Jelang Puasa, Pembantu di Saudi Minta Gaji Rp 17 Juta

Reporter : Syahid Latif
Sabtu, 30 Mei 2015 14:02
Jelang Puasa, Pembantu di Saudi Minta Gaji Rp 17 Juta
Keluarga di Saudi kini tengah ketar-ketir mencari pembantu setelah banyak negara menghentikan pengiriman tenaga kerja informalnya.

Dream - Menghadapi bulan Ramadan, banyak keluarga di Arab Saudi tak bisa tenang. Tahun ini diperkirakan mereka harus melalui bulan puasa tanpa bantuan pembantu rumah tangga (PRT).

Tak cuma tahun ini, krisis PRT sdah terjadi sejak tiga tahun lalu. Pemicunya, banyak negara menyetop pengirimkan tenaga kerja sektor informal ke Saudi.

Peluang mendapatkan PRT sebetulnya tak tertutup sepenuhnya. Jika mau sedikit mengambil risiko, keluarga Saudi bisa mendapatkan PRT dari pasar gelap.

Namun cara ini juga tak terlalu banyak membantu. Memanfaatkan Ramadan, para pembantu meminta gaji 5.000 riyal atau setara Rp 17 juta.

Gaji itu tentu tak masuk akal. Para pekerja informal ini meminta gaji setara pekerja lulusan universitas.

" Tak mungkin seorang ibu rumah tangga menghabiskan waktunya untuk mencuci, memaskan, salat, membaca Alquran setelah buka puasa. Ini sangat tak masuk akal," kata Ameena, seorang warga Saudi yang bekerja sebagai suster seperti dikutip laman Arabnews, Sabtu, 30 Mei 2015.

Ameena mengaku bulan puasa kali ini merupakan tahun pertamanya tanpa bantuan seorang PRT. Pembantunya asal Indonesia yang telah bekerja 10 bulan lalu telah meninggalkan pekerjaan.

Padahal Ameena mengaku dirinya membutuhkan sekali bantuan PRT. Terlebih dirinya memiliki seorang putra yang baru berusia 12 tahun.

Masalah yang sama dialami Sumaiha Ahmad, seorang guru yang ditinggalkan PRT asal Ethiopia. Sebelumya Sumaiha juga mempekerjakan PRT dari Indonesia.

Sumaiha harus merelakan pembantu terakhirnya yang sudah bekerja dua bulan setelah dia mengancam akan bunuh diri.

" Saya juga memiliki PRT asal Filipina yang menolak kerja karena rumah ini terlalu besar," ujarnya.

Sementara itu, Saad Al-Badah, chairman Komite Perekrutan Pekerja dari CSC tetap bersikukuh keputusan Indonesia menghentikan pengiriman TKI sama sekali tak berdampak negatif bagi Saudi.

" Saudi masih sanggup merekrut pekerja dari negara lain jadi sektor privat takkan berpengaruh," katanya.

Beri Komentar