Ria Miranda
Dream - Seperti memakai baju tidur. Sindiran itu untuk Ria Miranda. Bertahun lalu, ketika mulai menekuni dunia desainer. Hijab rancangannya dianggap aneh. Tak umum. Dan membuat si pemakai terlihat seperti hendak mengaso. Sejumlah orang lebih gigit menyindir, “ Ri, rumahnya kebanjiran ya?” Dan itu karena rancangan hijabnya tak sampai mata kaki. Agak mengantung.
Jika Ria menyerah dengan rupa-rupa sindirian itu, mungkin hari ini kita tidak mengenal hijab jenis ini: berwarna lembut dan pastel. Lembut tapi powerfull. Beruntung wanita berwajah sendu ini tak patah arang. Sindiran itu mengasah. Dan dia memetik hasil.
Bisnis hijab dengan merek Riamiranda kini sohor di mana-mana. Laris sebagai pembicara pada seminar fashion Muslim. Dan menjadi salah satu trendsetter bagi jutaan hijaber di tanah air. Petuahnya ditunggu 47 ribu pengikut di media sosial Twitter. Dan lebih dari 50 ribu orang di microbloging Facebook. “ Saya ingin menjadi pemain dalam industri busana Muslim, bukan penonton,” katanya kepada Dream.
Mimpi menjadi pemain itu sudah menyala semenjak remaja. Selulus SMA di Padang dia bertekad ke Jakarta. Kuliah di ESMOD. Kampus mode yang sudah sohor di ibukota. Tapi sang ayah, Syahrial Syarief, punya rencana lain. Putri satu-satunya itu harus membekali diri dengan pendidikan sarjana. Sesudah punya ijazah sarjana, silahkan mencari nasib sendiri.
Dalam suasana bimbang itulah, sang Ibu kemudian menguatkan semangat. " Sekolah formal itu penting untuk membentuk pola pikir. Coba kuliah dulu di Padang," begitu kata sang Ibu. Kebimbangan beberapa tahun lalu itu dikisahkan Ria dalam buku terbarunya, Passhion, A Story About Love, Passion, and Fashion. Buku itu laris di kalangan hijabers dan desainer.
Meski agak berat hati, Ria kemudian lulus ujian Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru (SPBM) Universitas Andalas Padang. Dia resmi menjadi mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Saat kuliah itulah dia mendapat hidayah memakai hijab. Merancang hijab dalam satu ramuan: mode dan syiar. Model itulah yang kerap disindir para sahabat. Tapi bakatnya tak padam oleh hujan sindiran.
Bakat itulah yang membawanya merantau jauh ke Jakarta. " Ada satu tujuan yang terus membayangi pikiran. Hijrah ke Jakarta dan sekolah mode di ESMOD, lalu menjadi fashion designer," begitu Ria menulis dalam bukunya itu. Lulus dari lembaga itu, Ria mantap menantang rimba raya dunia desain.
Dia memilih bekerja menjadi fashion stylish pada salah satu majalah muslim ternama. Di situ dia berkenalan dengan sejumlah desainer muslim yang sudah kondang. Dari para desainer itu Ria memetik banyak ilmu. Banyak pengalaman. Dan membuka wawasan. Betapa segmen hijab yang terbilang baru itu sungguh menantang. Menjanjikan.
Merasa bekal sebagai fashion stylish sudah cukup, Ria merintis jalan sendiri. Tahun 2008. Sepenuh hati terjun total ke bisnis busana Muslim. Modal awal cuma Rp 15 juta. Tentu saja kurang nendang untuk bertarung dengan para pendahulu. Apalagi mereka yang sudah meraksasa. " Semuanya saya kerjakan sendiri dari mulai mencari tim sampai akhirnya memasarkan melalui blog," katanya. Produksi pertama meluncur dengan nama Shabby Chic by Ria Miranda.
Meski masih terbilang baru, istri dari Muhamad Pandu Rosida ini, memulai dengan semangat besar. Menjadi pemain dalam bisnis busana Muslim. Merancang hijab yang modis. Trendy tapi tetap bersahaja. Yang disukai oleh wanita perkotaan. Profesional kantoran.
Selain modal yang minim itu, sejumlah kesulitan datang menghadang pada masa-masa awal itu. Susahnya mencari tim yang solid. Kecurangan dalam tim. Berpusing ria dengan para penjiplak. Dan mumet menghadapi pencuri sketsa. Lantaran kesulitan begitu banyak, " Akhirnya saya cuek dengan keadaan itu dan lebih fokus dalam membuat koleksi berikutnya," ujarnya.
Dia jeli meramu. Simpel. Feminim. Namun tetap terlihat anggun. Membidik wanita berusia 20 hingga 40 tahun. Ramuan dan bidikan itu terbukti jitu. Rancangan itu diburu pembeli wanita kelas menengah atas. Membanderol di kisaran Rp 400 ribu hingga Rp 2,5 juta, hijab bikinan Miranda tetap laris manis.
Merasa diterima khayalak ramai, Ria tentu saja pantas percaya diri. Tahun 2009, dia melepas label Shabby Chic, diganti menjadi Ria Miranda. Melebarkan usaha. Sayap bisnisnya kini terbang jauh hingga ke negeri jiran, Malaysia. Dia membuka butik di sana.
Yang utama dari ekspansi ke negeri sebelah itu, kata Ria, bukan menghitung keuntungan lebih dulu, “ Tapi tapi bagaimana market bisa menerima produk kami. Yang jelas keuntungan itu saya putar kembali untuk membuat produk baru, bukan untuk pembukaan cabang baru," ujar Ria, yang menyebut pendapatannya sebagai rahasia dapur itu. Bisnis memang harus dijalani dengan serius. Dan semangat.
Semangat itulah yang direkam reporter Dream, Ervina Anggarini, yang berkunjung ke butiknya di Bintaro, sebuah kawasan elit di Tanggerang Selatan, beberapa waktu lalu. Warna pink muda, ciri khas Ria Miranda, sesak memenuhi butik yang lebih menyerupai rumah itu. Meski sudah menjadi pebisnis yang kondang, Ria masih menyimpan celengan ayam. Mungkin hendak mengingatkan tamu tentang pentingnya menabung.
Nuansa pastel nan manis meruap dari butik itu. Dari situlah Ria merancang semuanya. Desain. Dan sepak terjang bisnis. Dari rancangan celana, rok, blazer, sepatu, hingga beragam aksesoris dengan mudah terlihat tamu yang berkunjung.
Bisnis Ria Miranda terus berkibar. Dari bekerja sendiri, merekrut lima karyawan, kini sudah memperkerjakan 70 orang. Bisnisnya merangsek sejumlah kota, membuka 12 butik, sonder sepeser pun uang pinjaman dari bank. Termasuk membuka cabang di Malaysia. Dia percaya bisnis ini terus berbiak. Apalagi proyeksi pertumbuhan segmen hijab ini tembus 25 persen tiap tahun. “ Sudah ada blueprint juga dari pemerintah,” kata Ria optimis.
Laku di tanah air, Ria bersiap ekspansi ke sejumlah negara. Pada usia yang terbilang muda, 29 tahun, lebih dari separuh mimpinya sudah diraih. Menjadi pelaku. Bukan penonton.
Laporan: Ervina Angarini
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Fakta-Fakta di Balik Meninggalnya Nandi Juliawan, Pemeran Encuy Preman Pensiun
Kisah-Kisah Ajaib Pestapora 2025: Dari Hujan Dadakan hingga Vokalis yang Nyaris Hilang di Kerumunan!