Pembeli Indonesia Lebih Bijak dibanding Negara Maju

Reporter : Syahid Latif
Sabtu, 4 April 2015 18:02
Pembeli Indonesia Lebih Bijak dibanding Negara Maju
Siapa sangka, konsumen di Indonesia dan negara berkembang lain justru lebih cerdas dibandingkan negara-negara maju. Apa alasannya?

Dream - Meski menyandang sebagai negara kedua, perilaku konsumen di pasar negara berkembang justru lebih baik dibandingkan negara kaya. Bahkan konsumen di negara ini cenderung memilih produk berdasarkan pada etika.

Survei terbaru Ethical Shopping Survey 2015 yang dikeluarkan Mastercard menunjukan lebih dari 70 persen konsumen dari Indonesia, China, Malaysia, Thailand, India dan Filipina mengaku hanya membeli produk yang diperdagangkan secara adil, ramah lingkungan atau memberi manfaat pada orang lain saat berbelanja.

Angka ini jauh lebih baik dibandingkan konsumen di Australia (di bawah 30 persen), Selandia Baru (34 persen) Hong Kong dan Korea Selatan (38 persen) serta Jepang (39 persen).

Dalam pertimbangan membeli sebuah produk, konsumen di negara berkembang memprioritaskan tanggung jawab pedagang atau produsen lingkungan sekitarnya.

" Pertumbuhan ekonomi cepat yang dialami pasar negara berkembang sering dirasakan sebagai hal yang tidak direncanakan dan mengganggu, yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lingkungan setempat dan masyarakat," kata Georgette Tan, kepala kelompok komunikasi Asia Pasifik dari MasterCard sepert dikutip Dream dari laman CNBC, Minggu, 5 April 2015.

MasterCard menilai faktor inilah yang menjadi alasan utama konsumen di pasar negara berkembang jauh lebih bijaksana dalam memilih produk, merek dan pedagang yang bertindak secara etis dan bertanggung jawab secara sosial.

Faktor lain bisa jadi karena pasar negara berkembang adalah tempat pasokan dimulai. Konsumen di negara-negara berkembang hanya mendukung produk dan pedagang yang memberikan timbal balik kepada masyarakat setempat.

“ Sementara konsumen di negara maju kurang begitu peduli pada dampak kemerosotan lingkungan dan masalah sosial. Jadi isu-isu etika kurang menonjol,” kata Tan.

Selain itu, generasi konsumen sekarang di pasar negara-negara maju sepertinya akan hilang dari proses rantai pasokan.

Hasil survei MasterCard ini didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 7.000 konsumen yang berusia 18-64 tahun di seluruh wilayah yang menjadi tempat survei. (Ism) 

Beri Komentar