Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Perkembangan teknologi membawa tuntutan pada kecepatan suatu moda transportasi.
Pesawat yang dikembangkan Badan Antariksa Inggris baru saja mengumumkan perjanjian teknologi terbaru penerbangan dengan Badan Antariksa Australia yang dinamai Jembatan Antariksa Pertama di Dunia.
Dilaporkan CNN, dengan teknologi ini, penerbangan dari London ke Sidney bisa dipangkas hingga 80 persen. Artinya, perjalanan berdurasi 22,5 jam bisa dicapai dengan waktu 4,5 jam.
Teknologi yang dikembangkan ini berwujud mesin superjet bernama Synergetic Air-Breathing Rocket Engine (SABER). Mesin ini dikembangkan perusahaan berbasis di Oxfordshire, Inggris, Reaction Engines.
" Ketika kami telah membawa mesin roket SABER membuahkan hasil, itu memungkinkan kami untuk mencapai Australia dalam waktu mungkin hanya empat jam," kata Graham Turnock, Kepala Badan Antariksa Inggris.
" Ini adalah teknologi yang pasti bisa diwujudkan. Kita berbicara tahun 2030-an untuk layanan operasional, dan pekerjaannya berkembang pesat."
Sejak Concorde berhenti terbang pada 2003, penggemar penerbangan supersonik telah merindukan cara baru untuk merasakan kecepatan menembus suara.
April 2019, Reaction Engine mengumumkan tes pendahuluan yang sukses. Mereka menyimulasikan kondisi di Mach 3.3, setara 4.074 kilometer per jam, atau lebih dari tiga kali kecepatan suara.
Saat ini, mesin masih menjalani tes precooler di fasilitas pengujian di Colorado Air and Space Port di Amerika Serikat.
Pada kecepatan tinggi seperti itu, udara yang mengalir melalui mesin dapat mencapai suhu yang sangat tinggi, yang berpotensi menyebabkan kerusakan.
Mesin SABER dirancang untuk mencapai kecepatan di atas Mach 5, setara 6.174 kilometer per jam, di atmosfer Bumi. Pesawat dapat berubah menjadi roket yang dapat terbang melalui ruang angkasa jika mencapai Mach 25.
" Hal utama dengan Sabre adalah seperti hibrida dari mesin roket dan mesin aero, sehingga memungkinkan roket untuk menghirup udara," ujar Shaun Driscoll, direktur program di Reaction Engines.
Dari pengembangan ini, Reaction Engines telah menerima lebih dari 100 juta pondsterling, setara Rp1.746 triliun, pendanaan selama empat tahun terakhir. Perusahaan ini juga mendapat investasi dari BAE Systems, Rolls-Royce dan Boeing HorizonX.
Dream – Belakangan ini, produsen otomotif getol mengembangkan teknologi autonomous. Tapi, tahukah kamu bahwa teknologi ini bisa membuat keterampilan mengemudimu memburuk?
Dikutip dari Auto Evolution, Kamis 18 Juli 2019, sebuah studi yang dilakukan oleh University of Nottingham, Inggris, mengungkapkan bahwa pengemudi terlalu banyak bergantung dengan teknologi autonomous. Ketika diminta tidak menggunakan teknologi ini, mereka cenderung lamban membuat keputusan.
Penelitian ini mengamati 49 pengemudi dari beragam usia dan jenis kelamin, lalu diminta untuk mengendarai otomatis selama setengah jam per hari selama lima hari berturut-turut.
Hasilnya, pengemudi menjadi lebih puas ketika mengemudi secara driveless. Tapi, ketika diminta kembali ke mode manual, respons pengemudi jadi lebih lambat dan membuat kesalahan yang buruk.
Pada hari pertama penelitian, pengemudi diberi tahu bahwa mereka akan mulai dalam mode manual, kemudian beralih ke otonom setelah mencapai jalan tol. Mereka juga akan menerima peringatan mendapatkan head up 60 detik untuk kembali ke mode manual.
Pada hari pertama, mereka mengambil kendali atas mobil. Tapi, pengemudi-pengemudi ini melakukan kesalahan, seperti bablas sejauh 2 meter, kecepatan bervariasi, dan berbelok melintasi jalur.
Pada hari terakhir, mereka memiliki waktu respons lambat ketika mengambil kembali mobil. Responden memerlukan waktu untuk kembali beraksi saat terjadi keadaan darurat.
Peneliti kajian itu, Gary Burnett, David Large, dan Davide Salanitri, mengatakan bahwa kekhawatiran utama adalah pengemudi bisa kikuk ketika beralih dari otonom ke manual. Sebab, saat teknologi ini diaktifkan, para pengemudi tak diharuskan ikut memantau, membuat keputusan, atau memberikan input fisik untuk tugas mengemudi.
“ (Teknologi) ini mengurangi persepsi dan pemahaman tentang elemen dan perisitwa di lingkungan serta kemampuan untuk memproyeksikan masa depan dari kesadaran situasional,” kata para peneliti.
Direktur RAC Foundation Steve Gooding, mengatakan membawa mobil autonomous di jalan umum menjadi tantangan terbesar. Kalau kendaraan ini diizinkan mengaspal di jalan umum, desainernya harus menerapkan konsep pengemudi dilibatkan atua diminta mengambil alih kendaraan.
Dream - Teknologi yang kian maju memang sangat membantu dalam pembuatan film.
Saat ini dengan bantuan Computer Graphic Image (CGI), sang pembuat film bisa mewujudkan situasi dan kodisi yang diinginkan.
Pada perkembangannya, CGI memang semakin mendarah daging dalam industri perfilman.
Mulai tahun 2000-an, CGI memegang peran dominan untuk pemberian efek visual.
Lantas bagaimana sih pembuatan film sebelum munculnya teknologi CGI? Enggak terbayangkan berapa banyak properti yang digunakan untuk membuat satu adegan film.
Bahkan tak jarang para pekerja sineas ini membuat terlebih dulu lokasi yang akan mereka gunakan untuk syuting film.
Seperti yang terlihat dalam beberapa foto di bawah ini. Terbayang betapa ribetnya pembuatan film dulu kala.
Penasaran? Dilansir dari boredpanda.com, check this out!
1. Star Wars: Episode I - The Phantom Menace (1999)
2. Star Wars: Episode V - The Empire Strikes Back (1980)
3. Corpse Bride (2005)
4. Honey, I Shrunk The Kids (1989)
5. Back To The Future Part II (1989)
6. Labyrinth (1986)
7. Face/Off (1997)
8. Jurassic Park (1993)
9. Independence Day (1996)
10. Star Wars: Episodes I & II
11. The Muppet Movie (1979)
12. True Lies (1994)
13. E.T. The Extra-Terrestrial (1982)
14. Alien (1979)
15. Terminator 2: Judgment Day (1991)
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib