Singapura (Foto: Shutterstock)
Dream - Berpindahnya kewarganegaraan orang Indonesia menjadi penduduk Singapura tengah menjadi topik hangat. Setidaknya ada 1.000 WNI yang kini menjadi warga Negeri Singa tersebut.
Dirjen Imigrasi Indonesia, Silmy Karim, mengatakan bahwa 1.000 WNI berusia 25 sampai 35 tahun itu berpindah kewarganegaraan pada periode 2019 hingga 2022. Bukan cuma mahasiswa, mereka yang pindah juga termasuk orang-orang yang memiliki keahlian khusus, dengan talenta-talenta baik.
Ada beberapa alasan yang menjadi faktor WNI pindah warga negara Singapura, seperti kesempatan bekerja, infrastruktur, dan pendidikan yang lebih baik.
WNI yang berprofesi sebagai akademisi di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Profesor Sulfikar Amir, mengatakan, faktor lain yang membuat banyak orang berpindah kewarganegaraan adalah paspor Singapura yang merupakan salah satu paspor paling sakti di dunia.
Paspor Singapura menempati peringkat ke lima dalam daftar Passport Index dan dapat masuk ke 127 negara tanpa visa.
“ Sementara kita pakai paspor Indonesia ke mana-mana itu, aduh, diperlakukan sangat tidak enak ketika kita minta visa,” kata Prof. Sulfikar dikutip dari BBC, Kamis, 13 Juli 2023.
Namun berdasarkan pengamatannya terhadap beberapa teman yang sudah berpindah warga negara, Prof. Sulfikar mengatakan para WNI yang jadi WN Singapura sesungguhnya tidak pernah benci atau kecewa dengan Indonesia.
Dia mengamati, apapun yang terjadi dengan Indonesia, mereka tetap merasa itu adalah bagian dari identitas mereka sebagai orang Indonesia yang tinggal di Singapura.
“ Tapi mereka melihat bahwa mungkin pekerjaan mereka itu tidak terlalu dihargai kalau mereka tetap ada di Indonesia, khususnya teman-teman yang ada di dunia akademik ya, atau di dunia pendidikan. Lalu kemudian ada alasan-alasan yang bersifat personal yang tentu saja sangat kompleks,” ungkapnya.
Singapura sendiri berusaha menambah populasinya dari sekitar 5 juta saat ini menjadi 6,9 juta pada 2030. Caranya, dengan membujuk lebih banyak warganya untuk punya anak dan memberikan kewarganegaraan kepada tenaga profesional dari luar negeri.
Menurut informasi resmi, negara-kota itu memberikan kewarganegaraan kepada 15.000-25.000 orang setiap tahun. Syarat utama untuk mendapatkan kewarganegaraan Singapura adalah telah menjadi Permanent Resident selama setidaknya dua tahun.
Profesor Sulfikar Amir juga mengatakan salah satu cara Singapura ‘merekrut’ warga dari negara-negara tetangga adalah dengan memberikan beasiswa untuk kuliah di universitas-universitas paling bergengsi di negara tersebut, seperti NTU dan National University of Singapore (NUS).
Beasiswa itu berupa hibah biaya pendidikan atau tuition grant untuk studi sarjana selama maksimal empat tahun. Namun ada syaratnya yakni setelah penerima beasiswa harus bekerja di perusahaan Singapura selama tiga sampai empat tahun.
“ Nah biasanya anak anak yang pindah jadi warga negara Singapura itu adalah mereka yang sudah menikmati berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah Singapura baik itu fasilitas pendidikan maupun fasilitas publik yang lain seperti misalnya transportasi publik, kesehatan, dan sebagainya,” kata Prof. Sulfikar.
Duta besar Indonesia di Singapura, Suryopratomo, mengatakan angka 1.000 WNI per tahun sebenarnya terbilang sedikit dibandingkan jumlah WNI di Singapura yakni sekitar 250.000, termasuk 5.000 mahasiswa dan 160.000 pekerja domestik.
Suryopratomo memperkirakan angka 1.000 WNI per tahun itu juga mencakup para pengusaha dan warga lanjut usia (lansia) yang memutuskan untuk tinggal di Singapura setelah pandemi Covid-19.
Menurut dia, banyak WNI lansia terutama merasa lebih nyaman tinggal di Singapura karena sistem kesehatan dan lingkungan yang lebih baik.
“ Banyak orang yang pertama waktu Covid itu memutuskan untuk menjadi warga negara Singapura karena mereka lebih merasa lebih akan lebih aman hidupnya kalau nanti terjadi pandemi lain,” kata Suryopratomo kepada BBC News Indonesia.
Suryopratomo pun tidak memungkiri bahwa brain drain tampaknya benar-benar terjadi. Untuk mencegah itu, imbuhnya, Indonesia perlu menawarkan kehidupan yang lebih menyenangkan, lebih nyaman, lebih menantang, serta lebih banyak ruang untuk maju.
“ Kita tahu bahwa ternyata memang brain drain itu terjadi. Nah pertanyaannya adalah kita menyalahkan siapa? Menyalahkan orang dianggap tidak punya nasionalisme? Karena orang bukan cuma sekedar butuh uang, tapi dia butuh aktualisasi diri sebagai manusia dan itu kalau dia punya pekerjaan,” ujarnya.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya