Fenomena Langka Gulungan Awan Membentuk Lubang Cacing

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 3 Januari 2019 11:11
Fenomena Langka Gulungan Awan Membentuk Lubang Cacing
Apa penyebabnya?

Dream - Ada fenomena alam unik, yang hanya bisa kamu temukan di Australia. Bahkan, fenomena ini belum banyak diketahui publik.

Fenomena alam tersebut yaitu Morning Glory Cloud, susunan awan yang berbentuk menyerupai cerutu. Panjangnya bisa mencapai 1.000 kilometer.

Dikutip dari Science Alert, pemandangan ini hanya bisa ditemui di Teluk Carpentaria di barat laut Queensland. Awan ini muncul antara bulan September sampai November setiap tahun.

Awan ini terlihat seperti lubang cacing dengan ukuran sangat besar. Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana susunan awan tersebut bisa terbentuk

Pada 2009, NASA pernah memuat laporan mengenai awan ini. Laporan tersebut tercantum dalam laman resmi APOD.

" Apa yang menyebabkan awan panjang dan aneh ini? Tidak ada yang yakin," demikian laporan NASA.

 

 

1 dari 2 halaman

Penyebabnya Masih Misterius

Penyebabnya Masih Misterius © Dream

Sejauh ini, yang hanya bisa diketahui adalah kondisi cuaca sebelum kemunculan awan tersebut. Diduga, bentuk gulungan awan yang ikonik disebabkan oleh penurunan suhu, lonjakan tekanan dan angin laut yang kuat.

Karena kondisi ini, udara di sisi depan awan bergerak cepat ke atas, sementara udara di belakang turun. Akibatnnya, udara menggulung awan menjadi silinder kecil yang rapi.

Awan Lubang Cacing

Dalam sebuah laporan, 10 awan dapat muncul melintasi langit dalam satu waktu. Awan-awan tersebut berada di ketinggian 2 kilometer dari permukaan tanah.

 

2 dari 2 halaman

Bergerak Sangat Cepat

Bergerak Sangat Cepat © Dream

" Tabung udara yang panjang, horizontal, dan bersirkulasi mungkin terbentuk ketika udara yang mengalir, lembap, dan dingin bertemu lapisan inversi, lapisan atmosfer di mana suhu udara meningkat secara tidak biasa," tulis NASA.

Awan Lubang Cacing

Pada pagi hari, awan dapat bergerak dengan kecepatan luar biasa mencapai 10-20 meter per detik atau sekitar 60 kilometer per jam. Awan baru terus terbentuk di depan dan secara bersamaan bagian belakang terkikis.

Para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami kondisi cuaca yang mengarah ke awan. Fenomena ini dikaitkan dengan kelembapan udara dan angin laut yang kuat melintasi Teluk Carpenteria.

Laporan: Ava Haprin

Beri Komentar