Menkeu: Ekonomi 2023 Gelap Gulita, Banyak Negara Akan Resesi

Reporter : Okti Nur Alifia
Senin, 31 Juli 2023 19:48
Menkeu: Ekonomi 2023 Gelap Gulita, Banyak Negara Akan Resesi
Ramalan itu merujuk berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional.

Dream - Menteri Keuangan Sri Mulyani (Menkeu) mengingatkan kondisi perekonomian dunia akan gelap gulita di tahun 2023. Meski ada perbaikan di pertengahan tahun, Menkeu menyatakan bakal banyak negara masuk ke jurang resesi.

Prediksi tersebut merujuk proyeksi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2023 hanya mencapai 2,1 persen. Proyeksi ini turun drastis dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2022 yang bsa tumbuh 6,3 persen.

" Kondisi ekonomi global sekarang ini di dunia akan gelap gulita tahun 2023 karena pertumbuhan (ekonomi) dunia hanya 2,1 persen. Ini turun drastis dari pertumbuhan tahun sebelumnya 6,3 persen. Jadi diperkirakan banyak negara akan mengalami resesi," ungkapnya dalam Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah, Senin, 31 Juli 2023.

Meski mewanti-wanti proyeksi dari IMF tersebut, Menkeu mengungkapkan kondisi perekonomian global ternyata berjalan lebih baik dari perkiraan semula.

" Sekarang situasi sudah tengah tahun dan kondisinya ternyata agak lebih baik dari yang diperkirakan semula," katanya.

1 dari 3 halaman

Selain proyeksi pertumbuhan ekonomi yang turun tajam, Bendahara negara ini juga memaparkan volume perdagangan global sempat berada di level terendah dengan pencapaian mencapai 2,0 persen. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun 2021 yang mencapai 10,7 persen.

Menurunnya volume perdagangan berdampak pada terbatasnya stok barang dan jasa yang akhirnya akan mendorong harga-harga menjadi naik dan inflasi.

" Inilah kenapa kemudian disrupsi yang terjadi, baik dari sisi supply maupun dari sisi perdagangan serta dari sisi distribusi itu akan sangat menentukan inflasi," lanjutnya.

2 dari 3 halaman

Lebih lanjut, mantan Direktur Bank Dunia ini juga menyebut tahun 2022 menjadi tahun dengan inflasi tertinggi yakni 8,7 persen, dari yang tadinya hanya 0 persen atau mendekati nol.

" Negara maju bahkan beberapa negara mengalami deflasi kemudian melonjak menjadi 7,3 persen, relatif tinggi. Jadi menjadi turun, dan kalau permintaan turun maka kegiatan produksi akan mulai turun," katanya.

Sementara itu dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur per Juni 2023, mayoritas negara mengalami kontraksi mencapai 61,9 persen. 

Ekonomi Global Memburuk dengan Bayang-Bayang Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dipuji IMF

 

3 dari 3 halaman

Data yang disampaikan Sri Mulyani kali ini merupakan data diantara negara G20 dan ASEAN-6 (tidak termasuk Arab Saudi, Argentina, Kanada dan Australia).

Dalam data tersebut, negara-negara besar bahkan masuk dalam kategori kontraksi diantaranya Amerika Serikat (AS), Eropa, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Korsel, Malaysia, Vietnam, Italia, Brasil, Afrika Selatan, Singapura.

Sementara itu, negara yang bertahan di zona ekspansi dan akselerasi mencapai 14,3 persen. Kabar baiknya Indonesia masuk di zona ini bersama Turki dan Meksiko.

" Hanya 14,3 persen negara-negara yang mengalami ekspansi dan akselerasi, itu termasuk indonesia bersama Turki dan Meksiko," terangnya.

Adapun negara ekspansi melambat mencapai 23,8 persen, termasuk Tiongkok, Filipina, Thailand, India, Rusia.

" Ini yang menggambarkan bahwa dampak global perlemahan ekonomi akibat salah satunya inflasi yang menggerus daya beli sangat besar," imbuhnya.

Beri Komentar