Status Negara Pusat Keuangan Syariah, Pentingkah?

Reporter : Syahid Latif
Selasa, 26 Mei 2015 08:00
Status Negara Pusat Keuangan Syariah, Pentingkah?
Tiongkok dan Inggris bersaing menjadi pusat keuangan syariah baru. Sejumlah negara juga mengklaim status yang sama.

Dream - Sistem keuangan syariah telah muncul sebagai alternatif yang menarik hampir setara dengan sistem konvensional. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya negara non-muslim yang mengadopsinya. Bahkan sejumlah negara mengklaim ingin menjadikan negaranya pusat pertumbuhan keuangan syaraih baru.

Tiongkok, misalnya, telah menyatakan minatnya untuk menjadi pusat keuangan syariah setelah Hong Kong menerbitkan debut surat utang syariah (sukuk) lima tahun mereka senilai US$ 1 miliar pada akhir 2014.

Inggris juga telah membuat kemajuan yang signifikan dalam upaya untuk mendorong keuangan syariah, dengan volume aset syariah lebih dari US$ 19 miliar.

Dukungan keuangan syariah juga muncul dari lembaga keuangan internasional. Dana Moneter Internasional (IMF) secara jelas mendukung prinsip-prinsip keuangan syariah baru-baru ini. IMF mengatakan sistem tersebut terbukti lebih aman daripada keuangan konvensional.

Tetapi masalahnya, dengan makin banyaknya negara dan bank-bank besar mengadopsi sistem keuangan syariah, apakah akan menjadikannya lebih baik?

Para ahli melihatnya berbeda. Mereka mengatakan menjamurnya pusat keuangan syariah tidak selalu baik untuk industri tersebut.

Dr Jarmo Kotilaine, dari Dewan Pembangunan Ekonomi Bahrain, mengatakan globalisasi keuangan syariah saat ini masih dalam tahap perkembangan.

" Membangun industri keuangan syariah global bukanlah kontes kecantikan. Anda tidak dapat memiliki terlalu banyak pusat keuangan syariah," katanya kepada harian Malaysia, Bernama, Selasa, 26 Mei 2015.

Kotilaine menekankan kebutuhan yang lebih diperlukan pasar saat ini adalah sejumlah besar peraturan aktif untuk memastikan keuangan syariah sesuai prinsip berbagi risiko dan pembiayaan berbasis aset yang menjadi ciri dari keuangan syariah.

Sependapat dengan Kotilaine, Direktur Eksekutif Bank Sentral Bahrain Khalid Hamad, mengatakan meningkatkan bank yang ada dalam hal sumber daya yang berkualitas lebih penting.

" Selain itu juga perlu banyak modal untuk bersaing dalam cara yang lebih baik dan melakukan banyak transaksi," katanya pada Konferensi Perbankan Islam Dunia di Bahrain akhir tahun lalu.

Lingkungan ekonomi yang menantang di masa depan menawarkan lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan keuangan syariah karena meningkatnya kebutuhan instrumen yang lebih aman dan lebih stabil, termasuk produk-produk keuangan syariah.

Pasar keuangan syariah telah menunjukkan ketahanan yang kuat dalam krisis keuangan global sebelumnya, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah.

" Dengan keuangan syariah yang terus tumbuh, dan pro-kemiskinan, serta sifatnya yang tahan goncangan, internasionalisasi keuangan syariah bisa memacu potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara yang sebenarnya," tambahnya.

Beri Komentar