Menurut Aviliani, seorang ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), lebih optimal jika Pemilihan Presiden (Pilpres) diadakan dalam satu putaran. Menurutnya, hal tersebut dapat memiliki dampak positif terhadap tingkat investasi di Indonesia.
" Ini juga yang membuat kenapa 2024 belum tentu lebih baik dari 2023. Itu karena, kita juga ada tahun pemilu," katanya.
Aviliani juga mengharapkan agar calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dapat menjaga ketertiban tanpa menimbulkan keributan. Hal ini bertujuan agar para investor dapat mempertahankan keputusan untuk berinvestasi di Indonesia.
Apabila investor memilih untuk meninggalkan Indonesia dan tidak menginvestasikan modalnya di negara ini akibat ketidakstabilan yang muncul setelah Pemilu, maka hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi kemajuan bangsa dan negara di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, Indef berharap agar Pemilu dan Pilpres tahun depan dapat berjalan dengan kedamaian.
Seperti yang disampaikan Aviliani, Kepala Riset Ritel Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati juga mengungkapkan pandangan bahwa penyelenggaraan pemilihan umum dalam satu putaran lebih menguntungkan untuk menjaga stabilitas pasar.
Dalam kesempatan lain, Ike menyatakan bahwa skenario pemilihan umum dalam satu putaran dapat mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mencapai level 7.700.
" Skenario satu putaran itu lebih baik untuk IHSG, lebih mungkin untuk mencapai level tertinggi IHSG ke 7.700," ungkap Ike dilansir dari Antara.
Penyebabnya adalah kelanjutan putaran kedua pemilu akan memperpanjang ketidakpastian politik. Sebaliknya, jika presiden terpilih sudah ditetapkan pada putaran pertama, stabilitas politik akan terwujud lebih cepat, memberikan kepastian bagi pasar.