Kementerian Koperasi Dan UKM Melayani Pengaduan Pelaku Usaha Terkait Dampak Virus Corona.
Dream - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, membuka saluran pengaduan untuk pelaku usaha UMKM yang terdampak virus Corona. Saluran ini berupa call center yang beroperasi Senin-Jumat pukul 08.00-15.00.
Call Center ini berfungsi untuk mengetahui kondisi usaha para Pelaku Koperasi & UMKM yang terdampak wabah virus Covid-19.
Dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Dream, Rabu 18 Maret 2020, ada beragam keluhan yang diterima saluran pengaduan.
" Ada yang mengeluhkan terjadi penurunan permintaan, ada yang tidak berani membuka usahanya karena takut masyarakat takut berinteraksi langsung, ada yang distribusi barang terganggu dan berbagai keluhan lainnya,” kata Teten di Jakarta.
Teten menegaskan pemerintah menyadari wabah virus Corona akan berdampak terhadap perekonomian secara nasional. Untuk itu pemerintah segera melakukan pendataan untuk mengambil langkah-langkah cepat menjaga kelangsungan usaha pelaku UMKM.
Dikatakan, semua data yang masuk melalui Call Center akan dipetakan terlebih dahulu dan kemudian dikoordinasikan dengan pemerintah daerah agar secepatnya dapat diberikan solusi.
“ Untuk mengetahui dan lebih memahami situasi yang dihadapi para Pelaku Koperasi dan UKM, kami telah membuka Hotline 1500-587 dan Khusus Pesan WA: 08111-450-587," kata dia.
Teten mendorong pemerintah daerah dan stakeholder lainnya untuk berperan aktif terhadap perekonomian nasional.
" Kami pun terus aktif melakukan konfirmasi dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah serta stakeholders lainnya,” kata dia.
Teten juga meminta masyarakat dan pelaku UMKM hidup secara higienis. Pelaku usaha diminta untuk menyediakan hand sanitizer di lokasi usaha. Karyawan juga menggunakan sarung tangan dan penutup mulut.
" Kami saat ini sedang menyiapkan berbagai program untuk mengantisipasi, serta sekuat tenaga terus mendorong kemajuan Koperasi dan UMKM di seluruh Indonesia. Selalu waspada dan tetaplah optimis. Jaga kesehatan dan ketenangan. Kita siap bersama,” kata dia.
Dream – Penyebaran virus corona membuat Satgas Pangan bertindak. Satgas ini meminta pelaku-pelaku ritel untuk membatasi pembelian barang pokok dan bahan pangan.
Dalam Surat Edaran No. B/1872/III/Res.2.1/2020/Bareskrim, dikutip Dream, Selasa 17 Maret 2020, Ketua Satgas Pangan, Brigjen. Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga, menyurati asosiasi-asosiasi ritel, seperti APRINDO dan APPSI untuk membatasi pembelian barang pokok dan bahan pangan untuk keperluan pribadi.
“ Untuk menjamin ketersediaan bapokting dan komoditas pangan lainnya serta menjamin kelancaran pendistribusiannya dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Daniel.
Barang-barang yang dibatasi pembeliannya, yaitu beras maksimal 10 kg, gula 2 kg, minyak goreng 4 liter, dan mie instan 2 dus.
Hal ini dibenarkan oleh Tutum Rahanta, Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Pusat Perbelanjaan Indonesia.
“ (Iya) sudah ada (imbauan pembatasan pembelian),” kata Tutum ketika dihubungi Dream.
Dream - Pemerintah meminta masyarakat untuk belanja berlebihan atau panic buying. Masyarakat diminta untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan.
Fenomena belanja berlebihan ini menyusul karena ada wabah virus corona yang masuk ke Indonesia.
“ Ya jadi begini, masyarakat kalau belanja tidak perlu panik. Belanjalah sesuai kebutuhan," kata Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, di Jakarta, dikutip dari Liputan6.com, Selasa 3 Maret 2020.
Agus memastikan tidak ada kelangkaan barang pokok usai dua WNI dinyatakan positif virus Corona. Dia menjamin pemerintah akan selalu memantau ketersediaan barang.
" Pemerintah juga akan memastikan kebutuhan barang tercukupi. Jadi tidak perlu panik. Belanja silakan, tapi sesuai kebutuhan saja," kata Agus.
Menurut dia, hingga kini belum ada pembatasan impor dari luar negeri. Agus sudah berkomunikasi dengan para pelaku usaha agar tak panikterkait kondisi saat ini.
