Alasan Generasi Milenium Senang Pindah Kerja

Reporter : Syahid Latif
Jumat, 29 Januari 2016 07:15
Alasan Generasi Milenium Senang Pindah Kerja
Buat generasi Baby Boomer, pindah kerja itu urusan serius, Tapi para milenial justru senang jadi kutu loncat. Mengapa?

Dream - Jika generasi Baby Boomers, generasi yang lahir antara 1946-1964, rata-rata berganti sekitar 12 pekerjaan ternyata generasi Milenium yang lahir di era 2000 bisa lebih sering lagi.

Bagi generasi millenium, bekerja dalam kurun waktu yang lama dalam sebuah perusahaan, yang sebelumnya dianggap prestasi dan normal oleh Boomers, justru dianggap aneh.

Berganti-ganti pekerjaan sebenarnya merupakan masalah besar bagi Boomers. Ada alasan mengapa para pekerja dari era Boomers dan generasi lainnya akan mempertahankan pekerjaan yang sudah didapatkan. Mereka menganggap pekerjaan bagus sulit didapat.

Jika menemukan tempat bekerja yang stabil dan bisa menyediakan penghasilan tetap, asuransi, dan pensiun, kebanyakan generasi Boomers bersedia untuk menerimanya.

Tetapi tidak bagi generasi Millenium. Ada banyak laporan tentang kecenderungan generasi Millenium untuk melompat dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya dalam waktu relatif singkat.

Ada banyak alasan untuk itu. Tapi sebagian besar berhubungan dengan mencari posisi yang lebih baik dan gaji yang lebih tinggi. Mereka tidak mau menunggu bertahun-tahun agar dua keinginan tersebut terwujud. Mereka pada dasarnya bermain di pasar kerja secara non-stop dan tidak pernah benar-benar menetap dalam satu posisi pekerjaan.

Padahal, berganti banyak pekerjaan dalam periode waktu yang singkat akan merusak resume generasi Millenium. Karena beberapa manajer perekrutan menganggap generasi Millenium akan pindah ke perusahaan lainnya jika ada lowongan baru yang lebih memikat.

Namun kenapa pekerja muda dari generasi Millenium tidak peduli? Masalahnya, pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain merupakan sebuah perubahan besar, dan dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Tapi generasi Millenium cenderung untuk menetap di satu pekerjaan rata-rata hanya tiga tahun.

Salah satu alasannya adalah mereka memiliki lebih banyak fleksibilitas. Berbagai laporan menyebutkan bagaimana generasi Millenium merencanakan menikah pada usia yang lebih tua, dan menunda pembelian besar seperti kendaraan dan rumah. Bagi mereka, bekerja atau membangun karier akan lebih mudah dilakukan jika mereka tidak mengurus penjualan rumah karena pindah kota atau keluarga setiap beberapa tahun.

Namun, menurut Survei Millenium 2016 yang dilakukan Deloitte, ada hal-hal lebih dalam dari fleksibilitas gaya hidup dan mencari gaji yang lebih besar. Dalam penelitiannya, Deloitte mengatakan bahwa sangat sedikit pekerja Millenium yang berencana untuk menetap dengan perusahaan mereka saat ini untuk jangka panjang.

" Selama tahun depan, jika diberi pilihan, satu dari empat Millenium akan berhenti dari perusahaan saat ini untuk bergabung dengan perusahaan baru atau melakukan sesuatu yang berbeda," kata survei.

" Angka itu meningkat menjadi 44% ketika kerangka waktu diperluas untuk dua tahun. Pada akhir 2020, dua dari setiap tiga responden berharap telah pindah kerja, sementara hanya 16% dari Millenium yang ingin tetap bekerja di perusahaan selama satu dekade dari sekarang."

Survei Deloitte mengatakan bahwa 66% dari pekerja Millenium berharap bisa meninggalkan pekerjaan mereka saat ini antara sekarang dan 2020. Ini menjadi masalah bagi pengusaha, yang ingin berinvestasi di karyawan dalam jangka panjang.

Dan salah satu faktor motivasi utama mereka mencari perubahan adalah kepemimpinan. Mereka merasa keterampilan kepemimpinan mereka kurang berkembang sehingga mereka akan kehilangan posisi kepemimpinan yang potensial.

Meski pengembangan keterampilan sebagian besar tergantung pada inisiatif yang diambil karyawan, sulit untuk menyalahkan karyawan yang mencari peluang baru jika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dari posisi saat ini. Itulah masalah yang dihadapi pasar kerja saat ini.

(sumber: Cheatseet.com)

Beri Komentar