Ilustrasi (Foto: Freepik)
Dream – Seorang muslim yang taat, tidak akan melalaikan kewajibannya untuk tetap beribadah kepada Allah SWT. Meskipun ia tengah melakukan perjalanan jauh atau safar.
BACA JUGA: Posisi Dan Tata Cara Sholat Di Kereta Dan Bus
Bagi seorang musafir, kewajiban sholatnya tidaklah gugur. Namun, apabila perjalanan yang dilakukan terbilang jauh dan kemungkinan tak ada kesempatan untuk melaksanakan sholat, maka ia diberikan ruqsah atau keringanan.
Berikut beberapa cara sholat yang dapat dilakukan seorang musafir ketika melakukan perjalanan jauh.
Meringkas sholat (qoshor) dimana sholat empat rakaat diringkas menjadi dua rakaat ketika akan melakukan perjalanan jauh. Dalil-dalil tentang masalah ini di antaranya:
“ Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-qoshor sholat (mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. An-Nisa: 101)
Selain itu Aisyah ra juga berkata, “ Pertama kali sholat diwajibkan adalah dua rakaat, maka tetaplah sholat musafir dua rakaat dan sholat orang yang muqim (menetap) sempurna (empat rakaat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut kesepakatan ulama, sholat yang boleh diringkas (qoshor) adalah sholat Zuhur, Ashar, dan Isya. Imam Ibnul Mundzir berkata, “ Para ulama telah sepakat bahwa sholat Maghrib dan Subuh tidak boleh diqoshor.” (al-Ijma’ hal. 9)
Seorang musafir diperbolehkan meringkas sholatnya apabila telah berangkat dan meninggalkan tempat tinggalnya. Anas ra berkata, “ Aku sholat bersama Nabi di Madinah empat rakaat dan di Dzulhulaifah dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Muqim adalah seseorang yang telah menetap disuatu tempat dalam waktu yang cukup lama. Kewajiban seorang musafir apabila bermakmum di belakang muqim adalah tetap sholat secara sempurna mengikuti imamnya.
“ Sesungguhnya (seseorang) itu dijadikan imam untuk diikuti”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas ra ketika ditanya, “ Mengapa seorang musafir kalau sholat sendirian dia sholat dua rakaat tetapi kalau sholat bersama imam dia sholat empat rakaat?” Beliau menjawab, “ Demikianlah sunnah Abul Qashim (Nabi Muhammad SAW)” (Liqa’ Bab Maftuh hal. 40)
Syaikh Al Albani ra berkata, “ Dalam hadits ini terdapat dalil yang sangat jelas bahwa seorang musafir apabila bermakmum kepada muqim maka dia menyempurnakan dan tidak menqoshor. Ini merupakan mazhab imam yang empat dan selain mereka (dari keempat mazhab tersebut).
Sholat jamak merupakan sholat yang dilakukan dengan mengumpulkan atau menggabungkan dua sholat wajib ke dalam satu waktu yang dikhususkan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan atau sedang bepergian.
Ibnu Abbas ra berkata, “ Apabila dalam perjalanan, Rasulullah SAW menjamak sholat Zuhur dengan Ashar serta Maghrib dengan Isya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Asy Syafi’i berkata, “ Boleh menjamak sholat Zuhur dan Ashar di salah satu waktu keduanya sesuai kehendaknya. Demikian pula sholat Maghrib dan Isya, baik safarnya jauh atau dekat.” (Syarh Shahih Muslim 6/331)
Sholat yang boleh dijama adalah sholat Zuhur dengan Ashar serta sholat Maghrib dengan Isya. Adapun sholat subuh tidak boleh dijamak dengan sholat yang sebelumnya atau sesudahnya. Demikian pula tidak boleh menjamak sholat Ashar dengan Maghrib.
Anas Ra berkata, “ Adalah Nabi SAW apabila berangkat sebelum matahari tergelincir maka beliau mengakhirkan sholat Zuhur hingga Ashar kemudian menjamak keduanya. Apabila beliau berangkat setelah Zuhur maka beliau sholat Zuhur kemudian baru berangkat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada asalnya, sholat wajib tidak boleh ditunaikan di atas kendaraan. Hendaknya dikerjakan dengan turun dari kendaraan sebagaimana perbuatan Nabi SAW terkecuali dalam keadaan terpaksa seperti khawatir akan habisnya waktu sholat.
Jabir bin ‘Abdillah ra mengatakan, “ Adalah Nabi SAW sholat (sunnah) di atas kendaraannya ke arah timur. Apabila beliau hendak sholat wajib maka beliau turun dari kendaraan kemudian menghadap kiblat.” (HR. Bukhari)
Adapun tata cara sholat di atas kendaraan, baik itu pesawat, bus, kereta, atau kapal laut, adalah sebagai berikut:
Hendaklah sholat dengan berdiri menghadap kiblat apabila mampu. Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, “ Hukum sholat di atas pesawat itu seperti sholat di atas perahu. Hendaklah sholat dengan berdiri apabila mampu. Jika tidak, maka sholatlah dengan duduk dan berisyarat ketika ruku dan sujud.” (Ashlu Shifat Shalat Nabi 1/102).
Sholat berjamaah tetap disyariatkan ketika safar. Bahkan para ulama mengatakan bahwa hukum sholat berjamaah tidak berubah baik ketika safar maupun muqim berdasarkan dalil-dalil berikut:
Allah SWT berfirman, “ Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata.” (QS. An Nisa: 102)
Nabi SAW senantiasa tetap sholat berjamaah ketika safar sebagaimana dalam kisah tertidurnya beliau bersama para shahabatnya ketika safar hingga lewat waktu Subuh. Nabi SAW bersabda, “ Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku sholat.” (HR. Bukhari)
(Sumber: muslimah.or.id dan sumber lainnya)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN