Inflasi Hampir 100 Persen, Warga Argentina Mengais Makanan dari Tempat Sampah

Reporter : Alfi Salima Puteri
Sabtu, 15 Oktober 2022 12:20
Inflasi Hampir 100 Persen, Warga Argentina Mengais Makanan dari Tempat Sampah
Bahkan ada warga yang menjadi pemulung sampah untuk bisa makan atau antri di pasar barter untuk menukarkan barang-barang yang tersisa untuk hidup.

Dream - Warga Argentina kini tengah menghadapi lonjakan inflasi yang mencapai 100 persen tahun ini. Mereka bergulat untuk bertahan hidup.

Melansir laman Channel News Asia, Jumat, 14 Oktober, bahkan ada warga yang menjadi pemulung sampah untuk bisa makan atau antri di pasar barter untuk menukarkan barang-barang yang tersisa untuk hidup.

Negara di Amerika Selatan itu akan mencatat kenaikan harga paling tajam tahun ini sejak periode hiperinflasi sekitar tahun 1990, sebuah kasus ekstrim bahkan di dunia yang secara luas berjuang untuk menjinakkan inflasi yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

" Penghasilan saya tidak lagi cukup," kata Sergio Omar, seorang warga Argenetina yang menghabiskan 12 jam sehari menelusuri tumpukan sampah untuk mencari kardus, plastik, dan logam untuk dia jual.

 

1 dari 5 halaman

Pria berusia 41 tahun itu mengatakan biaya makanan telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir sehingga ia pun kesulitan untuk memberi makan keluarganya dengan lima anak.

Dia mengatakan bahwa semakin banyak pekerja serabutan akan datang ke tempat pembuangan sampah untuk mencari barang yang bisa mereka jual dalam perjuangan untuk bertahan hidup.

" Dua kali lebih banyak orang datang ke sini karena ada begitu banyak krisis," katanya.

2 dari 5 halaman

Omar menjelaskan bahwa dia dapat menghasilkan antara US$13-US$40 (Rp200 ribu - Rp617 ribu) per hari dengan menjual sampah yang dapat didaur ulang.

Di tempat pembuangan akhir sampah, banyak pria dan wanita mencari pakaian yang masih bisa digunakan dan bahkan makanan untuk dikonsumsi.

Mereka mengarungi tumpukan sampah yang terdapat banyak tikus, anjing liar dan burung.

3 dari 5 halaman

Krisis Ekonomi Terburuk, Warga Lebanon Harus Rampok Bank untuk Tarik Uang di Rekeningnya Sendiri

Dream - Krisis ekonomi yang menghantui dunia rupanya sudah terjadi di Lebanon. Pada Selasa lalu, masyarakat melakukan aksi demonstrasi di bank luar ibu kota Beirut agar diizinkan mengambil uang mereka.

Salah seorang duta besar Lebanon, George Siam, menjadi salah seorang yang ikut aksi duduk di luar bank itu. Pria yang pernah bertugas di Qatar, Turki, Brasil, dan Uni Emirat Arab, itu menuntut agar diizinkan menarik uang dari rekeningnya.

Istri George, Golda Siam, mengatakan bahwa suaminya tidak bersenjata dan hanya melakukan aksi damai. " Itu uang kami dan kami tidak perlu mengemis untuk itu," kata Golda dikutip dari CNN.

4 dari 5 halaman

Pada bulan September, Sali Hafiz, seorang wanita Lebanon, menjadi berita utama media setempat ketika mendatangi sebuah bank dengan pistol mainan. Golda mendukung Hafiz dan mentweet, " Kami membutuhkan lebih dari itu. Wanita itu adalah pahlawan."

Dua pria lain juga menodong petugas bank di Lembah Beqaa dan Tyrus pada hari Selasa, mereka menuntut agar tabungan mereka dikembalikan. Kedua pria itu membawa senjata dan menyandera petugas bank.

Pada hari Selasa pula, dalam insiden lain, bank ke empat di Tripoli diserbu oleh karyawan perusahaan listrik yang tidak puas. Sesuai dengan Depositors Outcry Association, sebuah kelompok advokasi, mereka memprotes gaji yang terlambat serta pemotongan gaji.

5 dari 5 halaman

Bulan lalu, setidaknya terjadi tujuh insiden di mana deposan marah menduduki bank. Setelah ini, bank kini telah mempekerjakan perusahaan keamanan swasta untuk menjaga cabang mereka.

Insiden-insiden ini melukiskan gambaran suram tentang kondisi kehidupan mengkhawatirkan yang dihadapi Lebanon di tengah krisis keuangan.

Banyak yang menuding korupsi dan salah urus negara yang menjadi biang kerok memburuknya krisis ekonomi Lebanon. Bahkan disebut sebagai yang terburuk di sepanjang sejarah mereka.

Sejak 2019, pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 95 persen nilainya di pasar gelap. Pada saat yang sama, pengangguran dan kemiskinan melonjak. (wionews.com)

Beri Komentar