Mumi Putri Duyung (Youtube/The Asahi Shimbun Company)
Dream - Sekelompok peneliti memulai proyek untuk menganalisis mumi putri duyung yang tertangkap oleh jaring ikan di lepas pantai di wilayah yang kini dinamakan Prefektur Kochi, Jepang, antara tahun 1736 dan 1741.
Sejak penemuannya, mumi putri duyung itu disimpan di kuil Enjuin di Asakuchi, tempat ia dilihat sebagai objek pemujaan.
Tim peneliti juga akan menguji sampel DNA yang diambil dari mumi tersebut untuk memastikan hewan apa ini sesungguhnya.
" Saya berharap proyek penelitian ini dapat meninggalkan catatan (ilmiah) untuk generasi mendatang," kata kepala penelitian, dikutip dari IFL Science.
Meski begitu, banyak yang menyakini jika mumi tersebut adalah monyet dan ikan yang entah karena alasan apa, ditempel atau dijahit menjadi seperti duyung.
Dugaan ini muncul karena penelitian sebelumnya pernah mengamati makhluk serupa. Kala itu ilmuwan menemukan sosok putri duyung yang ternyata adalah ikan yang dilekatkan pada kawat dan batang kayu dengan rambut manusia..
Hal ini mirip dengan tipuan putri duyung yang dipamerkan oleh P. T. Barnum. Barnum, yang dikenal dengan nama " Fiji Mermaid" . Nyatanya, yang ditampilkan di pameran itu adalah putri duyung jadi-jadian yang bagian atas tubuhnya monyet dijahit menjadi ikan, dan kedua bagian tubuh itu juga mati.
Putri duyung itu kemungkinan diciptakan oleh seorang nelayan Jepang sebagai lelucon. Nelayan itu mengklaim bahwa ikan monyet telah meramal bahwa semua orang di pulau itu akan menjadi mandul.
Satu-satunya obat adalah memiliki gambar putri duyung itu sendiri. Dari sanalah si nelayan mendapatkan uang.
Tim peneliti akan mempublikasikan temuan mereka tentang putri duyung tersebut akhir tahun ini. Menurut Hiroshi Kinoshita dari Okayama Folklore Society yang pertama kali mencetuskan proyek penelitian ini, spesimen putri duyung lainnya ternyata adalah monyet yang dijahit ke salmon.
Dream - Sebuah batu kuno yang dipercaya sebagai penjara iblis selama 1.000 tahun secara misterius tiba-tiba terbelah menjadi dua.
Peristiwa ini menimbulkan ketakutan di kalangan warga. Mereka khawatir kekuatan gelap yang terpenjara ribuan tahun telah lepas.
Sessho-seki atau Batu Pembunuh (Killing Stone) adalah batu kuno yang sangat legendaris dalam mitologi Jepang.
Batu kuno vulkanik tersebut dipercaya bisa membunuh siapa pun yang bersentuhan dengannya karena ada roh jahat yang bersemayam di dalamnya.
Sessho-seki sendiri berasal dari gunung berapi aktif yang berada di Jepang Tengah, tidak jauh dari ibukota Tokyo.
Setelah melihat Sessho-seki terbelah jadi dua pada 5 Maret, penduduk lokal Jepang langsung waspada.
Sementara netizen yang tak terlalu percaya mitos lebih fokus pada kekhawatiran batu itu akan mengeluarkan gas beracun.
Menurut legenda Jepang, Sessho-seki konon adalah jasad iblis wanita bernama Tamamo-no-Mae yang membatu setelah kalah bertarung.
Saat hidup, Tamamo-no-Mae terlihat sebagai wanita yang cantik. Namun Tamamo-no-Mae bisa berubah wujud menjadi seekor rubah yang memiliki sembilan ekor.
Mitologi Jepang mengisahkan bahwa Tamamo-no-Mae bekerja untuk seorang daimyo atau pejabat berpengaruh di zaman feodal Jepang.
Bersama Tamamo-no-Mae, daimyo tersebut berencana menggulingkan dan membunuh Kaisar Toba yang berkuasa pada tahun 1107-1123.
Terlepas dari mitos tersebut, berita terbelahnya Sessho-seki menjadi bahan perbincangan hangat netizen di Jepang.
Sebagian mengungkapkan kekhawatiran kalau terbelahnya Sessho-seki ini adalah pertanda buruk bagi dunia yang sudah rusak ini.
" Membaca ini agak menakutkan, terutama dengan kondisi di dunia saat ini, kita tidak perlu kekuatan gelap lainnya," tulis seorang netizen Jepang.
" Pertanda apakah ini? Benar-benar sangat menakutkan," timpal netizen lainnya.
Terbelahnya Batu Pembunuh ini juga dikonfirmasi oleh Pusat Informasi Pariwisata Kota Nasu di Prefektur Tochigi.
Namun pejabat setempat tidak membahas tentang mitologi dan legenda yang menyelimuti Sessho-seki.
Mereka justru mengungkapkan penyebab terbelahnya batu kuno yang dianggap menakutkan tersebut.
Disebutkan jika Sessho-seki sebelumnya sudah lama mengalami keretakan. Hujan dan suhu udara yang rendah mungkin telah menyebabkan batu kuno itu terbelah.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Masaharu Sugawara, Ketua Klub Pemandu Kogen Yumoto Kota Nasu. Sugawara bahkan menyayangkan simbol tersebut harus hancur.
" Itu wajar, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saja sangat disayangkan karena itu (Sessho-seki) adalah simbol daerah setempat," ujarnya.
Batu Pembunuh terdaftar sebagai situs bersejarah lokal pada tahun 1957, dan disebutkan dalam karya penyair Jepang Matsuo Basho berjudul The Narrow Road to the Deep North.
Sumber: Daily Star
Advertisement
Perhatian Buat yang Suka Menyangga HP Pakai Kelingking, Ini Bahayanya!
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Perhatian Buat yang Suka Menyangga HP Pakai Kelingking, Ini Bahayanya!
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern