Seorang Pengemudi Becak Menggendong Anaknya
Dream - Seorang pengemudi becak tampak membawa gendongan sembari mengangkut penumpang. Kisah pengemudi becak asal Koronadal, Cotabato Selatan, Filipina itu menyentuh hati warganet.
Sepintas, gendongan tersebut tampak seperti tas. Warganet pun bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya.
Ternyata, pengemudi becak itu menggendong anaknya sambil mencari nafkah. Menurut dia, istrinya telah pergi dan tidak pernah kembali.
Sekarang, dia hanya sendirian yang merawat anaknya.
Seorang warganet mengaku takjub sekaligus terenyuh dengan lelaki tersebut.
" Di tengah hari yang panas, dia membawa anaknya sambil mencari nafkah. Saya bangga dengan Anda, Pak. Anda adalah ayah yang hebat. Saya berharap semua ayah seperti Anda."
Dilaporkan Viral4Real, banyak warganet yang awalnya prihatin dengan anak pengemudi becak itu. Mereka mengkhawatirkan kondisi bocah itu terutama saat terpapar terik matahari seperti itu.
Apalagi anak itu harus menghirup debu dan asap dari kendaraan lain. Tapi setelah mengetahui kisah di balik sang pengemudi becak itu, hati para warganet langsung meleleh.
Kisah tukang becak yang harus membawa bayinya sambil mencari nafkah itu menjadi viral di dunia maya.
Banyak yang memuji dedikasi pria itu yang telah mencurahkan cinta yang besar untuk anaknya.
Dream - " Mat, ingat.. Bapak ini orang nggak punya. Amat nggak punya ibu. Mumpung Bapak masih ada, Amat sekolah yang rajin. Bapak nggak mau Amat cuma bisa main catur dan kartu."
Pesan menggetarkan itu keluar dari mulut Iway alias Irwahyuddin saat berbincang dengan Dream.co.id. Pesan pilu itu disampaikan Iway untuk anak semata wayangnya, Amat.
Muhammad Irwan begitu nama lengkap si bocah 11 tahun itu. Sejak Amat lahir hingga hari ini, Iway masih setia dengan pekerjaannya, piloti bajaj.
Pria asli Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta itu punya tampilan yang mudah dikenali. Saban hari, Iway menarik bajaj bersama putra tercintanya.
Amat tak beda dengan bocah-bocah kebanyakan. Satu pembedanya. Kehidupan keras menempa Amat memiliki semangat tinggi. Pantang putus asa.
Bajaj bertuliskan `Anggrek` itu menjadi rumah tinggal bagi Amat dan Iway. Bukan bangunan beratapkan genteng yang memiliki teras, pekarangan, kamar mandi, kamar tidur, dapur dan ruang keluarga. Tapi bajaj.
Ini mungkin yang membuat Amat dan Iway tak surut menghadapi kerasnya hidup. Salah satu yang membuatnya tak gentar adalah bersekolah. Meski terlambat.
Di usia 11 tahun, Amat baru duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Empat tahun tertinggal dibanding teman-teman sekelasnya.
Rasa malu itu mungkin sudah tak dikenal Amat. Getirnya menjalani kehidupan bersama sang ayah seperti meredam semua rasa malu.
Dream - Sejak 2005, Amat telah akrab dengan bajaj. Masa kecil Amat sepertinya dihabiskan di dalam kendaraan roda tiga bersuara bising dan berasap legam itu.
Jok belakang bajaj bak kasur empuk Amat. Terlelap diantara hiruk pikuk jalanan Jakarta.
'Rumah` pertama Amat sebuah bajaj yang dulu masih berwarna oranye kemerahan. Amat yang kala itu jalan dua tahun, ditaruh di belakang punggung Iway.
Lalu mulailah Iway menginjak pedal gas. Menarik bajaj, mencari sewa penumpang, dengan sang bocah tidur beralaskan papan triplek pemberian orang. `Kasur` triplek itu melintang lebar. Persis di bagian punggung Iway.
Papan triplek itu dibagi dua. Sisi depan buat Iway menyopiri bajaj, sisi lainnya untuk tempat tidur Amat.
Begitulah kondisi sejak 11 tahun lalu. Hingga hari ini. Iway dan Amat tak lagi punya rumah. Kerabat-kerabatnya enggan memberi tumpangan tempat tinggal.
Satu-satunya tempat tinggal yang dia punya terpaksa dijual. Warisan keluarga menjadi perkaranya.
Sialnya, segala surat-surat dan dokumen kependudukan yang dia miliki ikut hilang. Iway tak ingat siapa yang membawanya.
Kerasnya hidup kian akrab. Sang istri meninggal sejak Amat masih bayi merah. Yang menambah kesedihan, istri yang dicintainya itu meninggal karena sakit komplikasi, saat tak dalam pelukannya. Tapi dengan pria lain.
Dream - Amat kecil tak mengenal Air Susu Ibu (ASI). Iway menggantinya dengan 'susu' buatan.
" Kasih dot, isinya campuran air dan gula," kata Iway kepada Dream.co.id dengan nada bergetar.
Iway enggan mencarikan ibu tiri untuk Amat. Lantaran takut tak sayang dengan putranya.
Sejak jabang bayi, Amat sudah tinggal di dalam 'kabin' bajaj. Takut si kecil kepanasan, Iway memasang triplek di jendela bajaj.
Alhasil, tampilan bajaj Iway lebih nyentrik dan menarik perhatian sopir bajaj lainnya. Malah, bajaj Iway terkenal seantero Manggarai. Orang-orang bilang bajaj mirip kandang ayam.
Karena tampilan bajaj yang aneh itu, kawan-kawan seprofesinya tak yakin dengan penghasilan Iway.
" Tapi saya mah Allahu Akbar aja," yakin pria berambut ikal panjang ini dijumpai di sekitaran Pasar Besi, Johar Baru, Senin, 26 September 2016.