Masya Allah, Sampah Elektronik Ancam Asia

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 18 Januari 2017 11:15
Masya Allah, Sampah Elektronik Ancam Asia
Selain merusak lingkungan, limbah ini juga merusak kesehatan.

Dream – Di Asia, limbah elektronik telah menembus rekor baru. Pertumbuhan gawai yang begitu pesat dan meningkatnya jumlah orang yang mampu membeli barang elektronik menyumbang 63 persen sampah elektronik di Asia.

Yang lebih mengejutkan dari hasil kajian United Nations University tersebut adalah tumbuhan peningkatan sampah elektronik ini terjadi hanya dalam kurun waktu lima tahun.

Dilansir dari CNN Money, Rabu 18 Januari 2017, telepon, komputer, dan perkakas lain berkontribusi 12,3 juta ton limbah elektronik selama 2010-2015. Tiongkok tercatat punya sampah elektronok dua kali lipat.

Faktor lain limbah ini meningkat pesat adalah “ umur” teknologi yang pendek sehingga teknologi tersebut perlu diganti.

Masalahnya, sampah tersebut sering dibuang secara sembarangan dan ini berpotensi bisa merusak lingkungan. Tak jarang produk teknologi mengandung merkuri yang merupakan rancun bagi alam dan mansuia. Lalu, proses pembakaran limbah elektronik akan menghasilkan gas emisi yang berbahaya bagi kesehatan.

“ Ini merupakan titik kritis,” kata seorang co-writer laporan, Ruediger Kuehr.

Kuehr mengatakan negara harus sadar dampak limbah elektronik tidak hanya dilihat dari lingkungan, tetapi juga dari perspektif bisnis dan ekonomi.

Jika sampah tersebut tidak didaur ulang, negara-negara akan kehilangan sumber daya penting untuk menjaga rantai produksi masa depan. Meskipun limbah elektronik mayoritas berasal dari Asia, beberapa limbah dikirim dari negara Barat untuk dibuang atau didaur ulang.

Tapi, berdasarkan investigasi grup aktivitis lingkungan, Basel Action Network, limbah elektronik yang diambil untuk dikirim ke Amerika Serikat, kerap kali berakhir di negara-negara pembuangan seperti Taiwan, Tiongkok, dan Thailand. Masalah limbah elektronik di Asia ini pun dinilai sebagai masalah masif yang harus dipecahkan.

“ Politisi harus menempatkan masalah limbah elektronik sebagai agenda politik untuk meningkatkan kebijakan yang tepat. Pembiayaan yang solid, sistem koleksi yang bagus, serta kerja sama internasional sangat diperlukan (untuk mengatasi masalah ini),” kata dia.(Sah)

Beri Komentar