Mochammad Anggi, Mualaf Pantang Menyerah (Istimewa)
Dream - Benarlah kata pepatah: hidup bak roda. Kadang di bawah, sekejap kemudian di atas. Itu pula yang terlihat dari kehidupan pria 33 tahun, Mochammad Anggi. Pria yang memutuskan masuk Islam sembilan tahun silam.
Sejak kecil, Anggi sudah harus menenggak getirnya kehidupan. Dia dibuang oleh orang tua. Sejak itu, dia sangat karib dengan kehidupan jalanan. Keras.
Anggi hidup bersama orang tua angkat yang tinggal di Kalijodo, Jakarta Barat. Dulu, tempat itu menjadi salah satu pusat prostitusi di ibu kota. Dia melewatkan hidup di lokalisasi itu hingga remaja.
Lulusa SMP, Anggi memilih pergi dari orang tua angkat. Dia bertahan hidup dengan mengamen. Profesi itu dia digeluti hingga 2010.
Setahun kemudian, Anggi mengikuti program pembinaan kewirausahaan yang diadakan Kementerian Sosial. Dari pelatihan itu, Anggi mendapat bekal berupa ketrampilan mengelas.
Dalam pelatihan itu pula dia belajar Islam. Dia kemudian memutuskan menjadi mualaf dan menikah sebulan kemudian.
Anggi sempat mendaftar program pembinaan untuk transmigrasi yang dijalankan Kemensos pada 2015. Dia mendapat kesempatan, namun sayang tidak lolos.
Setahun setelahnya, Anggi kembali mendaftar program transmigrasi Kemensos dengan tujuan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Namanya masuk dalam daftar peserta program.
© Daarul Quran
Sayangnya, Anggi harus mengubur mimpi memperbaiki ekonomi lewat transmigrasi. Sang istri divonis mengidap gagal ginjal dan harus menjalani rawat jalan dan cuci darah rutin.
Biaya pengobatan sang istri tidaklah murah dan memaksa Anggi memutar otak mencari pendapatan. Akhirnya, Anggi bertemu dengan koordinator program layanan kemanusiaan PPPA Daarul Quran, Rojali, di Tangerang, Banten.
Anggi pun mendapat bantuan berupa modal usaha dan mulai berjualan kopi keliling. Berjalan beberapa bulan, Anggi ganti profesi sebagai pedagang sandal karakter.
Kehidupan Anggi sebenarnya mulai benderang edngan jualan sandal. Pendapatannya mulai meningkat dan ekonomi keluarganya membaik sedikit demi sedikit. Tetapi, Anggi menerima cobaan, sang istri harus dirawat di rumah sakit dalam waktu cukup lama.
Lantaran uang yang dihasilkannya menipis untuk biaya pengobatan, Anggi membawa sang istri dan dua orang anaknya pindah ke Klaten pada 2017. Di masa awal hidup di Klaten, Anggi memutuskan kembali menjadi pengamen keliling selama dua tahun.
© Daarul Quran
Tahun ini, Anggi memutuskan untuk kembali berjualan sandal karakter. Dia lalu mendatangi kantor PPPA Daarul Quran Yogyakarta untuk memohon bantuan modal usaha.
Gayung bersambut, Anggi kembali berjualan sandal dengan modal dari Daarul Quran terhitung sejak 1 Februari 2020. Senyum merekah dari bibir Anggi, disertai rasa optimistis keadaan ekonomi akan membaik lagi.
Anggi berharap bantuan modal yang diterimanya dapat memberikan manfaat bagi keluarga. Dia pun menyelipkan doa dan terima kasih atas kebaikan para donatur yang telah berzakat dan sedekah lewat Daarul Quran.
Dream - Rasa penasaran mengenai masa lalu leluhur kerap dialami seseorang. Tapi, bagi Rukhsar Asif, kondisi ini membuatnya terinspirasi menjelajah dunia di usia 18 tahun.
Asif sudah mengunjungi 50 negara. Sebagai Duta Perdamaian dan Kemanusiaan Denmark, dia juga mendalami aktivitas dakwah di berbagai kebudayaan di belahan dunia.
Berbagai inspirasi dan tantangan seringkali dihadapi Asif. Tapi, tantangan dan inspirasi ini dia bagikan ke 24 santriwati di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus Cikarang di Grha Tahfidz Daarul Qur’an II Yogyakarta, pada Rabu, 29 Januari 2020.
“ Dengan Al-Qur’an kalian harus bisa menjelajah dan belajar melebihi apa yang saya lakukan. Sedikitnya saya belajar Al-Qur’an di Eropa, namun jika dibersamai dengan iman dan Allah SWT. Maka berbagai petualangan untuk memahami dakwah Islam dapat dilakukan,” kata Asif.
Asif mengatakan, tantangan menjadi komunitas muslim minoritas di Denmark terus menambah keyakinannya jika suatu hari Islam akan berkembang dengan damai dan positif di Eropa.
© Istimewa
Asif membagi inspirasinya di PPPA Daarul Quran
Asif yang terpilih menjadi utusan pertukaran mahasiswa Uni Eropa, Erasmus+, juga berpesan ke para santriwati mengenai perjalanan yang akan dilakukan di kehidupan bermasyarakat.
“ Perjalanan ini membuktikan Allah SWT. tidak hanya mewujudkan mimpi masa kecilku, namun juga memberi saya tugas untuk berdakwah dengan akhlak dan salam yang merepresentasikan Islam,” ucap dia.
“ Semua perjalanan ke berbagai belahan dunia saya lakukan sendirian. Hal ini memberikan hikmah bahwa kita lahir ke dunia sendirian, begitu juga saat kita meninggal. Ingatlah Allah di setiap langkah kalian, sebanyak mungkin, sekhusyuk mungkin,” ujar mahasiswa di Copenhagen Business School ini.
Asif berharap, umat Islam di Indonesia dapat menjadi inspirasi di seluruh dunia. Dia juga berharap, ratusan santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus yang tersebar di sembilan kota di seluruh Indonesia akan menjadi keberkahan dan inspirasi di tengah masyarakat luas.
Bencana Silih Berganti, Ini Doa Saat Terkena Musibah
Pernikahan 5 Selebriti Dengan Tradisi Arab, Ada Peraturan Khusus
Ustaz Yusuf Mansur Ingin Jodohkan Putrinya dengan Putra Almarhum Syekh Ali Jaber
Sebesar Apa Risiko Penularan Covid-19 di Kolam Renang?
Sosok Junisya Putri, Putri Aktor Senior Dwi Yan yang Cantik Memesona