Foto: Liputan6.com/Faizal Fanani
Dream - Setiap kendaraan punya rIsiko kecelakaan, termasuk kereta api yang sebenarnya sudah punya lintasan sendiri. Kereta Api (KA) Brantas misalnya, menabrak truk trailer kosong di perlintasan Jalan Madukoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa malam (18 Juli 2023) sekitar pukul 19:35 WIB.
Kecelakaan tersebut terjadi karena truk tiba-tiba berhenti di perlintasan kereta api. Kecelakaan ini menyebabkan kebakaran hebat di jalur kereta api. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan kereta api tersebut. Namun karena kecelakaan itu, perjalanan 9 kereta api di jalur tersebut harus alami penundaan berangkat.
Peristiwa kereta api menabrak kendaraan sudah bukan hal baru lagi. Namun mengapa masinis kereta api tidak bisa mengerem mendadak saat ada kendaraan lain di jalur kereta api?
Jawaban dari pertanyaan itu pernah diteliti oleh Minnesota Operation Livesaver yang menjelaskan penjelasan ilmiah alasan masinis kereta api tidak boleh mengerem mendadak. Berikut alasannya.
Dikutip dari Liputan6.com, jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kereta api jauh lebih panjang dibandingkan dengan kendaraan lain. Semakin besar dan berat kendaraan maka secara ilmiah akan semakin panjang juga jarak yang diperlukan untuk benar-benar menghentikan laju kendaraan.
Rata-rata kereta terdiri dari 8 hingga 12 gerbong dengan bobot total mencapai 6.000 ton. Intinya, diperlukan energi yang besar untuk membuat kereta itu berhenti dan perlu waktu juga tidak bisa secara mendadak.
Sebagai perbandingan, mobil penumpang biasa yang berjalan dengan kecepatan 88 kilometer per jam akan berhenti setelah melaju sejauh 60 meter, jika kondisi jalanan kering dan sistem rem dalam kondisi baik.
Sistem pengereman pada kereta berbeda dengan yang ada pada kendaraan lain. Kereta hanya dapat bergerak maju mengikuti rel dan tidak bisa berbelok. Saat kereta bergerak, energi kinetik yang besar dihasilkan. Energi ini harus diubah agar kereta dapat berhenti.
Saat ini, terdapat dua metode yang digunakan untuk menghentikan kereta. Metode pertama adalah pengereman balok, sedangkan metode kedua adalah rem udara. Pengereman balok ialah metode yang digunakan pada kereta zaman dahulu, dengan menempelkan blok pada roda untuk menghasilkan energi panas dan memperlambat gerakan kereta hingga berhenti.
Pengereman dengan rem udara adalah metode yang paling umum digunakan sekarang ini. Konsep pengereman balok melibatkan kompresi udara yang disimpan hingga proses pengereman dimulai. Ketika masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara yang terkompresi didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda, menciptakan friksi yang membuat kereta berhenti.
Kereta tetap akan berjalan meskipun melambat karena rem darurat karena rem darurat hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta dengan cepat.
Adanya Ilusi Jarak Kereta
Kereta api memiliki ukuran yang sangat besar, dengan detail ukuran tinggi 5 meter dan lebar 3 meter. Bersama dengan jalur rel yang lurus dan sudut pandang manusia terhadap kereta, ini menciptakan ilusi optik.
Ilusi optik dari sudut pandang kereta menyebabkan kereta terlihat bergerak lambat dan masih jauh, padahal sebenarnya kereta bergerak jauh lebih cepat dan lebih dekat daripada yang terlihat.
Ilusi optik inilah seringkali membuat orang meremehkan bahaya saat menyeberang rel kereta. Mereka berpikir kereta masih jauh, padahal sebenarnya kereta sudah sangat dekat dan dapat menabrak mereka.
Masinis pun demikian karena ilusi optik tersebut tidak bisa mengerem mendadak karena pandangan di dalam kereta berbeda dengan keadaan di luar kereta.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN