Pesawat Boeing 737 Max Di Parkiran Mobil (Foto: 9News)
Dream - Boeing, raksasa pembuat pesawat Amerika Serikat, benar-benar babak belur setelah musibah jatuhnya 737-Max. Order pesawat yang semula paling laris itu tiba-tiba mandeg di tengah jalan.
Tak hanya pesanan 737-Max, Boeing juga dilaporkan hanya bisa mengirimkan 26 pesawat sepanjang September 2019.
Dibandingkan setahun sebelumnya, jumlah pesanan pesawat Boeing jatuh sampai 70 persen.
Kinerja ini tentu membuat sesak Boeing. Alasannya, pesaingnya Airbus telah mengirimkan 71 pesawat bulan lalu.
Mengutip laporan ibtimes, Boeing dilaporkan baru mengirimkan 302 pesawat hingga September 2019. Jumlah itu hampir separuh dari pencapaian Airbus yang sudah mengirimkan 517 pesananan pesawat.
Seperti diketahui, Boeing 737 Max mengalami kecelakaan fatal di Ethiopia dan Indonesia pada Oktober 2018 dengan korban 346 orang tewas. Sejak kejadian tersebut, Boeing 737 Max dikandangkan.
Regulator keselamatan Eropa dan Amerika sampai saat ini belum memberikan persetujuan perbaikan keselamatan pesawat terkait rekonfigurasi sistem penerbangan berbasis komputer yang dibuat Boeing.
Pada September lalu, Boeing menyatakan akan membayar klaim senilai US$144.500 pada keluarga korban kecelakaan 737 Max. Boeing telah menyiapkan anggaran US$100 juta untuk korban tragedi tersebut.
Hingga paruh pertama 2019, Boeing melaporkan rugi bersih perusahaan hingga US$2,9 miliar.
(Sah, Sumber: ibtimes.com)
Dream – Boeing menyiapkan dana senilai US$100 juta (Rp1,41 triliun) untuk para keluarga korban kecelakaan pesawat 737 Max 8. Maskapai ini akan mendistribusikan uang ini untuk membantu biaya hidup keluarga korban.
Sekadar informasi, kecelakaan 737 Max 8 ini menewaskan korban sebanyak total 346 orang.
" Sebagian dari uang itu akan digunakan untuk biaya hidup dan untuk menutupi kesulitan yang diderita oleh keluarga penumpang yang meninggal," kata perusahaan, dikutip dari CBS News, Kamis 4 Juli 2019.
Dana itu terpisah dari penyelesaian hukum yang dirundingkan dengan dua kecelakaan, kata juru bicara Boeing.
Boeing menghadapi puluhan tuntutan hukum karena kecelakaan yang terjadi pada Oktober 2018 dan Maret 2019. Kerabat penumpang di Lion Air yang jatuh di Indonesia, setuju untuk mencoba menyelesaikan masalah dengan mediasi.
Akan tetapi, keluarga penumpang yang tewas dalam kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines, sedang menunggu sampai lebih banyak yang diketahui tentang kecelakaan.
Investigasi awal menunjukkan software anyar menjadi biang keladi kecelakaan. Maskapai penerbangan kini sedang memperbaiki perangkat lunak 737 Max 8.
Dream - Lebih dari 400 pilot pesawat Boeing 737 Max menuntut perusahaannya karena telah menyebabkan hidup mereka sengsara. Kehidupan mereka berubah sejak banyak pesawat dikandangkan karena dua kecelakaan fatal salah satunya menimpa Lion Air.
Para pilot ini menuduh perusahaan menyembunyikan informasi penting tentang kesalahan dalam desain pesawat yang membuat Boeing 737 Max dikandangkan. Alhasil mereka menganggur dan keuangan terganggu.
Mengutip laporan dari firma hukum berbasis di Chicago dan Australi, tuntutan class action itu ditujukan kepada Boeing pada Jumat pekan lalu karena alasan keuangan dan kerugian lain akibat dikandangkannya armada Max.
Meski belum ada perhitungan resmi, para pilot diduga mengalami kerugian hingga jutaan dollar akibat lama menganggur.
Seperti diketahui armada Boeing 737 Max dilarang terbang sejak Maret 2019 setelah terjadi kecelakaan fatal kedua yang menewaskan 157 orang di Ethiopia. Di Oktober 2018, musibah serupa dialami Lion Air yang menewaskan 189 orang.
Dalam laporannya, firma hukum ini melaporkan dampak dari larangan terbang 737 MAX telah mengganggu pendapatan dan masa depan karier para pilot.
Tuntutan sendiri sengaja diajukan saat perhelatan Paris Air Show untuk memberikan pesan bahwa tingkat penjualan takkan lagi mengabaikan faktor keselamatan.
Sementara dalam dokumen di pengadilan, tuntutan pilot menyebutkan mereka kehilangan sumber pemasukan secara signifikan diantara kerugian ekonomi dan non ekonomi lainnya sejak maskapai penerbangan dunia mengandangkan pesawat 737 MAX.
Manajemen Boeing sendiri belum berkomentar terkait munculnya laporan tuntutan hukum tersebut.
(Sah, Sumber: bussinessinsider.com)
Dream - Keamanan Boeing 737 Max tengah dipertanyakan. Dua musibah fatal maskapai Ethiopian Airlines dan Lion Air dalam kurun waktu lima bulan merenggut seluruh awak dan penumpang di dua pesawat buata Boeing itu.
Di awal kemunculannya, Boeing 737 Max berhasil memikat pengelola maskapai penerbangan. Janji kenyamanan dan efisiensi bahan bakar membuat jumlah pemesan pesawat ini mencapai 5000 unit..
Tetapi reputasi burung besi canggih ini ternoda oleh dua kecelakaan baru-baru ini yang telah menarik perhatian internasional.
Pihak Boeing sendiri sudah membantah kabar soal keamanan pesawat terlaris tersebut. Namun badai sepertinya takkan cepat berlalu.
Setelah banyak maskapai mengandangkan pesawat ini, muncul keluhan tentang Boeing 737 Max 8 dari para pilot di tanah kelahiran Boeing, Amerika Serikat.
Keluhan tentang keamanan Boeing 737 Max 8 sebenarnya sudah disuarakan beberapa pekan setelah terjadi kecelakaan Lion Air JT610.
The Dallas Morning News mengungkapkan lima pilot AS sudah melaporkan keluhan tersebut kepada Federal Aviation Administration (FAA), pengawas penerbangan di AS.
Mereka mengeluhkan sistem penerbangan autopilot dan fitur The Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang sangat mengkhawatirkan.
MCAS merupakan fitur keamanan baru pada Boeing 737 Max 8 yang secara otomatis mengembalikan pesawat pada posisi yang normal setelah lepas landas.
Ketika pesawat lepas landas, MCAS akan mengambil alih kontrol agar hidung pesawat tidak berada dalam kondisi menukik ke atas terus.
Menurut satu insiden di AS pada November 2018, seorang pilot maskapai penerbangan komersial melaporkan bahwa saat lepas landas, autopilot dinyalakan.
" Dalam 2 hingga 3 detik, pesawat tiba-tiba menukik tajam ke bawah hingga memicu sistem peringatan pesawat 'Don't sink, don't sink!'," kata pilot tersebut.
Namun setelah sistem autopilot dengan cepat dimatikan, pesawat naik seperti biasa dan penerbangan berjalan normal. Insiden ini terjadi beberapa pekan setelah kecelakaan Lion Air JT610 di Jawa Barat.
Dalam sebuah insiden terpisah di AS pada bulan November 2018, seorang pilot melaporkan bahwa masalah dimulai ketika ia menggunakan autopilot untuk menstabilkan posisi pesawat setelah lepas landas.
" Co-pilot berkata 'DESCENDING,' yang langsung disusul peringatan 'Don't sink, Don't sink!'. Namun pesawat bisa distabilkan kembali setelah sistem autopilot dimatikan," kata pilot itu.
Dalam laporan lain, seorang pilot maskapai komersial mengeluh tentang bagaimana FAA dan Boeing menangani masalah fitur MCAS.
" Meski telah mengeluarkan arahan darurat pada 7 November 2018, FAA tidak melakukan apa pun untuk mengatasi masalah sistem," tulis pilot itu.
Pilot tersebut lebih lanjut mengatakan bahwa petunjuk manual penerbangan belum diperbarui dengan informasi yang memadai pada waktu itu.
" Sungguh sangat riskan ketika pabrikan, FAA, dan maskapai menyuruh pilot terbang tanpa pelatihan yang baik, atau bahkan memberikan penjelasan melalui manual bahwa model ini lebih kompleks dari sebelumnya," katanya.
Dalam laporan terpisah dari Oktober 2018, seorang pilot mengeluh bahwa sistem autothrottle Boeing 737 MAX 8 tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Autothrottle adalah bagian kendali pesawat yang memerintahkan pesawat untuk berakselerasi ke kecepatan yang ditetapkan dalam parameter tertentu.
Padahal, kru sudah yakin telah menggunakannya sesuai dengan manual yang ada. Beruntung, sang pilot menyadarinya dengan cepat, dan dapat menyesuaikan dorongan secara manual agar pesawat bisa mendaki.
" Tidak lama kemudian saya mendengar tentang kecelakaan (JT610) dan saya bertanya-tanya apakah ada kru lain yang mengalami insiden serupa dengan sistem autothrottle pada MAX?" kata pilot tersebut.
Dalam laporannya, pilot itu menulis bahwa dia dan kaptennya masih baru menggunakan pesawat Boeing 737 Max 8.
" Jadi, saya tidak dapat mengidentifikasi apakah itu masalah pada pesawat atau saya yang tidak tahu caranya," pungkasnya.
(Sah/ Sumber: Dallas News)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN