Orang yang Doyan Pamer Kekayaan Susah Dapat Teman Baru

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Selasa, 15 Januari 2019 10:15
Orang yang Doyan Pamer Kekayaan Susah Dapat Teman Baru
Banyak masyarakat bermimpi memiliki barang-barang mewah. Tapi kemewahan bukan segalanya dalam urusan pertemanan. Ini hasil penelitiannya.

Dream – Anggapan orang kaya hidup menyenangkan masih ada di bayangan banyak orang. Dengan hartanya mereka bisa dengan mudah memiliki jam tangan mahal Rolex, mobil Ferrari, atau rekening tabungan dengan saldo berjumlah miliaran rupiah.

Namun benarkan anggapan tersebut? Coba tanyakan pada para hartawan ini apakah mereka mempunyai seorang teman sejati.

Dikutip dari Dmarge, Selasa 15 Januari 2019, para peneliti dari universitas Michigan, Amerika Serikat, dan Singapura, melakukan studi untuk menemukan jawabanya. Para peneliti menggunakan konsensus bahwa memamerkan mobil bagus atau barang mahal bisa membuat orang-orang tertarik dan lebih memperhatikan seseorang.

Ya, kemewahan menjadi simbol status yang tinggi dan mempengaruhi orang lain untuk menyelaraskan pendapat atau keinginan seseorang.

Selama penelitian, mereka menanyakan kepada peserta: kalau punya mobil mewah dan standar, kendaraan mana yang akan digunakan untuk pergi ke resepsi pernikahan dan membuat pertemanan baru? Hasilnya, sebanyak 66 persen peserta survei menyebut akan memilih orang bermobil standar.

1 dari 1 halaman

Tak Mau Berteman dengan Orang Kaya?

Studi ini mengambil kesimpulan bahwa ada pikiran simbol status mewah akan meningkatkan lingkaran persahabatan. Nyatanya, ini membuat calon teman akan menjauhi orang yang memiliki simbol kemewahan. Konsep ini diperkenalkan oleh Stephen Garcia, Kimberlee Weaver, dan Patricia Chen.

Contoh lainnya adalah jam tangan mahal. Para peneliti bertanya kepada responden tentang jam tangan yang akan dikenakan ketika menghadiri acara sosial. Pilihannya dua yaitu jam tangan TAG Heuer atau jam tangan biasa. Untuk pertanyaan ini, mereka akan memilih memakai jam tangan mahal.

Namun, ketika ditanya dengan siapa orang yang akan dijadikan teman, responden memilih orang-orang yang berjam tangan biasa.

“ Ketika kita memutuskan apa yang akan dikenakan, kita berada dalam ‘presenting roles’ di mana ingin mengedepankan yang terbaik. Kita ingin terlihat lebih baik daripada yang lain,” kata Garcia.

Tapi, lanjut dia, orang-orang tak mau mengambil perspektif dari calon teman. “ Mereka juga ingin terlihat baik dan tidak ingin dikalahkan oleh orang lain,” kata dia.(Sah)

Beri Komentar