Perjuangan Anak Tukang Jamu Wujudkan Mimpi Jadi Dokter

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 16 Januari 2020 06:02
Perjuangan Anak Tukang Jamu Wujudkan Mimpi Jadi Dokter
Nila berasal dari keluarga sederhana namun punya tekad kuat menjadi dokter.

Dream - Nila Munaya akhirnya bisa berbangga. Mimpinya menjadi dokter terwujud sudah.

Gadis kelahiran Brebes, Jawa Tengah, 10 Maret 1995, resmi menyandang profesi dokter setelah mengikuti prosesi Pengucapan Sumpah Profesi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada Senin lalu, 13 Januari 2019.

Sulung dari pasangan Sofwan Moh Ishom dan Nur Aeni ini bukanlah dari keluarga mampu. Lewat profesi dokter, Nila bercita-cita mengangkat derajat keluarganya.

Ayah Nila, Sofwan, berprofesi sebagai penjual jamu. Sedangkan ibunya, Nur, seorang guru hononer yang sudah mengabdi selama 10 tahun dan baru diangkat menjadi PNS pada 2006 lalu.

Profesi Sofwan dan Nur sama sekali tidak membuat Nila merasa rendah diri. Sebaliknya, dia justru terpacu untuk berusaha keras meraih mimpi.

" Saya dari kecil ketika ditanya mau jadi apa? Saya jawab ingin jadi dokter, meskipun awalnya orangtua ragu dan khawatir tidak mampu membiayai kuliah saya," kata Nila, dikutip dari Liputan6.com.

 

1 dari 5 halaman

Sempat Patah Arang

Rupanya, cita-cita Nila membuat salah seorang guru SDnya bersimpati. Sang guru juga menceritakan cita-cita Nila kepada rekan-rekannya.

Sayangnya, tidak semua orang simpati. Nila bahkan sempat patah semangat lantaran lebih banyak orang menyebut keluarganya bakal mampu membiayai kuliah kedokterannya.

Ternyata, Nila punya orangtua yang kuat. Meski banyak suara menyatakan tidak mungkin, ayah dan ibu Nila justru bertekad agar salah satu anaknya jadi dokter.

" Berkat dukungan dari semua pihak, kami percaya Allah akan memberikan rezeki dan pertolongan-Nya, sehingga Insya Allah bisa menjalani semua sampai akhir," kata Nila.

 

2 dari 5 halaman

Tekad Kuat Nila Menginspirasi Keluarga

Sang ibu, Nur, mengakui sejak kecil Nila memang sangat ingin menjadi dokter. Dia pun sempat mengatakan kepada buah hatinya butuh biaya besar agar Nila terwujud.

Tetapi, tekad Nila sudah sangat bulat. Melihat semangat Nila yang begitu tinggi, Nur dan sang suami akhirnya memutuskan berusaha lebih keras agar sang buah hati bisa kuliah di Fakultas Kedokteran.

" Dari keluarga saya memang hanya memiliki keinginan dan tekad yang kuat modal bismillah untuk memiliki harapan salah satu dari keluarga kami ada yang di bidang kesehatan, khususnya menjadi dokter," kata Nur.

 

3 dari 5 halaman

Pendidikan Profesi

Pada 2017, Nila lulus dari Fakultas Kedokteran UMP. Dia lalu mengambil program Profesi Dokter.

Selama pendidikan profesi, Nila menjalani pengabdian di beberapa rumah sakit dan lembaga kesehatan. Dia sempat mengabdi di Rumah Sakit dr Soeselo Slawi selama setahun, dilanjutkan ke Puskesmas Jatilawang Banyumas, RSUD Salatiga, dan di B2P2TOOT Tawangmangu untuk stase herbal.

Tepat pada Senin kemarin, Nila bersama 19 rekan sesama dokter mengucapkan Sumpah Dokter di Fakultas Kedokteran UMP.

Sumber: Liputan6.com/Galoeh Widura

4 dari 5 halaman

Rohimah Tak Malu Jadi Pemulung, 2 Anak Kuliah, 1 SMA Favorit

Dream - Bagi sebagian orang, memulung mungkin jadi profesi yang dipandang sebelah mata. Setiap hari harus berurusan dengan sampah jadi hal yang menjijikkan.

Hal ini tidak berlaku bagi Rohimah Dollah, 54 tahun. Wanita asal Rantau Panjang, Kelantan, Malaysia ini bahkan mengantarkan tiga anaknya meraih sukses berbekal hasil memulung.

Dikutip dari World of Buzz, Rohimah pertama kali memulung pada 2003 lalu. Dia mengaku banyak orang mencibir pekerjaannya.

Tetapi, dia memilih mengabaikan cibiran tersebut. Alhasil, dia mampu membesarkan anak-anaknya dengan baik.

Ketiga anak Rohimah duduk di bangku pendidikan yang mentereng karena berhasil meraih nilai memuaskan dalam ujian negara.

Dua anaknya sudah kuliah, sedangkan yang terakhir kini tengah menempuh pendidikan setingkat SMA di sebuah sekolah favorit.

 

 

5 dari 5 halaman

Tak Punya Uang Beli Susu

Rohimah mengatakan sang suami telah meninggal sehingga dia terpaksa jadi orangtua tunggal.

Sebelum meninggal, suaminya bekerja di sebuah desa dan keduanya terpisah jauh.

" Waktu itu, saya ingin membeli susu karena anak-anak lapar. Saya harus menunggu suami saya pulang di malam hari," ucap dia.

Ketika suaminya tiba, Rohimah akan meminta uang untuk beli susu. Sayangnya, seringkali suaminya tidak punya cukup uang.

" Saya mulai mengumpulkan barang bekas seperti botol, kaleng dan lain-lain dari tetangga," kata Rohimah.

 

Beri Komentar