Industri Elektronik Diperkirakan Pulih dari Efek Corona Akhir 2020

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 11 Maret 2020 10:12
Industri Elektronik Diperkirakan Pulih dari Efek Corona Akhir 2020
Virus ini juga membayangi perekonomian dunia.

Dream - Pasokan produksi elektronik terganggu kasus virus corona. Sektor elektronik paling terimbas dari wabah virus berkode Covid-19.

Misalnya, impor produk elektronik dari Tiongkok ke Indonesia melorot hingga separuhnya.

Dikutip dari keterangan tertulis DBS Indonesia yang diterima Dream, Rabu 11 Maret 2020, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat nilai devisa impor dari Tiongkok pada Februari 2020 hanya US$463 juta (Rp6,71 triliun).

Nilai devisa impor tersebut anjlok sampai 51 persen dari Januari 2020 yang senilai US$948 juta (Rp13,73 triliun).

Barang-barang impor yang terdampak adalah komputer, mesin, barang setengah jadi, tekstil, dan smartphone. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut virus Covid-19 membuat jalur rantai pasok bahan baku industri dunia terpotong 30 persen. Hal ini disebabkan oleh rantai bahan baku industri mengandalkan Tiongkok.

" Ini untuk pertama kalinya terganggu karena rantai pasok dari Tiongkok berkontribusi 30 persen secara global," kata Airlangga.

DBS Group Research pun juga mengungkapkan efek domino dari penyebaran virus COVID-19 terutama dari sisi rantai pasok di kawasan. Yang paling terpengaruh oleh wabah ini adalah rantai pasok elektronik.

Kondisi semakin mengkhawatirkan karena wabah virus corona merebak di Korea Selatan berpotensi menekan rantai pasok industri ini.

1 dari 4 halaman

Industri Elektronik Ditumbangkan Corona

Di Tiongkok, area yang paling terdampak Covid-19 adalah kawasan produsen perusahaan elektronik. Mulai dari kawasan pesisir, Provinsi Guangdong tempat banyak pabrik smartphone, terutama Huawei di Kota Shenzhen dan Dongguan.

Pemerintah Tiongkok mengambil langkah tegas dengan memperpanjang hari libur dan menutup banyak pabrik di seluruh negeri.

Sejumlah pabrik di Tiongkok mulai beroperasi pada pertengahan Februari 2020. Namun, hal itu masih terbatas akibat semakin banyaknya larangan bepergian dari dan keluar Tiongkok secara global.Ini membuat pekerja yang tengah liburan di luar kota atau luar negeri sulit untuk kembali bekerja.

Sejumlah laporan menyebutkan, perusahaan elektronik Tiongkok yang beroperasi jauh di bawah kapasitas normal, yakni sekitar 30-50 persen.

Di Korea Selatan, wabah COVID-19 paling berdampak di kawasan Daegu dan sekitarnya di Provinsi Gyeongbuk.  Gyeongbuk merupakan pusat pabrik smartphone, TV dan produk elektronik lainnya, seperti Samsung dan LG.

Namun, tidak seperti Tiongkok, pemerintah Korea Selatan tidak mengeluarkan kebijakan untuk perusahaan menutup pabrik untuk sementara atau mengisolasi kota di mana virus tersebut menyebar.  “ Justru, secara sukarela, LG dan Samsung dengan produksi smartphone selama 2-3 hari pada akhir Februari,” kata analis DBS Research Group.

Analis menilai masih kondisi di Korea Selatan masih diliputi ketidakpastian mengingat ada kekhawatiran wabah akan menyebar secara nasional dalam beberapa bulan mendatang. Jika hal itu terjadi, ini dapat memicu pengetatan mobilitas agar virus tidak menyebar yang berarti akan menyebabkan gangguan yang lebih serius pada kegiatan produksi.

2 dari 4 halaman

Peta Industri Elektronik Korsel dan China

Tiongkok adalah produsen ponsel, komputer, dan produk elektronik penting terbesar di dunia saat ini. Perusahaan-perusahaan Tiongkok memainkan peran penting dalam pasokan global komponen elektronik menengah ke bawah.

Di wilayah Asia, Korea Selatan dan Taiwan paling mengandalkan Tiongkok untuk perakitan hilir jadi elektronik. Sebanyak 70 persen dari ekspor barang setengah jadi di sektor elektronik ditujukan untuk pasar Tiongkok.

Di sisi lain, sebagian besar negara Asia sangat bergantung pada Tiongkok untuk pasokan hulu komponen dan komponen elektronik. Selain Korea Selatan dan Taiwan, India, Indonesia, Thailand dan Vietnam juga memasok 40-60 persen impor barang setengah jadi di sektor elektronik dari pemasok Tiongkok

Sementara itu, Korea Selatan adalah produsen memory chip dan panel layar yang paling penting di dunia. Negara itu memegang 70 persen saham di pasar global DRAM dan 45 persen di pasar NAND Flash. Di kawasan ini, Tiongkok dan Vietnam paling mengandalkan Korea Selatan untuk memasok suku cadang dan komponen.

Statistik menunjukkan bahwa hampir 30 persen impor barang setengah jadi di tiongkok pada sektor elektronik bersumber dari Korea Selatan, sementara kebutuhan Vietnam sebesar 24 persen dari Korea Selatan.

Hingga saat ini, meski sejumlah penderita yang terpapar virus COVID-19 berangsur-angsur pulih,  perusahaan elektronik Tiongkok masih berjuang untuk kembali memproduksi secara normal. Perusahan-perusahaan yang bergantung dengan pasokan Tiongkok masih akan merasakan efek domino wabah ini hingga 1-2 bulan ke depan.

Namun, dengan belum membaiknya kondisi di Korea Selatan, pemulihan produksi elektronik Tiongkok akan terlambat.

3 dari 4 halaman

Lebih Kompleks

Sementara itu, di Indonesia, dampak virus corona lebih rumit daripada krisis 2008. Ini dikatakan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.

" Kami harus memberikan ketenangan dengan menjelaskan ancaman atau risiko terhadap masyarakat," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Menurut Sri Mulyani, krisis ekonomi global pada 2008 disebabkan oleh lembaga keuangan, seperti perbankan dan pasar modal. Sentimen kepada lembaga keuangan itu mempengaruhi stabilitas ekonomi dunia.

Lain halnya COVID-19 yang mengancam keselamatan dan kesehatan serta menghambat mobilitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ini berdampak pada penutupan pabrik hingga sekolah demi mencegah penyebaran virus. Akibatnya, sektor riil terdampak seperti industri penerbangan, pariwisata hingga manufaktur.

4 dari 4 halaman

Sektor Elektronik Diharapkan Pulih Akhir 2020

Berkaca dari kondisi tersebut, analis DBS Research Group menekankan efek rantai pasok terutama elektronik diperkirakan berlangsung sementara. Sektor ini diharapkan pulih kembali pada akhir 2020.

Virus Corona diketahui telah membunuh lebih dari 3 ribu orang dengan total kasus infeksi mencapai ratusan ribu orang di dunia. Jumlah kasus baru virus COVID-19 di Tiongkok mulai menurun, tetapi meningkat di negara dan wilayah lainnya.

Seperti yang disorot oleh risalah RBA hari ini, gangguan perjalanan dan produksi yang disebabkan oleh wabah COVID-19 sudah bermanifestasi dalam permintaan dan sentimen yang lemah. Ketika permintaan terkena dampak dan risiko kredit meningkat, kebijakan moneter yang lebih mudah dapat membantu.

Di luar pertimbangan penawaran dan permintaan, kondisi finansial dapat diperkuat dengan hasil kurva terbalik dan volatilitas pasar. Respon koordinasi secara global mungkin menjadi yang paling ampuh di daerah ini.

“ Tetapi mengingat betapa rendahnya tarif yang sudah ada, bantuan lebih cepat mungkin datang dari kesabaran dan kebijakan fiskal. Melihat rentetan aksi di Cina, Singapura, dan Korea Selatan dalam beberapa minggu terakhir, kami cukup puas melihat kebijakan fiskal dalam aksi,” ujar peneliti DBS Research Group.

Beri Komentar