IHSG Sempat Menyentuh Level 6000
Dream - IHSG, Indeks Harga Saham Gabungan, sempat rontok di awal perdagangan hari ini, Senin, 6 Agustus 2019. Kecemasan pelaku pasar pada perang dagang yang memicu perang currency memicu aksi jual besar-besaran pelaku pasar.
Runtuhnya IHSG di awal perdagangan itu membuat tiga indeks saham syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut terkena imbas. Ketiganya kompak mendekam lemah sepanjang perdagangan.
Pada penutupan perdagangan saham hari ini, IHSG ditutup melemah 0,91 persen ke level 6.119,471. IHSG sempat menyentuh level terendahnya di level 6.030,067 saat perdagangan baru berjalan 10 menit.
IHSG membuka sesi perdagangan dengan melemah 119,98 poin (1,95%) ke level 6.053,87. Pelemahan lebih dalam dialami indeks saham bluechips, LQ45, yang terpangkas sampai 2,71 persen.
Datangnya aksi beli pelaku pasar mendorong IHSG bergerak naik meski tak bisa menembus zona positif.
Pelemahan IHSG ini telah berlangsung selama dua hari berturut-turut.
IHSG siang tadi menutup sesi perdagangan di level 6.123,459. Sementara pada perdagangan pukul 14.31 WIB, IHSG bertahan melemah di level 6.133,464.
Koreksi yang dialami IHSG merembet ketiga indeks acuan saham syariah. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sore ini menutup perdagangan dengan koreksi 0,32 persen ke level 181,835. Seperti IHSG, indeks ISSI juga mendekami seharian di zona merah setelah dibuka melemah di level 180,673.
Pelemahan juga dialami Jakarta Islamic Index (JII) meski sempat menyentuh teritori positif. Indeks berisi 30 emiten unggulan syariah ini turun 0,50 persen ke level 661,591.
Sementara indeks syariah paling bungsu, JII70, bergerak turun 0,38 persen ke level 222,671.
Indeks sektoral di BEI sebetulnya bergerak variatif. Namun tekanan sangat besar menimpa indeks sektor barang aneka yang terpangkas sampai 2,26 persen. Disusul sektor keuangan 1,90 persen, dan perdagangan 1,28 persen.
Analis Satrio Utomo menilai koreksi Dow Jones hingga 700 poin menjalar ke berbagai bursa saham dunia termasuk Indonesia. Tekanan di bursa saham Amerika Serikat itu dipicu eskalasi perang antara Amerika dan China yang semakin meningkat.
" Dari sekedar Perang Dagang, sekarang menjadi Perang Currency. Ini terjadi setelah China sengaja membiarkan mata uangnya melemah," ujar Satrio dikutip dream dari akun blognya.
Tekanan jual asing semakin menambah berat laju indeks saham di bursa saham Indonesia. Hingga sore tadi sekitar 15.46 WIB, Satrio mencatat nett sell asing telah mencapai Rp1,36 triliun. (Sah)
Advertisement