Wakil Presiden Ma'ruf Amin (Liputan6.com)
Dream - Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, meminta sertifikasi halal untuk vaksin Covid-19 segera diterbitkan. Sehingga, vaksin sudah tersertifikasi sebelum siap diedarkan.
" Saya minta seperti yang diminta oleh Presiden, supaya lebih cepat karena situasinya memang sangat membutuhkan," ujar Ma'ruf, dikutip dari Merdeka.com.
Ma'ruf meminta para pihak terkait dalam penerbitan sertifikasi halal, seperti LPPOM MUI, Komisi Fatwa MI, dan BPJPH Kemenag proaktif dan saling berkoordinasi. Dengan begitu, sertifikasi halal dapat terbit sebelum vaksin diedarkan.
" Saya minta kepada LPPOM dan Komisi Fatwa MUI supaya ikut proaktif, dan juga kepada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, jangan menunggu bola. Untuk vaksin ini jangan menunggu, harus menjemput bola," kata dia.
Ma'ruf menilai sertifikasi halal sangat penting agar tidak terjadi penolakan di masyarakat ketika proses vaksinasi. Sebisa mungkin vaksinasi tidak mengandung masalah.
" Ini jangan jadi masalah. Jangan terjadi seperti vaksin Measles Rubella (MR) itu yang kemudian targetnya tidak tercapai," ucap Ma'ruf.
Lebih lanjut, Ma'ruf mengatakan vaksin buatan luar negeri juga harus dipastikan halal. Jangan sampai sudah dipesan dalam jumlah besar ternyata kehalalannya bermasalah.
" Covid-19 ini adalah persoalan kehidupan bangsa kita, baik soal kesehatan, soal sosial, bahkan juga soal ekonomi. Kuncinya vaksin. Dan vaksin itu harus di-back up oleh sertifikat halal," ucap Ma'ruf.
Sumber: Merdeka.com/Muhammad Genantan Saputra
Dream - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya dokumentasi dan konfirmasi atas temuan baru seputar Covid-19. Hal ini menanggapi temuan para ilmuwan Hong Kong mengenai adanya pasien positif Covid-19 yang sudah sembuh namun tertular kembali.
Juru Bicara WHO, Margaret Harris, saat berbicara di hadapan wartawan di Jenewa, Swiss, mengatakan, terdapat kemungkinan laporan mengenai penularan ulang terjadi akibat perbedaan dalam pengujian. Dia mencatat kasus infeksi ulang Covid-19 pertama dikonfirmasi dari lebih dari 23 juta kasus.
Apabila kasus tersebut lebih sering terjadi, seharusnya ada lebih banyak infeksi ulang yang muncul. Menurut Harris, kasus ini signifikan karena berkaitan dengan kekebalan tubuh terhadap virus.
" Inilah sebabnya kami punya banyak kelompok penelitian yang benar-benar melacak orang-orang terinfeksi, mengukur antibodi, mencoba memahami berapa lama perlindungan kekebalan itu dapat bertahan," kata Harris.
Dia melanjutkan masyarakat harus memahami perlindungan kekebalan tubuh secara alami setelah terinfeksi virus tidak sama dengan kekebalan karena vaksin.
Sebelumnya, ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove, menyatakan tidak perlu mengambil kesimpulan apapun terkait laporan ilmiah dari tim peneliti Covid-19 Hong Kong. Kasus orang terinfeksi Covid-19 sembuh dan keluar rumah sakit lalu positif lagi saat dites sudah dilaporkan muncul di China daratan.
Tetapi pada kasus tersebut, tidak diketahui dengan jelas apakah mereka tertular virus lagi setelah sembuh total seperti kasus di Hong Kong. Atau masih ada virus dalam tubuh mereka dari infeksi awal.
Sumber: Voice of America
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!