalah perintah agama.
Terkait permohonan dispensasi mudik, Zainut menyatakan hal itu bisa dilakukan sebelum masa larangan mudik berlaku. Tepatnya ketika berlakunya masa pengetatan jelang larangan mudik.
Lebih lanjut, Zainut meminta masyarakat yang akan mudik di masa pengetatan mobilitas untuk mematuhi ketentuan yang berlaku.
Dream - Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menegaskan larangan mudik Lebaran berlaku untuk semua golongan. Pemerintah tidak akan memberlakukan dispensasi mudik bagi para santri yang hendak pulang dari tugasnya belajar.
Gus Yaqut menjelaskan larangan mudik diambil untuk menjaga keselamatan jiwa bersama dari ancaman Covid-19. Dia mengakui kebijakan ini sulit diterima terutama oleh kalangan pesantren yang sudah berakhir masa pembelajarannya.
" Kami meminta dengan sangat hormat kepada para pengasuh, santri maupun orangtua santri untuk bisa memahami aturan ini demi menjaga keselamatan jiwa kita bersama dari ancaman paparan virus Covid-19," ujar Gus Yaqut melalui keterangan tertulis.
Gus Yaqut mengatakan potensi lonjakan Covid-19 di Indonesia sangat tinggai saat Lebaran. Untuk mengantisipasinya, Pemerintah berikhtiar dengan membuat kebijakan pengetatan maupun pelarangan bagi seluruh masyarakat yang akan melakukan perjalanan.
Dia berharap masyarakat termasuk para santri memahami larangan mudik Lebaran tahun ini. Terlebih, mudik bagi santri bukanlah soal ringan.
" Pergerakan jutaan santri ke berbagai daerah dalam waktu hampir bersamaan sangat rawan memunculkan klaster-klaster baru penularan virus," kata Gus Yaqut.
Bahaya lebih besar, kata dia, mengancam jika santri sampai rumah, virus itu turut memapar para anggota keluarganya. " Bahaya yang sama juga bakal terjadi pada arus balik, potensi penularan virus pada Kiai dan Ibu Nyai," ucap Gus Yaqut.
Upaya mengontrol santri saat di rumah juga bukan hal yang mudah. Sebab jumlah santri tak sebanding dengan petugas yang ada.
Di sisi lain, upaya pemulangan santri ke ponpes usai Lebaran juga memunculkan persoalan yang tak kalah ringan. Santri wajib menjalani pemeriksaan kesehatan, karantina dan sebagainya sebelum benar-benar bersih dari virus.
" Ini tentu membutuhkan banyak hal yang tidak mudah diselesaikan dalam tempo yang mepet," kata Gus Yaqut.
Meledaknya kasus Covid-19 seperti di India dan Thailand beberapa hari terakhir juga harus menjadi pelajaran berharga. Gus Yaqut kembali mengingatkan hukum mudik adalah sunah dan menjaga kesehatan diri adalah wajib.
" Untuk itu peniadaan mudik ini adalah upaya Pemerintah dalam melindungi warga dari Covid-19," terang dia.
Dream - Selalu buka puasa, baju baru, tradisi di masyarakat yang sangat melekat selama Ramadan adalah mudik ke kampung halaman. Hampir semua orang rela menghabiskan waktu dan perjalananan beratus kilometer untuk bisa merayakan Lebaran bersama orang tua.
Dengan pulang ke kampung halaman, momen Lebaran pun makin terasa hangat karena dapat berkumpul dengan sanak keluarga.
Tapi momen paling dinantikan itu harus tertunda kembali di tahun ini. Pemerintah telah menetapkan meniadakan kegiatan mudik untuk Lebaran 1442 Hijriah ini. Tradisi ini harus terhenti sementara karena masih adanya pandemi Covid-19 dan tingginya kasus baru.
Berkaca pada pengalaman libur Natal dan Tahun Baru yang lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, terjadi kenaikan kasus konfirmasi positif COVID-19. Alasan kedua adalah jumlah tenaga medis yang meninggal dunia cukup banyak.
“ Bahkan, kematian tenaga kesehatan lebih dari 100 orang,” kata Budi Karya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Alasan peniadaan program mudik Lebaran kali kedua juga dipicu terjadinya lonjakan kasus yang drastis pada Januari dan Februari 2021. Faktor lainnya adalah orang tua yang akan dikunjung umumnya sudah Lanjut Usia (Lansia) yang artinya masuk kategori berisiko tinggi tertular COVID-19.
“ (Terakhir), negara-negara maju pun ada kenaikan signifikan, seperti di India dan beberapa negara di Eropa,” kata dia.
Melihat penyebaran virus COVID-19 yang makin bergerilya, Pemerintah akhirnya memutuskan untuk meniadakan arus mudik yang pelaksanaanya diperluas menjadi 22 April kemarin sampai 22 Mei 2021 mendatang.
“ Kami sarankan tidak meneruskan rencana mudik. Tinggal di rumah,” tegas Budi Karya.(Sah)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya