Saudagar UEA Tunjuk CEO Asal China Pimpin Investasi Resort Mewah di Aceh

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 9 September 2021 16:37
Saudagar UEA Tunjuk CEO Asal China Pimpin Investasi Resort Mewah di Aceh
Luhut mengatakan ekonomi dunia sudah mulai mengalami globalisasi. Indonesia tidak bisa membatasi diri jika tidak ingin tertinggal dunia yang sudah mengglobal.

Dream – Investor asal Uni Emirat Arab (UEA) yang akan membangun resort mewah di provinsi Aceh menunjuk CEO berkebangsaan China untuk memimpin proyek besar mereka. Nilai investasi dari proyek itu ditaksir mencapai US$500 juta, setara Rp1,79 triliun. 

Dalam waktu dekat, Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab (UEA), Suhail Al Mazroui, rencananya akan kembali berkunjung ke Indonesia untuk mebahas rencana investasi tersebut.

Dikutip dari Merdeka.com, Kamis 9 September 2021, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, meminta masyarakat tidak marah dengan keberadaaan Tiongkok dalam pembangunan proyek tersebut.

“ Jadi, kita jangan terlalu marah-marah karena ngapain Indonesia ke China. Ini malah si Abu Dhabi membawa CEO-nya itu adalah orang China,” kata Luhut dalam acara Peluncuran Bangga Buatan Indonesia #PasarLautIndonesia.

Luhut menilai, di era globalisasi ini, kerja sama dengan berbagai negara, termasuk China merupakan hal yang lumrah selama menyangkut kepentingan bangsa. Maka dari itu, dia meminta masyarakat Indonesia agar lebih terbuka untuk membangun kerja sama dengan investor asing.

“ Jadi, itulah sekarang globalisasi tidak bisa langsung memotong diri. Kita bisa berhubungan, tapi tadi ketahanan nasional harus kita bangun. Tapi kalau kita membentengi diri, nggak boleh berhubungan, nanti kita akan kecele bahwa dunia ini begitu mengglobal,” kata dia.

1 dari 6 halaman

Persetujuan Jokowi

Sebelumnya, perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) akan menanamkan investasi USD 500 juta atau setara Rp7,19 triliun di Aceh. Pemerintah dan investor pun telah menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk proyek khusus ini.

“ Saya rasa kita punya peluang investasi baru untuk turis di Aceh,” kata Luhut.

Proyek investasi khusus ini telah mendapatkan persetujuan dari Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Untuk itu, pemerintah akan segera melakukan studi dengan cepat.

“ Kami melakukan studi ini dengan sangat cepat. Presiden juga sudah memberikan lampu hijau saat kami bertemu di Bogor,” kata dia.

2 dari 6 halaman

Muluskan Investasi Wisata Halal Rp 10 T di Aceh, 2 Menteri Bertolak ke UEA

Dream – Indonesia semakin gencar mengundang investor dari Timur Tengah untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata Tanah Air. Dalam waktu dekat, dua menteri di Kabinet Indonesia Maju bahkan akan bertolak ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk menarik calon investor. 

Sebelum diketahui UEA telah menunjukan komitmennya untuk membangun sektor pariwisata halal di Aceh. Nilai investasinya diprediksi senilai US$700 juta (Rp10,95 triliun).

Menteri Investasi/Kepala Badan Kooordinator Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan UEA berniat membangun kawasan wisata halal di Aceh. Pemerintah saat ini sedang mempersiapkan langkah-langkah, termasuk insentif dan perizinan yang diminta.

 

 

“ Insya Allah bulan November kami akan ke Uni Emirat Arab, kalau jadi. Rencana dengan rombongan mungkin Pak Sandi (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) juga akan ikut,” kata Bahlil dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama di Bidang Penanaman Modan Pada Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dikutip dari laman Merdeka.com.

Menurut Bahlil kunjungannya ke UEA untuk membahas rencana investasi pariwisata halal. Diakuinya rencana investasi UEA di provinsi paling barat Indonesia itu memang masih menghadapi beberapa persoalan terkait dengan masalah perizinan.