" Barang tetap masuk, bahkan akan kami perlonggar terutama bahan baku industri. Sesuai arahan Presiden, kecuali yang hewan hidup kemarin ya," kata Agus.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan pemerintah akan menurunkan anggota kepolisian untuk menjaga supermarket. Hal ini sebagai bentuk mengantisipasi adanya kepanikan setelah diumumkannya dua orang warga Depok positif virus corona.
" Di situlah kita akan ambil langkah-langkah itu. Nanti Kapolri supaya menurunkan anggotanya untuk ikut membatasi masyarakat melakukan hal yang berlebihan seperti itu," ujar Moeldoko di Kantornya, Jakarata Pusat, pada Senin 2 Maret 2020.
(Sumber: Liputan6.com/Lisza Egenham)
Dream - Setelah pengumuman dua Warga Negara Indonesia (WNI) positif terjangkit virus corona (Covid-19), kepanikan menyerbu masyarakat. Warga Jakarta dan sekitarnya beramai-ramai memadati toko-toko alat kesehatan yang menjual masker.
Salah satunya terlihat di pusat penjualan obat dan alat kesehatan di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.
Dilaporkan Liputan6.com, Selasa 3 Maret 2020, seorang warga Cakung, Lisa Pradianti, tak keberatan harga masker naik hingga 10 kali lipat. Lisa mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati.
" Mahal juga tak masalah, asal punya (masker) supaya enggak ketularan (tertular virus corona)," ujar dia kepada Liputan6.com di Jakarta.
Lisa mengaku membeli masker untuk dipakai oleh suami yang memang sering bepergian ke luar kota karena tugas dari kantor.
Setelah membaca berita bahwa di Pasar Pramuka masih menyimpan stok masker, Lisa langsung bergegas untuk membelinya.
" (Mencari masker) buat suami. Buat saya pakai juga. Beli di mana-mana habis mas," kata dia.
Tak hanya Lisa, pemburu masker lainnya, yakni Setiawan mengaku membutuhkan masker karena terbiasa menggunakannya saat berkendara. Saat isu virus corona menyebar, dia harus rela merogoh kantong lebih dalam guna membeli salah satu yang menjadi kebutuhannya.
" Saya sudah biasa pakai masker itu, mas, yang merknya Sensi Mask, yang hijau itu. Biasa buat di motor, biar enggak kena debu," kata dia.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, Pasar Pramuka yang menjajakan masker dan obat-obatan ramai dikunjungi pembeli. Lorong-lorong sempit di Pasar ini semakin sesak dengan banyaknya warga yang mencari masker. Kebanyakan dari mereka mencari masker untuk digunakan sendiri.
Sementara itu, terlihat juga tak semua toko menjual masker. Hanya beberapa kios saja yang masih memiliki stok masker.'
Harga masker di Pasar Pramuka ini berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Untuk masker tiga lapis dengan berbagai merk dijual dikisaran harga Rp300 hingga Rp350 ribu per-box dengan isi 50 buah. Sementara masker N95 dibanderol dengan harga mencapai Rp1,5 juta.
Menurut Jhony, pemilik kios di Pasar Pramuka mengatakan stok masker mulai menipis lantaran diserbu pembeli pada, Senin (2/3/2020) atau usai Jokowi mengumumkan adanya dua WNI terjangkit virus corona.
" Semalam yang ramai mas. Ini stok sudah mulai menipis. Kalau nanti malam ramai lagi, ya enggak tahu (stok habis atau tidak)," kata dia.
Menurut Jhony, kebanyakan masyarakat membeli masker biasa, seperti merk Sensi Mask yang harganya mencapai Rp 350 ribu per-box. " Yang jenis N95 sudah langka soalnya mas," kata dia.
Menurutnya, sejak awal muncul berita di China warganya terjangkit virus Corona, harga masker mulai naik di pasaran. Masker biasa yang awalnya dibanderol Rp30 ribu kini naik menjadi sekitar Rp350 ribu.
(Sumber: Liputan6.com/Fachrul Rozie)
Advertisement
Wanita Ini Dinikahi Orang Terkaya Dunia, Beda Usia 47 Tahun
6 Tips Bijak Mengawasi Penggunaan HP pada Anak
10 Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia Tahun 2025
Menjelajah Waktu Sejarah Lokal Bareng Komunitas Ciledug Archives
Kenalan dengan Si Ganteng El Putra Sarira, Sosok `Rangga` yang Dipilih Nicholas Saputra