China Alami Inflasi Parah, Seluruh Dunia Was-was!

Reporter : Sugiono
Kamis, 11 November 2021 16:12
China Alami Inflasi Parah, Seluruh Dunia Was-was!
Harga barang di tingkat produsen dan konsumen di China melonjak tajam.

Dream - Dalam beberapa pekan ini, China mengalami krisis dalam berbagai sektor. Selain kasus penularan Covid-19 yang kembali meningkat, China juga mengalami inflasi gila-gilaan.

China mengalami krisis harga bahan baku di tingkat produsen dan barang di level konsumen hingga menimbulkan panic buying.

Biro Statistik Nasional China mengungkapkan, Indeks Harga Produsen (PPI) melonjak 13,5% pada Oktober secara tahunan, atau meningkat dari 10,5% pada September secara bulanan.

Menurut Eikon Refinitiv, lonjakan tersebut termasuk yang tercepat sejak pemerintah China mulai merilis data pada pertengahan 1990-an.

Sementara itu, Indeks Harga Konsumen China naik 1,5% pada Oktober dari tahun lalu atau dua kali lipat dari bulan sebelumnya. Rekor ini merupakan kenaikan tercepat sejak September 2020.

Zhiwei Zhang, kepala ekonom Pinpoint Asset Management yang berbasis di Hong Kong, mengaku khawatir tentang peralihan krisis harga dari produsen ke konsumen ini.

" Produsen akan mengatur penggunaan persediaan mereka sebagai penyangga untuk menghindari beban biaya yang lebih tinggi kepada konsumen. Akan tetapi persediaan mereka sekarang telah habis," lanjut Zhang.

1 dari 3 halaman

Oktober menandai pertama kalinya harga barang di tingkat konsumen di China meningkat dalam lima bulan terakhir.

Melonjaknya tagihan listrik dan gangguan rantai pasokan bahan baku mengerek biaya produksi yang pada akhirnya menaikkan harga di tingkat konsumen.

Pada pekan lalu, Kementerian Perdagangan China mengeluarkan imbauan kepada pemerintah daerah untuk mendorong warganya menimbun makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Keputusan itu diambil karena cuaca buruk, berkurangnya pasokan energi, dan penularan Covid-19 yang kembali merajalela telah mengganggu mata rantai pasokan.

Peringatan tiba-tiba itu memicu panic buying di supermarket hingga toko online. Pihak berwenang mengaitkan kenaikan inflasi konsumen ini dengan melonjaknya harga sayuran dan gas.

2 dari 3 halaman

Dong Lijuan, ahli statistik senior untuk NBS, mengungkapkan melonjaknya harga sayuran hingga 16% di bulan Oktober disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan naiknya biaya transportasi.

Selain itu, pembatasan yang dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 di China menyebabkan biaya transit lintas wilayah dapat meningkat.

Krisis energi yang saat ini melanda berbagai negara juga merupakan kontributor utama kenaikan inflasi harga produsen, karena biaya penambangan dan pemrosesan batubara telah meningkat. Dong menyebutkan bahwa harga bensin dan solar telah mengalami kenaikan lebih dari 30%.

3 dari 3 halaman

Tidak hanya di China, meningkatnya inflasi di negara itu juga memicu kekhawatiran global. Hal ini diungkapkan Ken Cheung, kepala strategi Valuta Asing di Asia untuk Mizuho Bank.

Cheung menjelaskan inflasi di tingkat produsen dan konsumen di China ini akan mendorong tekanan inflasi global. Itu karena peran China sebagai pabrik dunia dan termasuk dalam rantai pasokan global.

Sementara itu, Jing Liu, ekonom senior untuk Greater China di HSBC, mengungkapkan krisis inflasi produsen di China ini akan tetap tinggi hingga musim dingin mendatang.

Dia menambahkan bahwa harga energi juga dapat terus meningkat, dan memperkirakan inflasi konsumen dapat terus meningkat.

Sumber: CNN

Beri Komentar