Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hidup di Jari Kita

Hidup di Jari Kita Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Kita mulai saja dengan kisah. Tentang seorang pelaut tangguh. Wahyu Budi Utomo. Dan demi sang istri yang didera penyakit kanker payudara stadium empat, dia berpindah kerja ke darat. Agar bisa sambil merawat sang istri. Mereka tinggal di Sukoharjo. Sebuah daerah di Jawa Tengah, yang kondang dengan pertanian, kerajinan, dan produksi jamu. 

Dan, begitu mudahnya si penyakit ini memutar nasib orang. Dari hidup sentosa, keluarga ini terhempas ke sisi sebalik. Harta benda terkuras. Rumah asri di Gentan Raya dijual. Lalu mereka terlempar ke tepi kuburan. Kontrak sebuah rumah kecil. Persis di pinggir makam. Selesai kepedihan mereka? Belum.

Malah makin buram. Entah karena lelah merawat sang istri, tubuh Wahyu kian hari, kian ringkih. Lalu, suatu ketika dia terkapar dihajar stroke. Sempat dirawat di rumah sakit. Dibawa pulang meski mungkin belum seperti sedia kala.

Pada sebuah kamar kecil, pelaut tangguh yang menjadi tumpuan keluarga itu, berbaring lemah. Sebilik sedipan dengan sang istri. Sama-sama lumpuh. Sama-sama tak berdaya. Sama-sama pasrah pada kehidupan.

Beruntung mereka memiliki Dicky. Si putra kedua. Sudah lulus SMA. Sudah pula diterima Universitas Telkom Bandung. Tapi si anak memilih membenam segenap mimpi. Kuliah dibatalkan. Demi merawat ayah dan ibu. Dan, dia tak pernah jauh. Tidur di kasur lipat. Yang dibentangkan di samping tempat tidur kedua orang tuanya. Saban malam.

Dunia mungkin tidak akan pernah mendengar kisah pilu ini, andai saja kita tidak memiliki seorang netizen bernama Niken Satyawati. Dia tidak sekadar menemukan kepedihan ini, tapi juga menggerakkan jari. Menulis. Lalu, nestapa  keluarga ini bertemu orang banyak. Dan, haruslah kita sebutkan, itulah satu dari sekian banyak berkah dunia digital. 

Pada laman facebooknya, Niken menulis duka lara itu dengan judul: Suami Istri Lumpuh dan Anak yang Berbakti. Ringkasan kisah yang ditulis di sini juga disadur dari laman itu.

Niken adalah bekas tetangga di Gentan Raya itu. Dia menulis setelah menjenguk langsung keluarga nelangsa ini. Dari akun Niken itulah, kisah ini melesat ke jagat media sosial. Diteruskan begitu banyak netizen. Ditulis  media massa. Viral. Lalu, pertolongan berduyun  ke rumah di tepi pekuburan itu.

Dan, bantuan bukan hanya datang dari orang perorang. Unggahan Niken itu, laksana jari tangan yang mengetuk pintu sanubari banyak orang. Juga sejumlah lembaga negara. Palang Merah Indonesia (PMI) di Solo datang membantu. Yayasan Kanker Indonesia berkunjung. Lakukan observasi. Suami istri ini kemudian mendapat perawatan, di Rumah Sakit Moewardi, Solo. Banyak netizen mendoakan. Semoga lekas pulih.

Wahyu, juga sang istri, cuma satu dari sekian banyak kisah serupa. Orang-orang dengan nasib yang tersengal. Lalu, dunia digital memberi mereka jalan bertemu dengan orang-orang yang mengulurkan tangan. Tanpa perlu bertemu muka. Tanpa perlu saling kenal.  

 

Anjangsana ke Mesin Pencari

Ilustrasi gadget

(Foto: Shutterstock)

Jika Anda ingin menemukan kisah-kisah serupa, dan bagaimana digital mencari jalan, cobalah beranjangsana. Masuk mesin pencari. Lalu ketik “kepedulian netizen.” Silahkan juga masuk dengan kata kunci yang sejenis. Frasa serupa yang terlintas di benakmu.

