Ilustrasi (Sumber: Blog.reservasi.com)
Dream - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menghimbau agar seluruh wisatawan berhati-hati saat menikmati Gerhana Matahari Total (GMT).
Alasannya, saat bulan bergeser menutupi matahari, langit akan berangsur-angsur menjadi gelap. Inilah proses paling berbahaya karena mata manusia bisa menyaksikan matahari secara langsung.
Thomas menyarankan agar orang-orang menyiapkan kacamata khusus agar terhindar dari kebutaan. Tapi pada saat posisi matahari sudah tertutup bulan dengan sempurna, wisatawan malah disarankan untuk melepas kacamata tersebut untuk menyaksikan keindahan korona.
Memancarkan aneka cahaya seperti merah, hijau, Korona inilah yang menjadi daya tarik dan paling ditunggu para pemburu gerhana. Nah, pada saat inilah GMT menjadi tak lagi berbahaya disaksikan dengan mata telanjang.
" Kalau sudah muncul korona malah harus dicopot kacamatanya karena kalau masih dipakai nanti malah tidak bisa menikmati keindahan korona," ungkap Thomas saat dijumpai di kawasan Thamrin, Jakarta, kemarin.
Ditegaskan Thomas, kacamata yang dikenakan bukan sembarang kacamata dan harus dilengkapi dengan filter khusus. Selain itu, dilarang juga menggunakan kacamata hitam biasa.
" Saat matahari belum semuanya tertutup jangan melihat tanpa kacamata khusus karena sebagian sinar matahari masih memancar kuat hingga bisa merusak retina mata. Kalau hanya lihat sebentar tidak apa-apa, setelah itu melihat ke tempat lain," tegas Thomas.
Namun, masyarakat tetap harus waspada, kejadian GMT hanya terjadi selama 2-3 menit saja. Selebihnya bulan akan bergeser kembali mengelilingi matahari dari barat ke timur. Setelah itu, kenakan kembali kacamata khusus hingga matahari normal kembali.
" Piringan matahari yang terang itu akan menyilaukan sekali padahal pupil mata sedang membesar dan itu yang bisa merusak retina mata," kata Thomas.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menambahkan agar semua masyarakat dan wisatawan yang berada di daerah perlintasan GMT sudah mempersiapkan kacamata khusus itu. Ia mengatakan bahwa Kemenpar telah menyiapkan kacamata tersebut, namun tidak bisa dibagikan gratis kepada semua wisatawan di 12 provinsi di seluruh Indonesia.
" Nanti kita bantu bagikan tapi tidak bisa semuanya. Kalau 5 juta wisatawan kita kasih gratis semua tidak ada anggarannya. Satu kacamata harganya Rp 25 ribu," ungkap Arief.
Selain kacamata khusus, hendaknya masyarakat juga memilih tempat yang strategis saat menyaksikan GMT seperti di lapangan dan pantai. Sehingga dapat leluasa melihat proses gerhana tanpa terhalang pohon atau benda-benda tinggi lainnya.
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi