Ini Alasan Manajer Lamban dalam Ambil Keputusan

Reporter : Ramdania
Sabtu, 30 Mei 2015 16:01
Ini Alasan Manajer Lamban dalam Ambil Keputusan
Seorang manajer memang membutuhkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan. Namun, jika keputusan tersebut terlalu lama maka peluang pun akan hilang.

Dream - Apakah Anda pernah menyiapkan usulan untuk manajer tentang peluang masa depan perusahaan Anda, namun harus menunggu lama dan berharap kapan kiranya usulan itu disetujui? Dan Anda bertanya-tanya mengapa?

Sayangnya, fenomena seperti itu sekarang semakin umum terjadi daripada yang kita bayangkan. Bahkan, salah satu kekurangan umum seorang manajer adalah terlalu berhati-hati. Artinya, manajer terlalu berlebihan dalam menimbang keputusan hingga begitu khawatir akan membuat keputusan yang salah.

Dengan terus menunggu lebih lama dan manajer meminta lebih banyak masukan, membuat sebuah keputusan menjadi terlambat dan peluang pun hilang.

Seperti yang dikatakan David Dotlich dan Peter Kairo dalam buku mereka, Why CEOs Fail, yang dikutip dari Gulf News, Sabtu 30 Mei 2015, berhati-hati dapat menguntungkan bila punya sikap bijaksana atau teliti.

Tapi mereka yang terlalu berhati-hati sering gagal atau menurut Dotlich dan Kairo, mereka yang ragu-ragu akan kalah. Kelompok manajer ini tidak dapat bertindak tegas pada saat-saat penting. Mereka terobsesi tentang sesuatu yang mungkin salah.

Menurut Dotlich dan Kairo para manajer yang terlalu berhati-hati ini takut gagal daripada ingin sukses. Ini sama seperti bermain tenis secara konservatif agar Anda tidak terlihat buruk; daripada bermain agresif sehingga Anda bisa menang.

Apa konsekuensi dari ketidakmampuan manajer untuk bertindak tegas dan menjadi terlalu berhati-hati? Perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk tumbuh. Bawahan atau rekan-rekan sesama manajer mungkin akan benar-benar memilih hengkang dari perusahaan.

Mereka mungkin frustrasi dengan ketidakmampuan manajer dalam mengambil tindakan dan lelah menjadi anak buah. Sebab bos mereka sangat khawatir tentang setiap proyek yang diusulkan sehingga tidak pernah disetujui karena terus meminta pendapat kedua, ketiga dan seterusnya.

Menariknya, Dotlich dan Kairo mencatat bahwa kebanyakan manajer yang membuat perubahan besar selalu bertindak lebih cepat. Mereka memiliki lebih banyak keberanian tentang keyakinan mereka.

Berhati-hati itu memang tidak salah, dan pada kenyataannya, sangat penting bahwa para manajer membuat keputusan yang didukung dengan data. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka melewati batas. Mereka menjadi terlalu berhati-hati dan takut mengambil tindakan karena menginginkan dukungan analitis yang terjamin.

Namun tidak ada jaminan seperti itu. Manajer harus bersedia untuk mengambil risiko dan kesempatan. Jika mereka tidak bisa melakukan itu, mereka tidak hanya berisiko kehilangan pekerjaan, tetapi juga akan mengorbankan masa depan perusahaan.

Baca Juga:

Beri Komentar