Maka kita akan menemukan banyak kisah. Saya sebut tiga lagi sebagai contoh. Kakek sebatang kara tertolong netizen. Cerita tentang Ibu Eni. Dagangan tergusur, lalu netizen mengulurkan bantuan. Dan kisah tentang seorang bocah bernama Alif Hidayat.

Meski hidup sudah seperti himpunan nestapa, Alif tetaplah anak yang ceria. Dia yatim piatu semenjak bayi. Ayah dan Ibu meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Berusia lima tahun. Hidup bersama nenek, pada sebuah gubuk bambu, dalam kurungan kehidupan sonder gizi.

Mimpi bocah ini tak sebening anak-anak di ruangan kelas, ketika para guru bertanya tentang masa kelak. Sebab sekolah bagi Alif, terlampau jauh dari garis nasib. Dia hanya bermimpi seputar perut. Bisa makan ayam kecap. Bisa minum susu kotak. 

Nestapa si Alif ini, mungkin akan tetap menjadi nestapa, jika kita tidak memiliki netizen bernama Tika Lestari Parmana. Marilah kita jujur. Orang pinggiran seperti Alif mudah kita temukan. Di jalan-jalan kota. Pada trotoar. Atau pada kereta yang sedang melaju. Bedanya,  Tika menggerakkan jari. Menulis. Melakukan sesuatu. Dan terus, ada nasib yang berubah.  

Singkat cerita, Tika bertemu bocah berpipi chubby ini pada sebuah kereta yang melaju menuju Depok. Tika menulis. Berbagai kisah tentang si chubby pada akun media sosial. Netizen yang lain ramai membagi. Menyebar. Terus kisah ini menjadi viral. Banyak orang terenyuh. Lalu tergerak menolong.

Ada yang membantu secara pribadi. Ada yang lewat komunitas. Ada yang berkunjung ke rumah. Bawa uang dan beras. Tika, yang kemudian mencari kontrakan Alif, bersama sejumlah kawan menghimpun bantuan. Dan, Alif, kini, bisa mengapai mimpi. Bisa makan ayam kecap. Bisa minum susuk kotak.

 

Jaring Laba-laba

Ilustrasi gadget

(Foto: Shutterstock)

Kisah si pelaut Wahyu. Si kakek sebatang kara. Ibu Eni, dan si chubby Alif, memberitahu kita tentang hidup yang tersudut, tapi sekaligus tentang  kedigdayaan dunia digital. Kegelapan nasib bisa menjadi benderang, lantaran orang lain menggerakan jemari. Digital, terutama media sosial- di tengah kepuyengan kita soal hoaks dan hatespeech - memberi kita jalan mengubah sesuatu. Bahkan bisa menolong orang dari ujung kehidupan.

Dengarlah kisah dari Puwakarta ini. Pada sebuah malam di bulan Maret dua tahun silam. Seorang Tukang Parkir menangis tersedu. Di ruang perawatan rumah sakit. Istri yang mengandung sedang sakit parah. Hemoglobin terjun ke bilangan nadir. Nyawa si Ibu dan sang janin dalam bahaya. Apapun caranya, ibu dan janin itu harus dirawat.

Sayang kamar perawatan kelas tiga sudah penuh. Kehidupan si Tukang Parkir itu seperti membentur tembok. Si istri yang tak henti merintih, terpaksa dibawa pulang. Tapi dia masih beruntung. Seorang tetangga yang mendengar kegusaran si Tukang Parkir ini, tergerak hati. Si tetangga itu mengirim pesan pendek ke SMS Center.

SMS Center itu adalah sistem komunikasi yang bagai jaring laba-laba di daerah itu. Bikinan pemerintah setempat. Segala informasi masuk ke situ. Dari berbagai wilayah. Diklasifikasi menurut jenis. Mengetahui denyut Purwakarta, sederhana duduk tekun menyimak aneka informasi yang masuk.

Dan itulah yang dilakukan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. “Saya sering pantau SMS Center itu,” kisah Dedi Mulyadi kepada merdeka.com, dalam sebuah wawancara. Dan, malam itu, demi membaca pesan soal Ibu hamil ini, Dedi bergegas menelepon pimpinan rumah sakit.

Dia meminta manajemen rumah sakit itu membantu si pasien. Lantaran ruang perawatan kelas tiga sudah penuh, Dedi minta si pasien masuk kelas dua. Pihak rumah sakit siaga membantu. Lalu sang bupati juga datang menjenguk. Si suami menangis haru ketika bertemu Dedi Mulyadi.

Semenjak era elektronik berkembang, sejumlah ahli menyebut era ini dimulai senyampang dengan ditemukannya komputer berkecepatan tinggi tahun 1940 dan kini kita berada di generasi kelima dari era ini, teknologi digital sudah menjelma menjadi solusi kehidupan.

Dia memberi kita jalan melakukan sesuatu. Mau sekedar bergurau, ngobrol, menolong orang di tepi kehidupan seperti Wahyu di Sukoharjo itu, hingga menjual membeli  beragam barang.

Yustinus Vinck, yang mendirikan Pasar Tanah Abang 30 Agustus 1735, mungkin tidak pernah membayangkan, bahwa hari ini, seribu lebih pedagang di situ sudah berjualan via aplikasi. Grosir Bersama. Bikinan Telkom.

 

 

Kekuatan Digital Daerah

Ilustrasi gadget

(Foto: Shutterstock)

Lalu lihatlah di sejumlah daerah kita. Hari ini. Para pemimpin sudah berlomba.

Maksimalkan kekuatan digital dalam mengelola kekuasaan. Layani rakyat. Cobalah datang ke Banyuwangi. Daerah di timur Jawa. Abdullah Azwar Anas, bupati di sana, sudah menerbitkan sejumlah aplikasi. Semua demi rakyat.  

Kita bahas yang satu ini saja. Namanya Jalin Kasih. Ini seperti terminal kemiskinan digital. Semua data digital masalah kemiskinan ada di situ. Dikelompokkan. Seturut jenis program pengentasan kemiskinan. Program ini dibikin mengikuti kebutuhan warga.

Coba simak program Rantang Kasih. Ini program menyantun makanan bergizi kepada orang tak mampu. Terutama usia lanjut. Warga bisa mengusulkan nama. Makanan yang dikirim atas saran Dinas Kesehatan. Sayur, buah, dan daging. Lansia yang pantang daging karena mengidap penyakit tertentu, misalnya, lauknya diganti. Si Rantang ini menyasar 1000 lansia. 

Jika kita bertanya, apa kebutuhan mendasar rakyat kita, tentu salah satunya adalah kesehatan. Itulah sebabnya pemerintah bikin BPJS. Cuma kerap terdengar keluhan. Proses kelewat ribet. Lantaran pemakai banyak. Antri dokter terlalu lama. Menunggu obat juga lama. 

Tapi mungkin kita perlu melihat apa yang dilakukan Ridwan Kamil. Walikota Bandung itu menempuh jalan digital. Membesut aplikasi. Namanya Sehat. Cara kerja sederhana. Menghubungkan dokter umum dengan dokter spesialis. Aplikasi ini sakti untuk pasien.

Sakti, sebab beginilah proses BPJS. Bila menderita sakit, pasien harus datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Misalnya, Puskesmas. Ada dokter umum di situ. Tentu agak repot, bila pasien dirubung pernyakit khusus. Dia butuh dokter spesialis.

Tapi di mana gerangan si dokter spesialis itu? Perlu waktu mencari. Si dokter di Puskesmas tadi, hanya memberi rujuk kepada rumah sakit. Dan, sampai di sana, mungkin saja dokter spesialis itu sudah pulang. Pasien penuh. Atau, kalaupun masih buka, si pasien daftar lagi. Dan untuk itu dia harus antri dulu. 

Aplikasi dari Bandung ini memberi jalan potong bagi si pasien. Cara kerja sederhana. Dokter di Puskesmas tinggal lihat jenis penyakit pasien. Lihat daftar dokter spesialis di aplikasi itu. Lihat rumah sakitnya. Daftarkan. Lalu, si pasien tinggal meluncur. Hemat waktu. Lebih pintas.  

Jalan pintas itu jugalah yang disediakan Ramdhan Ramto. Ini Walikota Makasar. Membesut aplikasi bernama SIMRS. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Dipadu dengan CCTV Online.