“ Persoalan wisata halal memang di Indonesia ini gampang-gampang susah kita lihat. Mana yang halal dan yang bukan halal jadi tergantung barang ini,” kata dia.(Sah)

3 dari 6 halaman

Potensi Indonesia Jadi Pusat Industri Halal Perlu Digali

Dream - Sejak beberapa tahun belakangan, pemerintah berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat makanan dan wisata halal, serta pakaian muslim dunia. Hal itu didukung oleh peran bank syariah.

Menurut Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center sekaligus Dewan Pakar Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PP MES), Sapta Nirwandar, Indonesia telah berhasil menjadi pusat industri halal. Sayangnya, hanya sebagai konsumen.

Forum Muhadatsah Bulanan Dewan Pakar MES

" Memang kita ini jadi negara top di sektor industri halal, tapi sebagai consumer. Indonesia menjadi konsumen halal food peringkat pertama sebesar 114 miliar dolar AS," ujar Sapta Nirwandar, dalam Forum Muhadatsah Bulanan Dewan Pakar PP MES bertajuk 'Peran Bank Syariah dalam Sektor Sustainable Halal Food dan Sustainable Fashion', Sabtu 3 Juli 2021 kemarin.

Sementara yang menjadi penyuplai utama di sektor industri halal adalah negara non muslim. Brazil menduduki peringkat pertama eksportir produk halal dengan nilai ekspor 16,2 dolar AS. Lalu, diikuti India dengan nilai ekspor sebesar 14,4 miliar dolar AS.

4 dari 6 halaman

Label Halal

Label Halal

Meski begitu, ia tetap mendukung Indonesia untuk menjadi pusat di sektor industri halal sebagai produsen. Diawali dengan memberikan label halal pada berbagai jenis makanan yang terjual.

" Kita telah melakukan penelitian, dan hasilnya terbukti food dan fashion menjadi dua sektor yang mendominasi. Untuk food sendiri, di masa pendemi seperti sekarang kebutuhannya naik. Oleh karena itu, kita perlu fokuskan ke sektor halal food, halal labeling menjadi kebutuhan yang sangat penting," kata Sapta.

5 dari 6 halaman

Bantuan dari bank syariah

Perkembangan Indonesia untuk menjadi pusat di sektor industri halal mendapat bantuan dari bank syariah. Terutama, dalam penguatan ekosistem makanan halal dan pakaian muslim yang berkelanjutan.

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI), Herry Gunardi menyatakan bahwa bank syariah mampu membiayai perkembangan potensi industri halal di kisaran Rp420-714 triliun. " Namun, dalam realisasinya masih di bawah potensi minimum," ungkapnya.

Selain itu, menurut Dewan Pakar PP MES, Riawan Amin diperlukan adanya sinergi antara bank syariah dan konvensional untuk bisa membangun Indonesia sebagai pusat industri halal.

" Kita harus berjamaah dalam persoalan food dan fashion ini. Ini perlu ditekankan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Wakil Presiden RI dalam Global Islamic Forum 2019 yaitu melakukan sinergi dengan bank konvensional," ujar Amin.

6 dari 6 halaman

Pesan untuk pejuang ekonomi dan keuangan syariah

Selanjutnya menurut mantan Sekretaris Jenderal PP MES, Adiwarman Karim, terdapat tiga hal yang harus dipahami oleh pejuang ekonomi dan keuangan syariah untuk bisa membantu mewujudkan Indonesia sebagai pusat di industri halal.

Hal pertama yaitu keberhasilan dari ekonomi syariah adalah ketika bank konvensional mengadopsi cara-cara ekonomi syariah.

Kedua, menghadirkan ekonomi syariah secara bertahap harus melalui pilot project. " Terakhir adalah perlunya mencari kesamaan fungsi dari ekonomi syariah kemudian diberikan fitur pembeda, ini menjadi hal yang penting," katanya. (mut)

Beri Komentar