Dream - Manusia hidup di planet bumi yang tidak ternilai harganya. Ada begitu banyak sumber daya bumi dan manfaatnya yang tidak terukur nilainya.
Baru-baru ini seorang ilmuwan telah menganalisis berapa harga bumi jika dijual. Analisis ini diperuntukkan agar manusia lebih memahami nilai dan berharganya bumi yang sedang kita pijak.
Melansir Liputan6.com, dalam perhitungan yang dibuat pada tahun 2020 oleh Dr. Greg Laughlin, yang sekarang menjadi profesor astronomi di Universitas Yale, mencatat harga Bumi jiak dijual menembus US$5 kuadriliun (atau US$ 5.000.000.000.000.000).
Laughlin mengemukakan harga tersebut setelah mengukur massa planet, suhu, usia, dan faktor-faktor lain yang berkorelasi langsung dengan kemampuannya untuk menopang kehidupan.
Untuk menekankan betapa berharganya Bumi, Laughlin juga memperkirakan nilai planet lain di tata surya kita berdasarkan kemampuannya menyediakan sumber daya bagi makhluk hidup.
Tetangga terdekat Bumi, Mars, justru hanya berharga US$16.000.
Harga Mars masih lebih besar jika dibandingkan dengan Venus, yang dia nilai hanya satu sen.
Mungkin atmosfer Venus yang 96 persennya mengandung karbon dioksida, dan angin berkecepatan 320 kilometer per jam ada hubungannya dengan hal tersebut.
Laughlin tidak memperkirkaan harga bumi bisa diterapkan di dunia nyata. Sebaliknya, ia berharap angka itu akan menginspirasi orang untuk lebih menghargai satu-satunya rumah yang dikenal yakni bumi.
Di sisi lain, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) justru sedang merencanakan pembangunan sebuah rumah di bulan pada tahun 2040.
Rumah ini nantinya tidak hanya diperuntukkan bagi para astronot tapi juga warga sipil.
Namun NASA tidak memberitahukan berapa biaya yang akan dikenakan kepada warga sipil untuk tinggal di rumah bulan tersebut.
Rencana ini masih dalam tahap awal. NASA sudah menggambarkan seperti apa bentuk rumah tersebut dari tahun 2022, tetapi gambaran ide itu bisa saja berubah dalam satu dekade ke depan.
Melansir Daily Mail, NASA bahkan telah memberikan dana sebesar US$60 juta (Rp937,746 miliar) kepada sebuah perusahaan teknologi konstruksi ICON yang berbasis di Austin untuk membangun rumah tersebut.
ICON yang mendapatkan kontrak NASA pada tahun 2022, akan menggunakan keahliannya yang telah mencetak rumah 3D di Bumi, membangun rumah mewah lapis demi lapis menggunakan sistemnya, The Vulcan.
ICON juga telah mencetak rumah 3D sejak 2018 dan telah membangun lebih dari 100 rumah di Austin utara.
Rumah yang dibangun dengan cara ini telah menjadi semakin populer karena cepat dibangun, dengan pengembang mengatakan bahwa mereka dapat menyelesaikan krisis perumahan di Amerika.
Dalam mencapai misi pembangunan rumah itu, NASA berencana meluncurkan printer 3D raksasa ke bulan dan menggunakan beton bulan yang terbuat dari batu, pecahan mineral, dan debu untuk melapisi struktur di permukaannya.
Wakil direktur kantor sains dan teknologi di Marshall Space Flight Center NASA, Raymond Clinton, yang kini berusia 71 tahun, mengatakan kepada The New York Times bahwa ia tidak pernah melihat orang Amerika pada umumnya hidup di permukaan bulan dalam hidupnya, namun ia berharap bisa melihatnya di generasi mendatang.
" Saya berharap saya masih hidup untuk melihatnya," katanya kepada The New York Times.
" Ketika kita berbicara tentang kehadiran manusia yang berkelanjutan, bagi saya, itu berarti Anda memiliki pemukiman di bulan dan Anda memiliki orang-orang yang tinggal dan bekerja di bulan secara terus menerus. Apa yang bisa terjadi hanya tergantung pada imajinasi para pengusaha," tambahnya.
Agenda NASA yang lain termasuk mendirikan tempat tinggal di Mars untuk para pahlawan antariksa yang suatu hari nanti akan tinggal di Planet Merah tersebut.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN