Path to Sustainable Growth 2025: Memimpin Gerakan Pelestarian Berkelanjutan Lewat Kolaborasi Lintas Industri

Reporter : Hevy Zil Umami
Kamis, 15 Mei 2025 14:45
Path to Sustainable Growth 2025: Memimpin Gerakan Pelestarian Berkelanjutan Lewat Kolaborasi Lintas Industri
Hotel berkomitmen untuk mengimbangi jejak karbon ini sebagai bagian dari dedikasi jangka panjangnya terhadap keberlanjutan.

Nusa Dua, Mei 2025 – The Apurva Kempinski Bali dengan bangga menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Path to Sustainable Growth, yang mempertemukan para ahli lintas bidang dengan satu tujuan: membentuk masa depan pariwisata yang bertanggung jawab, inklusif, dan menguntungkan. Acara ini menghadirkan para pembicara dari berbagai industri dan mempertemukan pakar keberlanjutan global, pemilik bisnis, pembuat kebijakan, hingga komunitas yang aktif dalam mendorong keberlangsungan lingkungan, sosial, dan ekonomi secara efektif dan bertanggung jawab.

 

1 dari 1 halaman

Path to Sustainable Growth 2025: Memimpin Gerakan Pelestarian Berkelanjutan Lewat Kolaborasi Lintas Industri

Pertemuan ini terdiri dari empat sesi diskusi panel dan dibuka dengan pidato utama oleh Drs. Amnu Fuadiy, M.A., Asisten Deputi Manajemen Usaha Pariwisata Berkelanjutan, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Dalam pidatonya, beliau menekankan dukungan kementerian terhadap kebijakan nasional dalam mendorong pariwisata berkelanjutan melalui lima program prioritas: gerakan pariwisata bersih, digitalisasi untuk memperluas jangkauan dan kualitas promosi, memanfaatkan minat wisata khusus sebagai daya tarik utama segmen premium, penyelenggaraan acara yang menonjolkan warisan budaya Indonesia, serta pengembangan desa wisata untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Diskusi Panel 1: Blueprint untuk Membangun Destinasi Berkelanjutan
Diskusi pertama membahas cetak biru pembangunan destinasi berkelanjutan. Alistair Speirs memaparkan rencana induk dan tantangan dalam mengimplementasikan inisiatif keberlanjutan. Wenda Ramadya Nabiel menyoroti pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan, inklusivitas sosial, dan penciptaan nilai ekonomi. Jelle Therry membahas desain ekosistem regeneratif dengan fokus pada ketahanan air, keanekaragaman hayati, dan penggunaan material ramah lingkungan.

Diskusi Panel 2: Tantangan Hidup Berdampingan antara Komunitas dan Pariwisata
Panel kedua menyoroti tantangan hubungan antara masyarakat lokal dan industri pariwisata. Dr. Yoga Iswara mendorong aksi kolektif untuk mencapai destinasi net-zero di Bali. Ida Bagus Agung Gunarthawa membahas pengembangan pariwisata berbasis komunitas, sementara Amanda Marcella membagikan keahlian dalam pengelolaan limbah menuju target zero-waste. John Higson dari Eco Solutions Lombok memaparkan strategi mengubah tantangan menjadi peluang lewat agroforestri dan praktik berkelanjutan.

Diskusi Panel 3: Pentingnya Perhotelan Berkelanjutan dan Keanekaragaman Hayati
Panel ketiga membahas peran keanekaragaman hayati dan industri perhotelan dalam pelestarian lingkungan. Helianti Hilman menyoroti pentingnya keanekaragaman hayati pangan dan warisan budaya Indonesia. Nicolas Perez mengangkat isu keberlanjutan air. Dr. Stefan Phang memperkenalkan inisiatif Linen for Life dan Soap for Life. Tobias Wilson mengulas dampak limbah organik terhadap emisi karbon, sementara Yuki Susanto dari PT Suparma Tbk menjelaskan penerapan solusi berkelanjutan seperti efisiensi produksi dan pengolahan limbah.

Diskusi Panel 4: Strategi Mengukur dan Menguasai Keberlanjutan
Panel terakhir berfokus pada pentingnya pengukuran dalam keberlanjutan. Shane Dalke dari Bjarke Ingels Group membagikan pengalaman dalam membangun ‘Gelephu Mindfulness City’ yang memadukan kehidupan modern dan harmoni alam. Maurice Adema membahas solusi energi berkelanjutan, sementara Gayan Wejesiriwardana menekankan pentingnya sertifikasi dalam menjamin keberlanjutan yang nyata dan dapat diukur. Ia menyatakan, “ Tanpa pengukuran yang signifikan, keberlanjutan hanyalah rencana atau niat baik semata.” Panel ini ditutup oleh Desak Intan yang memaparkan strategi jangka panjang The Apurva Kempinski Bali dalam menghadirkan nilai melalui pelestarian budaya, perlindungan lingkungan, pemberdayaan komunitas lokal, dan praktik bisnis yang bertanggung jawab.

Dampak dan Komitmen Terhadap Netralitas Karbon
Pertemuan Path to Sustainable Growth 2025 meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. “ Pertemuan ini benar-benar mengubah pandangan saya,” kata Katarina, seorang pelaku industri perhotelan. Desy, seorang agen perjalanan, menambahkan, “ Fokus acara ini pada solusi praktis dan kolaborasi sangat menginspirasi. Saya sangat bersemangat menerapkan strategi yang saya pelajari untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.”

Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan yang sedang berjalan, The Apurva Kempinski Bali turut menghitung jejak karbon acara ini dengan tujuan menjadi hotel pertama di Indonesia yang mencapai netralitas karbon. Perhitungan mencakup lokasi, akomodasi, konsumsi makanan dan minuman, serta transportasi, dengan total emisi mencapai 6.537,75 kg CO₂e. Untuk menyeimbangkan emisi ini, dibutuhkan penyerapan karbon dari 725 pohon bakau atau 98 pohon nangka selama tiga tahun. Hotel berkomitmen untuk mengimbangi jejak karbon ini sebagai bagian dari dedikasi jangka panjangnya terhadap keberlanjutan.

“ Dengan bangga kami menjadi tuan rumah acara ini, mempertemukan para ahli dengan visi yang sejalan untuk belajar bersama dan mendorong langkah maju menuju masa depan yang berkelanjutan,” ujar Vincent Guironnet, General Manager The Apurva Kempinski Bali. “ Secara kolektif, kami ingin menjadi contoh nyata dan menginspirasi pihak lain untuk turut mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan.”

Beri Komentar