Deretan Negara Paling Dermawan, Indonesia?

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 14 Oktober 2016 07:30
Deretan Negara Paling Dermawan, Indonesia?
Apakah Indonesia masuk ke dalam daftar negara paling pemurah di dunia?

Dream – Kapan Anda mendonasikan uang untuk beramal? Jika Anda berasal dari Myanmar, Indonesia, atau Australia, tentu sedekah sering dilakukan.

Dilansir dari Forbes, Jumat 14 Oktober 2016, sebuah lembaga riset, Gallup, merilis daftar negara paling dermawan.

Kabar baiknya, Indonesia menduduki peringkat kedua. Ada sebanyak 75 persen orang yang beramal pada bulan lalu.

Lalu, siapa yang pertama?

Yang pertama adalah Myanmar. Negara ini didapuk sebagai negara paling dermawan. Penduduk Mynamar yang mayoritas agamanya Budha mempercayai, beramal bisa meningkatkan peluang hidup lebih baik di kehidupan berikutnya.

Disebutkan 91 persen orang Myanmar mendonasikan hartanya pada bulan lalu. Berikut ini adalah daftar negara paling dermawan yang mendonasikan hartanya pada September 2016.

1. Myanmar: 91 persen

2. Indonesia: 75 persen

3. Australia: 73 persen

4. Malta: 73 persen

5. New Zealand: 71 persen

6. Islandia: 70 persen

7. Inggris: 69 persen

8. Norwegia: 67 persen

9. Belanda: 66 persen

10. Irlandia: 66 persen

(Ism) 

1 dari 2 halaman

Negara Pemilik Hartawan Paling Dermawan

Negara Pemilik Hartawan Paling Dermawan © Dream

Dream - Keberadaan orang kaya di sebuah negara bisa membantu mengatasi jurang kemiskinan. Sejumlah orang berpunya di kawasan Teluk bahkan dilaporkan menyedekahkan tak kurang dari Rp 140 miliar per tahun.

Adalah orang superkaya di Uni Emirat Arab (UEA) yang masing-masing menyumbangkan uang lebih dari US$ 10 juta atau sekitar Rp 140 miliar selama hidup mereka.

Msyarakat ultrakaya didefinisikan sebagai orang-orang yang memiliki kekayaan bersih setidaknya US$ 30 juta.

Dalam laporannya, Wealth-X dan Arton Capital, sebuah penasihat keuangan internasional, melaporka UEA adalah negara paling makmur di dunia dan berkontribusi besar dalam bidang kedermawanan.

" Tetapi mereka selalu dapat melakukan sesuatu untuk menjembatani kesenjangan antara penduduk dunia terkaya dan termiskin," kata Armand Arton, presiden dan kepala eksekutif Arton Capital mengutip laman thenational.ae, Rabu, 13 Januari 2016.

Pada bulan Juli, salah satu keluarga bisnis paling terkemuka di UEA, Al Ghurair, mengatakan akan memberikan sepertiga dari kekayaan mereka - lebih dari US$ 1 miliar - untuk amal.

Abdullah Al Ghurair, konglomerat berbasis di Dubai yang terkenal sebagai pendiri dan pemilik Mashreq Bank, meluncurkan Yayasan Pendidikan Abdullah Al Ghurair. Dia menjanjikan 4,2 miliar dirham untuk mendanai proyek-proyek amal dalam 10 tahun pertama.

Angin kedermawanan juga berhembus ke Arab Saudi ketika Pangeran Alwaleed bin Talal berjanji untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya yang mencapai US$ 32 miliar untuk tujuan amal.

Sumbangan amal global dari para dermawan ultra kaya tahun lalu mencapai US$ 112 miliar. Angka ini mencerminkan lonjakan 25 persen dari tahun 2004 dan naik 6,4 persen tahun-ke-tahun, menurut laporan tersebut.

Pendidikan tetap menjadi alasan utama para dermawan ultra-kaya menyumbangkan dananya, selain kesehatan.

Krisis pengungsi juga memberikan pengaruh yang penting. Dari perkiraan 60 juta pengungsi di seluruh dunia, sekitar 4,3 juta adalah warga Suriah, laporan menunjukkan. Menyediakan tempat tinggal, pendidikan dan uang saku untuk 4,3 juta pengungsi Suriah akan menelan biaya sekitar US$ 60,2 miliar, kata laporan Wealth-X dan Arton Capital.

Sekitar 7441 atau 1 dari 28 dermawan ultra-kaya, menyumbang total US$ 2,7 miliar untuk mengatasi krisis pengungsi. Jumlah rata-rata sumbangan mereka adalah US$ 357.500.

Dalam hal total donasi, India memiliki donor yang paling murah hati, diikuti oleh Inggris dan Hong Kong. Namun berdasarkan sumbangan sebagai persentase dari kekayaan bersih, Inggris mendudukui peringkat di atas daftar donor yang paling murah hati, diikuti oleh Amerika Serikat dan Hong Kong.

 
2 dari 2 halaman

Soal Kedermawanan, Negara Maju Lebih Pelit?

Soal Kedermawanan, Negara Maju Lebih Pelit? © Dream

Dream - Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) mengeluarkan daftar negara maju yang memberikan bantuan internasional terbesar.

Meski masuk golongan negara kaya, sumbangan dari negara OECD justru lebih rendah dibandingkan negara-negara non-OECD. 

Dengan dipimpin Uni Emirat Arab, negara-negara non-OECD memberikan proporsi bantuan luar negeri yang lebih tinggi dari pendapatan negaranya.

Sayangnya, dana bantuan internasional sering diberikan untuk keadaan darurat jangka pendek, bukan untuk manfaat jangka panjang.

Melansir laporan Telegraph.co.uk, Rabu, 13 Januari 2016, selain Amerika Serikat, Inggris menempati posisi teratas untuk sumbangan yang bersumber dari pendapatan nasional. Inggris berada di posisi lima, di belakang negara-negara seperti Swedia dan Norwegia.

Angka-angka yang dirilis OECD menunjukkan bahwa dengan ukuran apa pun, Inggris adalah salah satu donor terbesar. Mengungguli negara-negara seperti Jerman, Perancis dan Jepang.

Yang dimaksud bantuan di sini adalah bantuan pemerintah, bukan sumbangan sukarela melalui badan amal. Jadi bantuan yang disumbangkan bersifat tidak mengikat atau memiliki kepentingan tertentu.

Seperti diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah lama meminta negara-negara maju untuk menyisihkan 0,7% pendapatan nasional mereka untuk bantuan internasional. Namun hanya Swedia, Luksemburg, Norwegia, Denmark dan Inggris yang berhasil memenuhinya pada tahun 2014 lalu.

Sementara negara-negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat, Jerman, Swiss dan Australia, menyumbangkan sedikit lebih rendah dari proporsi pendapatan nasional mereka.

Seiring pertumbuhan ekonomi global, bantuan luar negeri mengalami peningkatan secara keseluruhan dalam jangka panjang, lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 1960-an. Sekarang dana bantuan internasional telah mencapai tingkatnya yang paling tinggi, senilai US$ 137,2 miliar.

Meski PBB menyerukan 0,7% disisihkan untuk 'bantuan pembangunan', rata-rata bantuan yang diambil dari pendapatan nasional oleh negara-negara yang tergabung OECD adalah 0,3%.

Inggris kini memberikan proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan nasional dari sebelumnya. Pada tahun 1999, Inggris menyumbang 0,24%, jumlah yang terus menurun selama 20 tahun. Angka tersebut kini telah naik ke angka 0,71%.

Sebaliknya, AS kini menyumbang 0,18% dari pendapatan nasional mereka untuk bantuan internasional, dan tidak pernah lebih dari 3% sejak awal tahun 1970-an.

Penerima bantuan internasional terbesar adalah Afghanistan, diikuti oleh Vietnam, Suriah, Pakistan, Ethiopia, Mesir dan Turki.

Analisis OECD juga menunjukkan sejauh mana jumlah bantuan dipengaruhi sebuah peristiwa. Sebelumnya terjadi penurunan bantuan secara keseluruhan, tetapi krisis pengungsi Suriah telah membaliknya. Pemerintah Italia terpaksa mengeluarkan bantuan ekstra senilai US$ 600 untuk menambah bantuan internasional yang dikeluarkannya.

Dengan konflik di Timur Tengah yang membutuhkan lebih banyak bantuan internasional, negara-negara sangat miskin di sub-Sahara Afrika mengalami penurunan bantuan hingga 9% dibandingkan dengan 2013. (Ism) 

Beri Komentar