Ilustrasi/Shutterstock
Dream – Pemahaman masyarakat tentang Susu Kental Manis (SKM) yang lebih banyak mengandung gula sepertinya belum sepenuhnya disadari. Masih banyak masyarakat yang menganggap minuman dari SKM seperti susu pada umumnya.
Dengan kandungan kadar gula tinggi, mengonsumsi SKM secara terus-menerus bisa menyebabkan gangguan gizi dan kesehatan seperti kerusakan gigi, gangguan pertumbuhan hingga memicu obesitas.
Susu kental manis, diantaranya ada kemasan kaleng (370gr dan 470gr), sachet (38gr) dan pouch (280gr dan 545gr), di sini.
“ Kami datang ke BPOM, Kementerian Kesehatan dan berbagai Instansi lainnya dan kami mendapatkan fakta bahwa kandungan gizi yang terkandung dalam SKM itu tidak lain adalah sangat rendah, jadi (kadar) gulanya yang cukup tinggi diatas 50%, kandungan susunya sendiri hanya 3-5%,” ujar Arif Hidayat selaku Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) pada webinar Rabu, 19 Mei 2021.

Walau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan informasi bahwa SKM tidak dianjurkan bagi anak-anak di bawah lima tahun, faktanya masih banyak orangtua yang memberikan produk ini sebagai minuman pada anaknya.
Sumber kesalahpahaman terutama dipicu masih banyaknya tayangan iklan media TV dan Radio yang memberikan informasi asupan gizi yang salah. BPOM sendiri sudah melarang penggunaan visualisasi SKM sebagai minuman.
“ Pengaruh media cukup besar, makanya kita perlu literasi yang bagus untuk menyaring informasi yang salah, agar anak-anak kita terutama masalah gizi tidak salah memberikan asupan gizi,” kata Arif.
Melihat masih banyaknya masyarakat Indonesia belum teredukasi literasi gizimembuat YAICI bersama Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) berencana menerbitkan buku.
Upaya literasi lain yang dilakukan adalah menggelar webinar berupa pelatihan hingga lomba menulis bagi laskar HIMPAUDI di Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan itu juga seiring dengan peluncuran Gerakan Nasional Membaca Buku 2021.
Dengan adanya peningkatan literasi ini diharapkan dapat menciptakan generasi yang suka membaca.
“ Setelah selesai pelatihan, teman-teman dibolehkan membuat artikel dan naskah dengan tema yang bisa ditentukan bersama-sama, lalu 20 terbaik atau 25 terbaik nanti yang paling utamanya satu dan karyanya akan di bukukan, dan itu penghargaan yang luar biasa,” tutup Maman Suherman selaku penulis dan moderator webinar bersama YAICI dan HIMPAUDI.
(Reporter: Yuni Puspita Dewi)
Dream – Para peneliti di seluruh dunia terus berusaha mencari obat yang ampuh untuk membunuh virus corona covid-19.
Salah satunya para ahli sedang meneliti tentang Air Susu Ibu atau ASI yang dianggap memiliki obat potensial untuk menghentikan infeksi virus covid-19.
Lebih dari 1000 wanita di seluruh dunia telah mendaftar untuk menyumbangkan ASI mereka, yang akan digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut. Terkait hubungan antara ASI dan pengobatan virus covid-19.

© © Pixabay.com
ASI dengan berbagai manfaatnya, disebut sebagai makanan paling bergizi untuk bayi. ASI mengandung beberapa antibodi yang membantu pertumbuhan bayi melawan virus, kuman penyebab penyakit dan juga mengurangi risiko infeksi lain seperti alergi.
ASI juga mengandung kolostrum, yang kaya akan protein untuk bayi. Terlebih lagi, ASI adalah makanan paling steril dan aman untuk dikonsumsi bayi.
Karenanya tidak dapat disangkal, ASI adalah pilihan yang baik. Para ahli sekarang mencoba mempelajari efek yang sama.
Mengingat, antibodi dalam ASI dapat bekerja secara optimal dalam melidungi dari penyakit.
Salah satu peneliti utama, Rebecca Powell, yang berbasis di New York City percaya, menyusui mungkin dapat menyelamatkan banyak anak yang terserang penyakit.
Wanita yang menyusui telah mengembangkan antibodi sebagai respon dari virus melalui ASI yang diberikan pada bayi mereka.

© © Pixabay.com
Sampai sekarang belum ada bukti yang menyatakan, covid-19 dapat ditularkan dari ibu ke bayi melalui ASI.
Dan sebagai bentuk pencegahan, seseorang selalu disarankan untuk melakukan tindakan sanitasi dan membatasi kontak langsung dengan bayi jika ibu terserang penyakit.
Para ahli imunilogi ASI juga percaya bahwa jika ASI sudah ditemukan sebagai obat, maka akan sangat berguna untuk mencegah pandemi di masa depan.
(Sumber: timesofindia.indiatimes.com)
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau