Obligasi Dan Sukuk Yang Dirilis PT Wijaya Karya Tbk Mengalami Kelebihan Permintaan. (Foto: Ilustrasi/Shuttestock)
Dream – Penerbitan obligasi dan sukuk mudhrabah berkelanjutan tahap I PT Wijaya Karya Tbk (Persero) kebanjiran perminat. Surat utang BUMN kontruksi ini mendapatkan kelebihan permintaan hingga 2,5 kali untuk penawaran.
Wijaya Karya (Wika) diketahui menerbitkan obligasi dan sukuk bernilai Rp2 triliun dengan tenor 3, 5, dan 7 tahun. Kupon dari masing-masing sukuk berdasarkan tenor sebesar 8,60 persen, 9,25 persen, dan 9,85 persen.
“ Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan seluruh pihak yang telah mendukung keberhasilan WIKA dalam proses penerbitan Obligasi & Sukuk Berkelanjutan Tahap I ini,” kata Direktur Keuangan Wijaya Karya, Ade Wahyu, di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis Wijaya Karya yang diterima Dream, Kamis 3 Desember 2020.
Kelebihan penawaran ini, kata Ade, menunjukkan masih tingginya minat dan kepercayaan para investor, saat dan pasca pandemi untuk berinvestasi pada sektor infrastruktur, khususnya pada Wijaya Karya. Sektor infrastruktur diproyeksi akan semakin positif pada 2021.
Rencananya dana dari penawaran obligasi dan sukuk ditujukan untuk refinancing komodo bonds serta alokasi kebutuhan modal kerja.
Dengan model bisnis yang terintegrasi serta profil risiko yang terdiversifikasi WIKA siap mendukung Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia serta pemulihan ekonomi nasional (PEN)
Kesuksesan penawaran Obligasi dan Sukuk Berkelanjutan Tahap I ini, juga didorong oleh optimisme Perseroan mencapai target kontrak baru 2020 yang telah ditetapkan sebesar Rp21,37 triliun. Hingga November, kontrak baru perseroan telah mencapai Rp18 triliun atau 84,22 persen dari target.
Kontribusi kontrak baru terbesar secara berturut-turut berasal dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar Rp7,78 triliun, energi dan industrial plant sebesar Rp5,62 triliun, industri Rp4,10 triliun dan Properti sebesar Rp509 miliar.?
Raihan kontrak kontrak besar di antaranya berasal dari proyek Smelter Feronikel yang terletak di Sulawesi Tenggara sebesar Rp5,39 triliun, Proyek lanjutan tol Serang Panimbang Rp938 miliar dan Proyek Bendungan Ameroro, Sulawesi Tenggara sebesar Rp538 miliar.
Saat ini, BUMN juga tengah mengikuti beberapa proses tender proyek strategis yang tahun ini akan diumumkan dan kualifikasinya sesuai dengan portofolio, pengalaman, dan teknologi terkini yang digunakan oleh perseroan.
“ Diharapkan hal itu bisa menjadi pengungkitnya,” kata Ade.
Perseroan juga meyakini bahwa di tahun 2021 industri konstruksi di Indonesia akan kembali menggeliat seiring dengan membaiknya kondisi makro ekonomi di Indonesia. “ Yakin akan tumbuh signifikan pada tahun 2021,” kata dia.