Ilustrasi
Dream - Telah menjadi tradisi di Indonesia menukar uang baru saat bulan Ramadan. Terutama menjelang Lebaran. Baik itu pecahan 100 ribu dengan 10 ribu atau 5 ribu atau pecahan lainnya. Bahkan ada oknum yang rela memberi imbalan.
Nah, menukarkan uang dengan imbalan menurut syariat bisa disebut riba. Dan Allah mengingatkan kepada orang yang beriman, agar setiap kali terjadi benturan antara aturan syariat dengan tradisi, mereka harus mengedepankan aturan syariat.
Allah berfirman,
" Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa: 65).
Dalam ilmu hukum, kita diajarkan, jika hukum yang lebih rendah bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi, maka hukum yang lebih tinggi harus dikedepankan.
Hukum syariat datang dari Allah, sementara hukum tradisi buatan manusia. Secara usia, di tempat kita, hukum syariat lebih tua, dia ditetapkan 14 abad silam. Sementara tradisi, umumnya datang jauh setelah itu.
Secara hierarki, hukum syariat jauh lebih tinggi. Karena Allah yang menetapkan. Karena itulah, tradisi yang melanggar syariat, tidak boleh dipertahankan. Sekalipun itu tradisi pribumi.
Dream - Dikutip dari konsultasisyariah, bahwa dalam kajian ekonomi Islam, kita diperkenalkan dengan istilah barang ribawi (ashnaf ribawiyah). Dan barang ribawi itu ada 6, yakni emas, perak, gandum halus, gandum kasar, kurma, dan garam.
Keenam benda ribawi ini disebutkan dalam hadis dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
" Jika emas dibarter dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum bur (gandum halus) ditukar dengan gandum bur, gandum syair (kasar) ditukar dengan gandum syair, korma ditukar dengan korma, garam dibarter dengan garam, maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya boleh sesuka hati kalian asalkan tunai." (HR. Muslim 4147).
Ulasan selengkapnya baca di sini. (Ism)
Dream - Bank Indonesia (BI) mengimbau masyarakat agar tidak menukarkan uang di pinggir jalan. Pasalnya, transaksi penukaran uang melalui agen-agen tidak resmi tidak terjamin keamanannya.
" Jangan beli yang dipinggir jalan, karena kalau dia bayar dan tidak akurat, kemudian kalau disisip apa apa di tengahnya, nanti bagaimana?" tanya Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang, BI, Lambok Siahaan di Jakarta, Rabu, 16 Juli 2014.
Lambok mengatakan, BI sudah membuka akses seluasnya kepada masyarakat yang ingin menukarkan uang pecahan kecil untuk keperluan lebaran. Hanya saja, terdapat batasan penukaran yaitu hanya Rp 3,7 juta sekali tukar.
" Batasnya Rp 3,7 juta saja karena ada peluang untuk dapat lebih. Kami juga kenal yang ditengarai untuk kebutuhan pribadi dan mana yang bukan," tegasnya.
Penukaran uang di tempat resmi juga diupayakan untuk menekan peredaran uang palsu di masyarakat. Sebelum menerima uang hasil penukaran, Lambok meminta masyarakat meneliti uang yang diterimanya, terutama uang pecahan besar.
Aksi pemalsuan uang selama ini memang lebih banyak dilakukan pada uang kertas dengan nominal besar.
" Ini tolong 3D; Dilihat, Diraba Diterawang, kalau dilihat bahwa warnanya ada gradasi warna, kemudian benang pengaman, kemudian kasar, ada yang bisa berubah warna ini kasar, diterawang, ada tanda air. Ini sudah disosialisasikan ke masyarakat," tandasnya. (Ism)
Dream – Penarikan dua pecahan rupee tak hanya membuat rakyat India panik, tetapi juga kecewa. Penarikan pecahan 500 rupee dan 1000 rupee membuat seorang petani memilih untuk gantung diri.
Dilansir dari Hindustan Times, Selasa 15 November 2016, kejadian tragis ini bermula ketika petani bernama Ravi Pradhan ini hendak menukar setumpuk uang 3 ribu rupee yang terdiri atas pecahan 500 rupee dan 1000 rupee ke bank.
Dia memutuskan segera berangkat ke bank setelah muncul kebijakan Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang mendadak menarik pecahan uang tersebut dari peredaran.
Sang istri, Pusphalata, menceritakan Pradhan pergi ke bank ada di Saraia. Jarak bank dengan daerah tempat tinggalnya, Maharajpur, ini sejauh 2 km. Petani itu pergi ke bank bukannya tanpa alasan. Pradhan ingin menukarkan uang rupee untuk membiayai kedua anaknya yang merantau di Tamil Nadu.
Kedua anaknya, Sunil dan Anil bekerja di pabrik pemintalan benang di Tamil Nadu. Salah satu anaknya menelepon Pradhan dan memberi tahu keduanya memerlukan uang karena kontraktor mereka kabur tanpa memberikan upah.
“ Mereka ingin pulang ke rumah. Oleh karena itulah, kedua anak saya memerlukan uang tunai,” kata dia.
Advertisement
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan