Invasi Ukraina, Perusahan Migas Dunia Stop Investasi di Rusia

Reporter : Alfi Salima Puteri
Selasa, 1 Maret 2022 16:35
Invasi Ukraina, Perusahan Migas Dunia Stop Investasi di Rusia
Shell memutuskan untuk keluar dari usaha patungannya dengan Gazprom, termasuk keterlibatannya dengan pipa gas alam Nord Stream 2 yang hampir mati.

Dream - Perusahaan Migas yang berkantor pusat di Belanda dan terdaftar di Inggris, Royal Dutch Shell plc,  memutuskan untuk menarik seluruh bisnisnya di Rusia. Shell mengambil keputusan keras tersebut sebagai respons atas kebijakan Rusia menginvasi Ukraina.

Melansir CNN Business, Selasa, 1 Maret 2022, Shell memutuskan untuk keluar dari usaha patungannya dengan Gazprom, termasuk keterlibatannya dengan pipa gas alam Nord Stream 2 yang hampir mati.

Perusahaan minyak yang berbasis di Inggris itu mengatakan bahwa pihaknya akan melepas 27,5 persen sahamnya di fasilitas gas alam cair Sakhalin-2, 50 persen sahamnya dalam proyek untuk mengembangkan ladang Salym di Siberia barat dan 50 persen sahamnya dalam proyek eksplorasi di semenanjung Gydan di barat laut Siberia.

" Kami terkejut dengan hilangnya nyawa di Ukraina, yang kami sesalkan, akibat tindakan agresi militer yang tidak masuk akal yang mengancam keamanan Eropa," kata CEO Shell, Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan.

1 dari 2 halaman

Langkah Shell mengikuti pengumuman BP hari Minggu lalu yang memutuskan meninggalkan salah satu investasi asing terbesar di Rusia. Mereka melepas 19,75 persen sahamnya di Rosneft dan usaha patungan terkait.

Menurut para analis, BP mengalami kerugian lebih dari US$26 miliar atau setara dengan Rp372 triliun saat meninggalkan bisnisnya di negara tersebut.

" Keputusan kami untuk keluar adalah keputusan yang kami ambil dengan keyakinan," kata van Beurden.

Shell sendiri memperoleh sekitar US$700 juta pada tahun 2021 dari usaha patungan Sakhalin dan Salym. Proyeknya di Rusia bernilai sekitar US$3 miliar atau sekitar Rp40 triliun pada akhir tahun, dan perusahaan mengatakan mengabaikan proyek Gazprom mungkin akan menyebabkan penurunan nilai.

2 dari 2 halaman

Perusahaan ini adalah salah satu dari lima yang menyediakan 50 persen dari pembiayaan dan jaminan senilai US$10,6 miliar untuk membangun pipa Nord Stream 2 Gazprom di bawah Laut Baltik antara Rusia dan Jerman.

Proyek itu secara efektif dihentikan minggu lalu ketika Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan negara itu akan menghentikan sertifikasi pipa.

Perusahaan energi Barat lainnya terus hadir di Rusia, termasuk ExxonMobil (XOM), yang telah aktif di sana selama lebih dari 25 tahun.

Anak perusahaannya, Exxon Neftegas Limited, memiliki 30 persen saham di Sakhalin-1, proyek minyak dan gas alam besar yang terletak di lepas Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia.

Beri Komentar