Gara-gara Dollar AS, Situs Belanja Online Kebingungan

Reporter : Dwi Ratih
Jumat, 28 Agustus 2015 07:15
Gara-gara Dollar AS, Situs Belanja Online Kebingungan
Sejumlah mitra situs online shop mengaku ngebet menaikkan harga jual.

Dream - Menguatnya Dollar AS mulai membuat pebisnis e-commerce ketar-ketir. Bak buah simalakma, para mitra bisnis e-commerce tak bisa seenaknya menaikkan harga jual mengingat persaingan yang sengat ketat. 

Kusumo Martanto, selaku Chief Executive Officer Blibli.com mengatakan pihaknya berharap para mitra bisnis menahan diri menaikkan harga produk yang ditawarkan. 

" Nanti kalau dinaikan nggak ada yang beli dan pindah ke toko sebelah. Jadi saya sarankan mending ditahan dulu untuk sementara waktu," ujarnya di Jakarta seperti dikutip Dream, Jumat, 28 Agustus 2015.

Kusumo mengakui, menguatnya dollar AS memang berdampak besar pada penjualan barang-barang impor yang dijual mitra perusahaannya. Namun jika mitra membeli barang ketika kurs dollar AS masih stabil, sebetulnya mereka tak mengalami kerugian apapun.

" Saya katakan lucu kalau mereka beli pas harga Rp.12.500 tapi karena sekarang jadi Rp.14.000 ikut dinaikan padahal mereka kan nggak mengalami kerugian. Jadi sayang kalau sampai barang nggak laku," tambah Kusomo yang ditemui di restoran Kembang Goela,Plaza Sentral.

Sampai saat ini, ujar Kusumo, penguatan dollar AS belum berdampak pada penjualan secara online. Bahkan pada pertengahan tahun ini, para mitra sebetulnya mereka masih mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat.

" Sedangkan kalau untuk output saya percaya masih bisa mencapai target ekonomi karena masih banyak cara andalan untuk mengontrol laju ekonomi," imbuh pria asal Semarang itu.

Menghadapi situasi ekonomi yang terpuruk, Kusumo mengaku akan menekankan pada upaya menggenjot layanan konsumen. Hal itu adalah peluang untuk saling berkompetisi menarik pelanggan.

" Kalau sudah kepepet seperti ini pasti semuanya jadi lebih kreatif mencari solusi. Apalagi jumlah pengguna internet yang memanfaatkan transaksi online terus meningkat menjadi 10 persen dari 70-80 juta user," pungkas Kusumo.

Beri Komentar