Dream - Baru-baru ini terkuak fakta bahwa turis China sering dipaksa pemandu turnya untuk belanja oleh-oleh saat mengunjungi Korea Selatan.
Bahkan menurut dokumen yang disampaikan Perwakilan Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party) Kim Seung-su dari data Organisasi Pariwisata Korea (Korea Tourism Organization), sebanyak 24 kasus, telah terjadi antara tahun 2017 hingga September tahun ini.
Laporan tersebut mengatakan beberapa turis China dibawa ke toko-toko dan dipaksa oleh tour guide di Korea Selatan untuk membeli produk kosmetik, suplemen nutrisi, dan barang-barang bebas bea.
kata seorang wisatawan China yang diterjemahkan ke bahasa Korea, dikutip dari Korea Times.
Dia juga mengatakan, kelompok tersebut dibawa ke dua toko lagi di lokasi terpencil, di mana beberapa penjualnya adalah warga negara China.
Laporan lain menjelaskan beberapa pemandu tidak mengizinkan rombongan meninggalkan toko kecuali telah melakukan pembelian dan memenuhi kuota penjualan yang telah ditentukan.
Pare pemandu mengklaim bahwa berbelanja adalah bagian dari program tur yang diminta oleh pemerintah Korea.
Yang lain bahkan menuntut turis China ini untuk membayar dan berpartisipasi dalam kegiatan tur opsional seharga 400 yuan (sekitar Rp867 ribu) ketika mereka menolak untuk berbelanja.
Jika tidak, para turis harus membayar 1.500 yuan (sekitar Rp3,2 juta) sebagai denda dan sebagian besar orang dalam kelompok tersebut memilih untuk membayar program opsional yang lebih murah.
Menurut KTO, lebih dari 17 juta orang China telah mengunjungi Korea Selatan sejak tahun 2017.
Presiden Asosiasi Pemandu Wisata Korea (KOTGA), Park In-sook, memperingatkan bahwa insiden tersebut dapat merusak industri pariwisata secara serius dalam jangka panjang.
Pada bulan September, Asosiasi Agen Perjalanan Korea (KATA) juga telah mengumpulkan agen-agen domestik yang bertanggung jawab atas tur grup China dan mengadakan pertemuan untuk mengkampanyekan praktik-praktik pemaksaan tersebut.
" Otoritas perjalanan harus menetapkan pedoman yang rinci dan spesifik terhadap praktik bisnis yang tidak adil dalam industri ini, seperti belanja paksa, dan memobilisasi kekuatan administratif untuk menghukum para pelanggar," ujarnya.
Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata setempat juga mengumumkan rencana untuk menindak praktik bisnis yang dinilai tidak adil tersebut. Kementerian ini juga berencana untuk mendirikan pusat pelaporan untuk memantau malpraktik semacam itu.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas