Bergaji Rp1,2 Miliar Setahun, Pegawai Tuntut Perusahaan karena Merasa Bosan

Reporter : Sugiono
Kamis, 11 Juni 2020 08:36
Bergaji Rp1,2 Miliar Setahun, Pegawai Tuntut Perusahaan karena Merasa Bosan
Dia merasa tidak diberi tugas yang menarik untuk dilakukan dalam pekerjaannya.

Dream - Sebuah perusahaan parfum Prancis diperintahkan untuk membayar 40.000 Euro, sekitar Rp640 juta, sebagai ganti rugi kepada seorang mantan karyawannya. Perusahaan itu harus membayar pesangon tersebut kepada pegawainya karena alasan yang terdengar aneh.

Sang mantan karyawan menuntut perusahaan karena menderita kebosanan di tempat kerja. Dia merasa tidak diberi tugas yang menarik untuk dilakukan dalam pekerjaannya.

1 dari 7 halaman

Kasus Pertama dalam Sejarah

Dilansir Staffingindustry.com, kasus yang terjadi untuk pertama kalinya di Prancis ini melibatkan karyawan dari Paris bernama Frederic Desnard.

Desnard membawa perusahaan tempatnya bekerja Interparfums, yang merupakan pembuat parfum mewah, ke pengadilan pekerja.

Pengadilan pekerja memutuskan bahwa Desnard menderita kebosanan yang merupakan kebalikan dari kelelahan yang biasa diderita seorang karyawan.

2 dari 7 halaman

Seperti Zombie Profesional

Saat pertama kali mengajukan kasusnya, Desnard menyatakan pekerjaan di Interparfums telah mengubahnya menjadi 'zombie profesional'. Padahal, Desnard digaji 80.000 Euro (Rp1,2 miliar) per tahun.

Desnard mengatakan bahwa dia diminta untuk tidak melakukan apa pun selain tugas-tugas kasar selama empat tahun. Dia menggambarkan pengalamannya itu sebagai 'masuk neraka'.

Dia mengklaim pekerjaannya penuh dengan tugas-tugas kasar seperti menyiapkan tablet baru buat CEO, dan mengantar tukang ledeng masuk ke rumah bosnya.

3 dari 7 halaman

Membuat Orang Bosan Bentuk Pelecehan Moral

Menurut laman Le Monde, Desnard pernah mengalami serangan epilepsi pada tahun 2014 saat mengendarai mobilnya. Desnard menganggap kecelakaan disebabkan oleh kondisi pekerjaannya yang membosankan.

Dalam pengadilan banding, Interparfums membela diri dengan mengatakan bahwa selama empat tahun bekerja, Desnard tidak pernah menyinggung tentang kebosanannya.

Pekan lalu, laman France Info melaporkan bahwa Pengadilan Banding Paris memutuskan bahwa membuat orang bosan merupakan bentuk pelecehan moral.

4 dari 7 halaman

Kisah Haru Tukang Ojek Rela Dibayar Seikhlasnya karena Sepi Penumpang

Dream - Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berimbas pada profesi tukang ojek. Jarangnya masyarakat yang beraktivitas di luar rumah membuat mereka tak dapat penumpang. Apalagi, kini ojek juga dilarang mengangkut penumpang.

Seperti kisah Mulyadi, tukang ojek yang biasa mangkal di Jalan Sudirman, Dukuh Atas, Jakarta. Kini penghasilan pria 58 tahun tersebut macet. Padahal, kebutuhan keluarganya harus tetap terpenuhi.

Para driver ojek online mungkin masih bisa mendapat penghasilan lewat order makanan atau jasa antar. Masih bisa dilakukan melalui aplikasi. Tapi sayang, Mulyadi bukan sopir ojek online. Dia abang ojek pangkalan. Kerjanya konvensional, tanpa aplikasi.

Akun Instagram @siskiarm, mengunggah kisah Mulyadi. Dalam unggahan itu terlihat perjuangan Mulyadi bekerja di tengah pandemi. Dia memasang tulisan " tarif terserah penumpang" di depan motor. 

Mulyadi memasang tulisan itu akibat tak ada satupun penumpang yang mau naik ojek konvensionalnya. Sehingga, Mulyadi pun rela dibayar seikhlasnya.

5 dari 7 halaman

Duduk Menunggu Penumpang Di Trotoar

Mulyadi tukang ojek yang mau dibayar seikhlasnya

Dari video yang diunggah @siskiarm, Mulyadi duduk termenung di trotoar di depan sebuah perusahaan swasta sekitar Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Dia menunggu penumpang lewat.

Dia menawarkan tumpangan ke setiap orang yang lewat di depannya dan biasa menunggu penumpang dari pagi sampai jam pulang kantor.

" Beliau nyari penumpang yang lewat berharap ada penumpang yg naik ojeknya, beliau nongkrong dari pagi sampe sore. Diusia beliau yang sudah tua masih mau bekerja dengan narik ojek, apalagi diberlakukannya PSBB , jarang orang naik ojek,” tulis Siskia.

6 dari 7 halaman

Mau Dibayar Seikhlasnya

Mulyadi tampak mengenakan sepatu robek. Dengan raut muka yang tak lagi muda Mulyadi terus menawarkan ojeknya kepada pejalan kaki yang lewat di depannya. Tapi tetap saja tak ada penumpang yang ingin menaiki ojeknya.

Menurut cerita dari Siskia, temannya tak sengaja lewat di depan Mulyadi dan ditawari naik ojek. Karena merasa iba, teman Siska pun minta di antar ke stasiun. Dan sesampainya di tempat tujuan, teman Siskia menanyakan tarifnya, Mulyadipun berkata, “ Terserah neng aja, berapa saja saya ikhlas.”

Jadi kemaren ga sengaja tmn saya baru pulang dr kantor , g sengaja ktmu bpk ini, dan setiap ada yg lewat ditawarin , untuk naik ojek nya “ ojek neng, pak, buk” tapi g ada penumpang yg naik ojeknya, karna dr kantor biasanya orang jln kaki sampe stasiun, belum lagi karna diberlakukanya lg PSBB , dan akhirnya tmn saya naik ojek bpk ini, pas tmn saya turun, tmn saya nanya : brpa pak? Bpknya cuma jawab, “ Terserah neng aja,brapa saja saya mah ikhlas.” Dengan sepatu yg sudah tampak bolong bpk nya ga nyerah untuk membanting tulang mencari nafkah, dan ikhlas dibayar brpa aja, bpk ini biasanya berdiri nyari penumpang, di jln Sudirman,” tulis Siska.

7 dari 7 halaman

Membuka Donasi untuk Mulyadi

Fotoitu membuat banyak warganet yang merasa terenyuh dan terharu dengan perjuangan tukang ojek tersebut. Banyak yang mendoakan agar Mulyadi selalu diberi kesehatan.

Melalui akun Instagramnya, Siskia mengajak warganet untuk berdonasi. Nantinya, hasil donasi tersebut akan diberikan ke tukang ojek tersebut.

Buat tmn2 yang ingin menitipkan sebagian rezeki nya untuk bapak ini karna kebetulan tmpt bpk ini biasa nyari penumpang, dkt skali dengan kantor saya. Berapapun yg tmn2 berikan, akan sangat membantu,” tulis Siskia dalam laman instagramnya.

Donasi untuk bpk Mulyadi masih terbuka sampai tgl 24 april 2020 ya, donasi terkumpul sementara Rp.27,320,679 donasi trkhir ditutup besok hari jumat jam 10.00 WIB,” tambahnya.

Beri Komentar