Beginilah guna aplikasi itu. Si Walikota, juga rakyatnya, bisa memantau kinerja rumah sakit. Tentu saja rumah sakit daerah. Bisa tahu jumlah pasien dalam sehari. Pemakaian obat. Jenis penyakit. Daftar dokter. Dan, berapa banyak tempat tidur yang tersisa. Mau berobat penyakit apa, tinggal cek dokter diaplikasi ini.

Dari Makasar itu, marilah kita terus ke timur. Ke kota berbukit lembah, Jayapura. Daerah dengan angka kematian ibu hamil yang terbilang tinggi. Banyak sebab. Jauh dari rumah sakit. Dokter kandungan langka. Lalu, kehamilan beresiko siapa yang tahu?

Di jayapura, si MOM lah yang akan memberitahu kita. Ini bukan bahasa Inggris, kata ganti ibu, yang di Papua lebih sohor dengan sebutan Mama. Ini adalah aplikasi.

Singkatan dari Mobile Obstretrics Monitoring. Terminal data mama hamil.

Cara kerja aplikasi ini tidak ruwet. Pasien, dengan bidan digaris depan. Dokter umum di Puskesmas. Dan dokter spesialis kandungan di rumah sakit. Data kehamilan bisa diunggah secara online. Via SMS ke terminal data.

Lewat pusat data itu, para ahli kandungan rutin memantau. Indentifikasi mama hamil beresiko tinggi. Sejak dini. Lalu pertolongan diberikan. Via jalan digital inilah, nyawa mama hamil dan bayi, bisa ditolong. Kematian bisa ditekan.

Dan, bukan cuma di Papua. Aplikasi serupa mudah ditemukan. Telusuri saja di mesin pencari Google. Bisa dipakai demi menolong diri sendiri. Juga bisa menolong orang lain. Cara kerja tidak ribet, dan, begitu dekat. Pada Ponsel di tangan Anda. Gerakan saja jarimu. 

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pasutri Jalan-Jalan di Pasar Malam dan Makan di Angkringan Sederhana, Pulangnya Malah Bikin Kesal Netizen

Pasutri Jalan-Jalan di Pasar Malam dan Makan di Angkringan Sederhana, Pulangnya Malah Bikin Kesal Netizen

Pasutri itu awalnya pamer kehidupan sederhana dan bersahaja, makan di angkringan dan jalan-jalan di pasar malam. Tapi endingnya bikin netizen kesal.

Baca Selengkapnya
Jokowi: ASN, TNI, Polri, dan BIN, Harus Netral Jaga Kedaulatan Rakyat

Jokowi: ASN, TNI, Polri, dan BIN, Harus Netral Jaga Kedaulatan Rakyat

“Saya ingin menegaskan kembali bahwa ASN, TNI, Polri, termasuk BIN harus netral dan menjaga kedaulatan rakyat,” kata Jokowi.

Baca Selengkapnya
Penampakan Jamban Nyeleneh, Bikin Repot Pas Mau Buang Hajat

Penampakan Jamban Nyeleneh, Bikin Repot Pas Mau Buang Hajat

Penampakan jamban nyeleneh, LDR-an dengan bak mandi bikin repot penggunanya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Viral Aksi Emak-Emak Naik Sepeda Listrik di Jalur Kanan, Disebut Netizen Penguasa Jalan

Viral Aksi Emak-Emak Naik Sepeda Listrik di Jalur Kanan, Disebut Netizen Penguasa Jalan

Momen emak-emak naik sepeda listrik di jalur kanan bikin heboh netizen.

Baca Selengkapnya
Ini 7 Jenis Hiu Terganas di Dunia, Hati-hati Saat Bertemu

Ini 7 Jenis Hiu Terganas di Dunia, Hati-hati Saat Bertemu

Kematian akibat serangan hiu ganas menjadi ketakutan bersifat universal. Yuk, cari tahu jenis-jenis hiu paling ganas dan menakutkan di dunia!

Baca Selengkapnya
BUNGKUS! THIS OR THAT

BUNGKUS! THIS OR THAT

Kalau Sahabat Dream berada di antara dua pilihan ini, kalian akan pilih tim yang mana?

Baca Selengkapnya