Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
Dream - Tak hanya kesehatan, pandemi virus corona, Covid-19, juga membuat perekonomian susah. Banyak orang kehilangan matapencaharian.
Tapi lihatlah sikap yang diambil pemerintah Singapura. Mereka memutuskan untuk memotong gaji para pejabat tinggi dan kabinetnya untuk membantu masyarakat yang sedang kesusahan.
Gaji presiden, perdana menteri, menteri kabinet, hingga pejabat politik lainnya akan dipotong selama tiga bulan. Kebijakan ini untuk menunjukkan rasa solidaritas di antara warga Singapura di masa sulit akibat Covid-19.
Pengumuman tersebut diungkapkan Wakil Perdana Menteri Singapura, Heng Swee Keat, pada Kamis 26 Maret 2020.
Heng, yang juga Menteri Keuangan, mengatakan, pemegang jabatan politik setuju gaji mereka dipotong satu bulan. Kebijakan itu kemudian dilanjutkan pada dua bulen berikutnya, sehingga total menjadi tiga bulan.
" Pada masa-masa krisis inilah karakter sejati suatu bangsa dapat terlihat. Kita semua terlibat dalam hal ini bersama-sama, dan kita semua harus saling menjaga dalam masa-masa sulit ini," kata Heng.
Heng menyebut kasus Covid-19 sebagai 'krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya'. Krisis ini telah mendorong Singapura untuk menyusun anggaran tambahan yang penting dan mengambil langkah-langkah luar biasa.
" Virus corona adalah tantangan yang menentukan bagi Singapura. Ini adalah krisis kesehatan masyarakat, goncangan ekonomi, dan ujian sosial. Virus corona akan menantang ketahanan kita sebagai individu dan sebagai masyarakat," jelasnya.
Singapura termasuk salah satu negara di dunia yang mampu mengendalikan wabah Covid-19. Hingga Jumat, 27 Maret 2020, jumlah kasus positif Covid-19 Singapura tercatat 683 kasus, dengan jumlah kematian hanya dua jiwa.
Bandingkan dengan kasus positif virus corona di Indonesia yang mencapai 893 kasus dengan jumlah kematian tertinggi di Asia Tenggara yang mencapai 78 jiwa.
Sumber: Straits Times
Dream - Para ilmuwan di Wuhan dilaporkan telah melakukan sebuah penelitian tentang efek penularan virus corona Covid-19 pada sistem reproduksi pria. Meski masih tahap awal dan dalam skala kecil, ilmuwan menemukan adanya masalah reproduksi pada pria yang dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Penelitian yang diterbitkan di medRxiv.org ini adalah pengamatan klinis pertama dari dampak potensial Covid-19 pada sistem reproduksi pria, terutama di antara kelompok usia muda.
Para peneliti dari Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan bersama dengan Pusat Penelitian Klinis untuk Diagnosis Prenatal dan Kesehatan Kelahiran Hubei menganalisis sampel darah dari 81 pria berusia 20 hingga 54 yang dites positif dan dirawat di rumah sakit selama bulan Januari 2020.
Usia rata-rata pasien adalah 38 tahun, dan sekitar 90 persen dari mereka hanya memiliki gejala ringan. Sampel dikumpulkan pada hari-hari terakhir mereka tinggal di rumah sakit.
Menggunakan sampel, tim ilmuwan meneliti rasio testosteron terhadap hormon LH (luteinizing hormone), yang disebut dengan rasio T/LH.
Rasio T/LH yang rendah menjadi indikasi adanya hipogonadisme atau kegagalan fungsi testis yang menyebabkan produksi hormon reproduksi pria yang lebih rendah.
Testosteron adalah hormon reproduksi utama pria yang penting untuk pengembangan karakteristik seksual primer dan sekunder, seperti testis, otot, massa tulang, dan rambut.
Sementara hormon LH ditemukan pada pria dan wanita, yang salah satu fungsinya untuk memicu terjadinya ovulasi atau pembuahan.
Hasil analisis menunjukkan rasio rata-rata produksi hormon reproduksi untuk pasien Covid-19 sebesar 0,74, atau hanya setengah dari tingkat normal.
" Karena lebih dari separuh orang dengan Covid-19 berusia produktif, lebih banyak perhatian harus diberikan pada efek Sars-CoV-2 pada sistem reproduksi," tulis peneliti Wuhan dalam penelitian tersebut.
Mereka mengatakan hasil penelitian ini tidak konklusif dan sampel darah bukan bukti langsung masalah reproduksi dengan pasien Covid-19.
" Faktor-faktor lain, seperti pengobatan dan respons sistem kekebalan tubuh, juga dapat menyebabkan perubahan hormon," tambah mereka.
Sementara itu, Li Yufeng, seorang profesor kedokteran reproduksi di Rumah Sakit Tongji di Wuhan, telah memprediksi dalam sebuah penelitian bahwa testis bisa menjadi target utama serangan virus corona.
Studi lain juga menunjukkan bahwa sindrom pernapasan akut parah (SARS), yang merupakan kerabat jauh dari virus corona baru, juga dapat menyebabkan peradangan pada testis.
Seorang peneliti di Universitas Kedokteran Nanjing, mengatakan penelitian baru ini merupakan 'informasi yang sangat berharga'. Tetapi sampel yang lebih besar diperlukan untuk mengklarifikasi hasilnya.
" Banyak virus dapat mempengaruhi kesuburan, tetapi tidak setiap virus dapat menyebabkan pandemi. Jika dampaknya tahan lama, itu bisa menjadi masalah," kata peneliti, menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.
(Sumber: SCMP)
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati
Bahaya Duduk Terlalu Lama di Toilet, Wasir Hingga Gejala Kanker