Turki dan Hamas Berkoalisi Lawan Israel, AS Berang

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 26 Agustus 2020 12:00
Turki dan Hamas Berkoalisi Lawan Israel, AS Berang
AS menuding Erdogan malah membantu kelompok teroris.

Dream - Amerika Serikat mengecam pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan tokoh senior milisi Palestina dari kelompok Hamas. AS, Eropa, dan sejumlah negara lain, menyatakan Hamas yang mengendalikan Jalur Gaza sebagai organisasi teroris.

Erdogan bertemu dengan sejumlah pimpinan Hamas di Istanbul akhir pekan lalu. Beberapa nama yang hadir dalam pertemuan itu seperti Kepala dan Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh dan Saleh Al Arouri, dua tokoh jadi target AS dan sekutunya.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengeluarkan kecaman atas pertemuan tersebut. Dia menyatakan, langkah Erdogan justru membuat Turki terisolir dari dunia luar dan bertentangan dengan upaya global memutus jaringan terorisme.

" Upaya Presiden Erdogan menjangkau organisasi teroris ini hanya akan mengisolasi Turki dari masyarakat internasional, merugikan kepentingan rakyat Palestina, dan memotong upaya global untuk mencegah serangan teroris yang dilancarkan dari Gaza," kata Ortagus.

1 dari 3 halaman

AS Khawatir

AS semakin khawatir dengan langkah Turki meningkatkan hubungan dengan Hamas. Pada Februari, Erdogan bertemu Haniyeh di Istanbul untuk membicarakan situasi di sekitar kawasan.

Pertemuan akhir pekan lalu terjadi beberapa hari setelah Uni Emirat Arab dan Israel mengumumkan perjanjian damai untuk mengatur hubugan diplomasi secara penuh. Syaratnya, Israel menghentikan pendudukan secara tidak sah di Tepi Barat, wilayah yang dikendalikan rival Hamas, Fatah.

Dalam situs Deplu AS Soal Keadilan dan Imbalan, Al Arouri yang turut mendirikan sayap militer Hamas, dihubungan dengan sejumlah serangan teroris, pembajakan, dan penculikan. AS sendiri menawarkan imbalam US$5 juta, setara Rp73 miliar, untuk informasi yang mengarah pada penangkapan tokoh ini.

Sumber: Arab News

2 dari 3 halaman

Masjidil Aqsa Terbuka untuk Semua Umat Islam, Dampak Perjanjian UEA-Israel

Dream - Uni Emirat Arab telah menyepakati perjanjian damai dengan Israel dan siap bertukar kedutaan besar. UEA menilai langkah ini menjadi salah satu jalan agar upaya pencaplokan Israel atas Tepi Barat tidak berlanjut.

Atas perjanjian tersebut, Masjidil Aqsa akan dibuka untuk semua Muslim. Langkah tersebut dinilai dapat meredakan ketegangan antara Israel dengan dunia Islam.

" Warga Israel sangat gembira mereka akan mendapatkan penerbangan yang lebih murah sekarang dengan terbang melalui Dubai, dan saya tahu banyak Muslim gembira kini mereka bisa terbang melalui Dubai menuju Tel Aviv untuk berkunjung ke Masjidil Aqsa," kata Penasehat Senior Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jared Kushner.

Kushner mengatakan Israel menyatakan Raja Yordania Abdullah II akan kembali menjadi Penjaga Masjidil Aqsa. Dia juga menerangkan seluruh Muslim bebas datang dan sholat di masjid dengan damai, sebagai bagian dari perjanjian UEA-Israel.

3 dari 3 halaman

Dinilai Terobosan Besar

" Jelas ini terobosan bersejarah, ini merupakan perjanjian damai pertama di kawasan ini selama 26 tahun, dan menjadi yang ketiga dengan Israel dalam 70 tahun terakhir. Jadi, saya juga berpikir ini akan memberikan optimisme yang besar bagi banyak orang bahwa Timur Tengah tidak harus terjebak konflik masa lalu," kata Kushner.

Lebih lanjut, Kushner mengatakan visi Presiden Trump untuk perdamaian yang diusulkan pada Januari bertujuan mencapai solusi dua negara atas konflik Israel-Palestina.

" Dia (Trump) membuat Israel setuju bernegosiasi berdasarkan visi presiden, menyetujui peta, dan setuju untuk bergerak maju di negara Palestina. Ini adalah terobosan besar," ucap Kushner.

Perjanjian damai antara UEA dan Israel juga berdampak ada perekonomian dua negara.

Selama ini, akses menuju Masjidil Aqsa ditutup oleh Israel dan hanya beberapa pintu yang dibuka. Penjaga keamanan Israel disiagakan di pintu masuk situs suci umat Islam dunia tersebut. 

Sumber: Arab News

Beri Komentar