Warsito Purwo Taruno (Facebook)
Dream - Pernah mendengar Bra Kanker? Pria inilah penemunya. Istilah kerennya, putra kelahiran Karanganyar ini menciptakan alat pemindai empat dimensi (4D) berbasis teknologi Electrical Capacitance Volume-Tomography (ECVT).
Itu adalah teknologi pemindaian tiga dimensi (3D), dengan obyek bergerak berkecepatan tinggi, sehingga menghasilkan citra 4D.
Pada saat riset Warsito kelar 2004, dia telah mengaplikasikan teknologi ini meski masih dalam bentuk simulasi. Tapi temuan Warsito segera menjadi pembicaraan di sejumlah perusahaan terkemuka dunia. Teknologi pemindai 4D pertama di dunia itu akhirnya dipatenkan di Amerika Serikat, dan lembaga paten internasional PTO/WO pada 2006.
Teknologi ini bukan temuan sembarangan. Tahun 2006, badan antariksa Ameriksa Serikat, NASA baru memulai mengembangkan ECVT untuk pemindaian di pesawat ulang alik.
Di tangan Warsito, teknologi ini dibawa lebih jauh. Menjadi alat untuk screening kanker payudara secara 4D dan instant atau Breast ECVT. Sedangan Brain ECVT dipakai untuk pemindaian aktifitas otak secara 4D dan real time.
Salah satu turunan teknologi ECVT adalah aplikasi untuk terapi kanker, ECCT (Electro-Capacitive Cancer Therapy). Produk ini didaftarkan paten Indonesia 2012.
ECCT dan ECVT setara dengan radioterapi untuk terapi dan CT scan untuk pemindai dengan sumber gelombang elektromagnet pengion. Bedanya ECVT dan ECCT memanfaatkan sifat dasar biofisika sel dan jaringan.
Bukan tanpa sebab Warsito menciptakan rompi kanker. Sang kakak, Suwarni telah membuat Warsito nekat. Kakak perempuannya ini menderita kanker. Kemoterapi bukan pilihannya sebagai pengobatan.
Prihatin melihat kondisi kakaknya itu, Warsito nekat mengujicoba alatnya untuk Suwarni. Tak disanga hasilnya di luar dugaan. Warsito terkejut.
Suwarni membaik setelah rompi bergelombang listrik itu dipakai sebulan penuh. Ia memeriksakan sel-sel kankernya ke dokter, dan hasilnya normal. Padahal, ia didiagnosis menderita kanker payudara stadium 4.
Tak percaya, Warsito meminta kakaknya kembali memakai rompi ciptaannya. Pemindaian sel kanker kali kedua, dilakukan sebulan kemudian. Ajaib. Sel-sel kanker Suwarni menghilang. Dari mulut ke mulut, aksi nekad Alumnus Teknik Kimia dan Teknik Elektro di Shizouka University Jepang menyebar. Memberi secerca harapan buat penderita kanker.
Hilir mudik para penderita mendatangi Warsito. Beragam keluhan disampaikan pasien. Dari sakit kanker rahim, kanker serviks, kanker payudara, hingga kanker paru-paru.
Tak cuma di Tanah Air. Bra Kanker Warsito terdengar ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Bahkan sampai Taiwan, China, dan India. Hingga sebuah Klinik Riset kanker Edward Technology dibangunnya di Alam Sutera, Tangerang.
Klinik itu cuma berupa rumah toko (Ruko) tiga tingkat. Ada sekitar 120 karyawan yang bekerja saat itu.
Setelah NASA, temuan Warsito dilirik oleh lembaga top lainnya, seperti Ohio State University, perusahaan B&W, Departemen Energi Amerika, University of Cambridge, dan sejumlah lembaga besar lain.
Nama Warsito, anak desa yang senang bermain di pematang sawah dan memelihara ternak ini pun terkenal. Namun karya Warsito berumur pendek. Setidaknya saat ini Bra Kanker belum bisa dipakai.
Di awal 2016, tetapnya 27 Januari, Warsito harus menutup kerja kerasnya selama belasan tahun itu. Klinik Warsito berhenti beroperasi. Tanda-tanda itu sudah terlihat sejak 2 Desember 2015. Saat itu, klinik riset Warsito memutuskan tak lagi melayani klien baru. Sedangan klien lama masih diberikan waktu sampai hari terakhir penutupan klinik.
" Dengan berat hati kami juga mengumumkan kebijakan pemutusan hubungan kerja terhadap kurang lebih 100 (70%) karyawan dan peneliti PT Edwar Technology mulai Januari 2016," ujar Warsito dalam suratnya.
Penutupan ini terjadi setelah muncul surat Kementerian Kesehatan (Kemkes) kepada Wali Kota Tangerang untuk menertibkan klinik pengobatan milik Warsito.
Kemkes beralasan, rompi antikanker ciptaan Warsito belum bisa disimpulkan keamanan dan manfaatnya. Ini berdasarkan hasil evaluasi tim review yang terdiri dari Kemenkes, Kemenristekdikti, LIPI, dan KPKN.
Sontak keputusan ini membuat publik bereaksi. Bayangan ilmuwan pintar yang disia-siakan di negeri sendiri mulai menghinggapi. Suara rakyat bermunculan. Hingga terdengar ke telinga pemerintah.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan (Menristekdikti) Mohamad Nasir langsung bersuara. Dia meminta agar Kemkes melakukan pendampingan dalam rangka scale-up yang dilakukan oleh ilmuwan berkacamata ini.
Seolah ingin menenangkan kekhawatiran publik, Menristekdikti memastikan selalu mengapresiasi hasil riset anak Indonesia. Pemerintah ingin hasil riset itu diwujudkan dalam bentuk prototype dan inovasi.
Kekhawatiran juga dirasakan Nasir. Dia tak ingin produk yang telah dihasilkan anak bangsa malah dimanfaatkan negara lain.
Sikap Kemkes juga perlahan mulai melunak. Kali ini mereka berbalik mendukung penelitian ECCT untuk terapi kanker yang dibuat Warsito.
Harus Made In Indonesia
Dream - Warsito sendiri tak mau berdiam diri. Dia enggan penemuannya hilang begitu saja. Polandia menjadi tujuan pertamanya. Di negara kelahiran fisikawan ternama Maie Curie, Warsito mengungkapkan ada ketertarikan Polandia dengan teknologi Bra Kankernya.
Bukan tanpa alasan Warsito bertolak ke Polandia. Dia diminta untuk memberi pelatihan teknologi antikanker. Apalagi status benda ciptaannya tak kunjung mendapat kejelasan di Tanah Air.
Ilmu teknologi antikanker Warsito juga sudah ditunggu-tunggu di Kanada, Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India.
Terakhir, Warsito mendapat penawaran dari Singapura. Di negara ini, Warsito mendapatkan angin segar. Kesempatan langka yang tak mau disia-siakan. Singapura mau membantu riset, pengembangan maupun produksi edar alat ECCT dan ECVT ke seluruh dunia.
Hati ilmuwan siapa yang tak girang. Apalagi sebuah kontrak sudah siap disodorkan pada Warsito. Meski setuju, hati Warsito masih mengganjal. Dia cinta dengan Indonesia. Tak mau Bra Kankernya menjadi milik negara lain. Bagi Warsito, karyanya harus tetap berlabel Made in Indonesia. Apalagi dia punya dasar yang kuat. Hak cipta ada ditangannya.
Perjuangan Warsito memang belum berakhir. Karyanya yang telah diakui mendunia, masih jadi tanda Tanya. Warsito mungkin saja boleh kehilangan laptop dan beberapa unit komputer. Namun dia memiliki karya yang luar biasa.
Sudah sepantasnya Negara memberi perhatian jika tak ingin putra bangsa berprestasi harus berkarya di negara orang.
Advertisement
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Siap-Siap Adu Cepat! Begini Cara Menangin Promo Flash Sale Rp99
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Kisah Influencer dan Mantan CMO Felicia Kawilarang Hadapi Anxiety Disorder
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada