1 dari 10 Warga Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Berapa Biaya Pengobatan Mental Health?

Reporter : Editor Dream.co.id
Rabu, 8 November 2023 13:45
1 dari 10 Warga Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Berapa Biaya Pengobatan Mental Health?
Skrining menjadi hal penting untuk deteksi dini gangguan jiwa.

1 dari 12 halaman

1 dari 10 Warga Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Berapa Biaya Pengobatan Mental Health?

1 dari 10 Warga Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Berapa Biaya Pengobatan Mental Health? © gangguan jiwa 2023 maverick

2 dari 12 halaman

© Menkes Budi Gunadi Sadikin 2023 maverick

Dream - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengungkap 1 dari 10 orang Indonesia mengalami gangguan jiwa. Menurutnya, deteksi dini (skrining) gangguan jiwa di Tanah Air masih kurang.

3 dari 12 halaman

“Nah di Indonesia, 1 dari 10 yang terdeteksi (gangguan jiwa). Deteksi dini kita itu lemah sekali, memang deteksinya disini masih belum advance, jadi lebih yang sifatnya observasi,"

kata Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Selasa 7 November 2023.

4 dari 12 halaman

© Skrining menjadi hal penting untuk deteksi dini gangguan jiwa 2023 pexels.com

Alih-alih menggunakan skrining, deteksi ganggungan jiwa di Indonesia masih menggunakan cara manual, yakni kuesioner. Budi menerangkan, nantinya skrining gangguan jiwa di Indonesia akan terus diperbaiki. Misalnya bisa dilakukan lewat fasilitas kesehatan puskesmas.

5 dari 12 halaman

“Kalau gangguan jiwa ini masih sangat manual, jadi masih pakai kuisioner dilihatnya. Apakah dia punya anxiety sama depresi,”

“Kalau gangguan jiwa ini masih sangat manual, jadi masih pakai kuisioner dilihatnya. Apakah dia punya anxiety sama depresi,” © Skrining menjadi hal penting untuk deteksi dini gangguan jiwa 2023 pexels.com

 ujar Budi.

6 dari 12 halaman

© Gangguan Jiwa 2023 maverick

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, terdapat tiga gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Pertama adalah gangguan mental emosional (ansietas dan bipolar) sebanyak 9,8 %. Kemudian depresi tercatat 6,1% dan gangguan jiwa berat (skizofrenia) sebanyak 0,2%.

7 dari 12 halaman

Biaya Pengobatan Gangguan Jiwa

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. Irma Melyani Puspitasari, M.T., PhD, memperkirakan, total estimasi biaya langsung tahunan untuk gangguan kesehatan jiwa di Indonesia adalah sebesar Rp87,5 triliun.

8 dari 12 halaman

© gangguan jiwa 2023 maverick

Angka tersebut merupakan estimasi prevalensi gangguan kesehatan jiwa, mencakup gangguan skizofrenia, bipolar, depresi, dan gangguan kecemasan selama setahun. Perkiraan biaya langsung tahunan untuk skizofrenia sebesar Rp1,5 triliun, gangguan bipolar Rp62,9 triliun, depresi Rp18,9 triliun, dan gangguan kecemasan Rp4,2 triliun.

9 dari 12 halaman

© Ilustrasi gangguan jiwa Shutterstock

Pada 2018, sekitar 470 ribu orang di Indonesia mengalami skizofrenia. Selanjutnya, gangguan bipolar, depresi, dan gangguan kecemasan dialami oleh sekitar 19 juta orang di Indonesia, dengan asumsi semua pasien mematuhi perawatan medis dalam setahun.

10 dari 12 halaman

Dalam penelitian yang dilakukan Prof. Irma dan tim pada 2020, didapatkan hasil bahwa biaya rata-rata pengobatan skizofrenia untuk satu tahun itu sekitar Rp3,3 juta. Sementara untuk gangguan bipolar sekitar Rp17,9 juta, depresi sekitar Rp1,6 juta per tahun dan gangguan kecemasan Rp 1,1 juta.

Estimasi penghitungan ini didasarkan pada Burden of Disease (BOD) atau cost of illness. Pada studi cost of illness ada beberapa biaya yang dapat diikutsertakan, yaitu biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya intangible.

11 dari 12 halaman

“Biaya langsung biasanya berupa biaya obat, biaya konsultasi dokter, dan biaya administrasi. Biaya tidak langsung itu kerugian produktivitas karena tidak bekerja dan juga ada biaya intangible,”

jelas Prof. Irma dikutip dari laman resmi Unpad, Rabu, 8 November 2023.

12 dari 12 halaman

Namun, Prof. Irma mengatakan estimasi biaya kesehatan jiwa itu sebenarnya akan lebih rendah, karena tidak semua individu dengan gangguan jiwa di Indonesia mencari pertolongan untuk kondisinya atau patuh berobat. Data Riskesdas melaporkan bahwa hanya sembilan persen pasien depresi di Indonesia yang mendapatkan pengobatan.

“Hal ini mungkin terjadi karena pengetahuan tentang kesehatan jiwa yang kurang baik, sikap negatif terhadap pengobatan, efek samping pengobatan, efek terapeutik yang buruk, serta adanya stigma di masyarakat,” kata Prof. Irma.

Beri Komentar