Nikmatnya Pebisnis Muslim di Kota AS Jalani Ramadan

Reporter : Syahid Latif
Minggu, 21 Juni 2015 08:00
Nikmatnya Pebisnis Muslim di Kota AS Jalani Ramadan
Mereka masih bisa bersyukur bisa menjalani ibadah puasa lebih baik dibandingkan saudaranya dari negara lain. Apalagi ada kebahagiaan baru

Dream - Kehidupan masyarakat muslim Amerika Serikat (AS) kerap menjadi korban diskriminasi akibat berkembangnya Islamophobia. Siapa sangka, di tengah kondisi tersebut berkah Ramadan tahun ini memberikan sedikit kebahagiaan bagi warga muslim AS, khususnya Minneapolis.

Abdirahman Mukhtar, muslim AS asal Minneapolis, Minnesota adalah salah satu penduduk yang merasakan perbedaan besar tersebut. Mukhtar dan 150 ribu muslim lainnya di Minnesota akan menghadapi jam puasa yang lebih panjang dan panas pada Ramadhan kali ini. 

" Bisa menjalani bulan Ramadhan adalah sebuah berkah. Ini adalah bulan yang penuh pengampunan, kasih sayang, kesederhanaan, amal, dan refleksi diri," katanya seperti dikutip minnpost.com, Minggu, 21 Juni 2015. 

Meski tak senyaman negara lain, Mukhtar masih bersyukur bisa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan di negara seperti AS.

" Bayangkan jika Anda tinggal di Suriah, Myanmar dan Yaman. Bahkan di Tiongkok, muslim dilarang berpuasa di bulan Ramadhan."

Kebahagiaan Mukhtar bertambah setelah sebuah undang-undang baru yang dibuat oleh anggota Dewan Kota Minneapolis Andrew Johnson mengizinkan pemilik bisnis restoran di luar kota untuk tetap buka di hari-hari khusus.

Meski bukan hal baru di wilayah itu, undang-undang itu menjadi angin segar bagi pemilik restoran muslim dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan komunitas muslim di Minneapolis selama Ramadan.

Ilhan Omar, pembantu pembuat kebijakan senior untuk Johnson, mengatakan selama ini banyak muslim berbondong-bondong ke restoran jika sudah waktunya berbuka puasa. Tetapi mereka harus buru-buru makan karena restoran hanya bisa beroperasi hingga pukul 10 malam.

" Banyak pemilik restoran mengalami kesulitan finansial. Mereka hanya beroperasi 30 menit hingga satu jam sementara harus membayar pajak dan gaji pegawai," kata Omar.

Sementara bagi pelanggan muslim, waktu yang sedikit itu menyulitkan mereka mencari tempat untuk berbuka karena banyak yang sudah tutup.

Bulan Ramadan adalah bulan di mana muslim dewasa diwajibkan menjalankan puasa. Mukhtar mengatakan puasa bukan hanya menahan lapar dan haus.

" Bagi saya, Ramadan adalah momen refleksi diri dan penyembuhan spiritual," kata Mukhtar. " Sebuah waktu untuk mengingat mereka yang lapar dan menghargai hal-hal yang kita anggap remeh dalam hidup."

Beri Komentar