Zhong Xiaowei, Pasien Korban Salah Diagnosis (shanghaiist.com)
Dream - Pria China ini menunggu kematiannya selama tujuh tahun karena didiagnosis menderita AIDS. Tetapi, yang terjadi belakangan sungguh mengejutkan sekaligus melegakan.
Ternyata diagnosis yang menyatakan Zhong Xiaowei terinfeksi virus HIV itu tidak benar. Padahal, diagnosis tersebut sudah menghilangkan asa Zhong untuk bertahan hidup
Kisah miris pria asal Chengdu ini bermula pada 2008, ketika dia didiagnosis dengan HIV. Percaya hidupnya tidak akan lama, Zhong terus menunggu datangnya kematian hingga tujuh tahun.
Pada 2015 lalu, harapan hidup Zhong kembali pulih. Sebab, setelah menjalani tes ulang, pria ini dinyatakan tidak terjangkiti virus HIV/AIDS.
Zhong lahir pada 1963 sebagai anak keempat dari lima bersaudara. Ketika usianya baru tujuh tahun, ayahnya meninggal karena kanker paru-paru.
Ibunya harus berjuang sendirian dalam menopang kebutuhan hidup keluarga. Wanita itu bertahan dengan gaji kurang dari 28 yuan, setara Rp57 ribu per bulan dari sebuah perusahaan bus di Chengdu.
Agar dapur terus mengepul, Zhong terpaksa berhenti sekolah dan ikut bekerja. Beberapa dekade berikutnya, Zhong melakukan berbagai macam pekerjaan kasar, berkelahi dan bermasalah dengan polisi.
Dia mengatakan kepada The Paper, pada 1996 Zhong merasa bosan dan mulai menggunakan heroin. 10 tahun kemudian, dia sadar dan mulai menata kembali hidupnya.
Setelah terlepas dari ketergantungan narkoba, Zhong membuka restoran. Dia juga berencana untuk menikahi pacarnya, sesama mantan pecandu narkoba, pada musim semi 2009.
Sebelum menikah, keduanya sepakat untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Setelah menjalani pemeriksaan pada bulan Desember 2008, Zhong diberitahu oleh CDC Chengdu sampel darahnya telah positif terinfeksi HIV. Hasil itu kemudian dikonfirmasi oleh CDC Sichuan.
Zhong menerima kenyataan mengerikan itu dengan ikhlas. Dia percaya itu adalah hasil dari bertahun-tahun menyuntikkan heroin ke dalam pembuluh darahnya.
Kenyataan pahit kemudian bertubi-tubi menghampirinya. Pacarnya meninggalkannya dan anggota keluarganya menjauhinya. Zhong pun menghadapi semua itu dengan tenang.
" Perlakuan kerabat yang seperti itu tidak berpengaruh pada saya karena saya hanya pasrah dan menunggu untuk mati," katanya.
Dia mulai menghabiskan seluruh waktunya di dalam apartemen lusuh dengan tirai koyak di sana-sini. Zhong menolak minum obat apapun dan berharap bisa segera sembuh.
Zhong mengaku sangat takut mati. Dia tidak pernah berani tidur di tempat tidurnya sendiri dan hanya terbaring di sofa setiap malam selama tujuh tahun.
Zhong mengaku memang sempat berpikir untuk bunuh diri, namun dia putuskan untuk tidak melakukannya. Dia tidak bisa membayangkan kesedihan yang akan dirasakan ibunya.
Selama tahun-tahun itu, dia hidup mengandalkan tunjangan kesejahteraan dari pemerintah. Untuk mendapatkan tunjangan itu, setiap tahun dia harus membuat laporan CD4, sebuah tes untuk mendata jumlah sel T dalam darahnya.
Sel T adalah sejenis sel darah putih yang memiliki fungsi menghancurkan bakteri, virus, dan kuman lainnya. Sel inilah yang menjadi sasaran utama virus HIV. Jika terinfeksi HIV, seiring waktu jumlah sel T mereka akan menurun.
Saat berkunjung ke CDC Jinniu pada Desember 2015 untuk CD4 tahunannya, Zhong akhirnya mendapat kabar yang sangat tidak terduga. Saat duduk di ruang tunggu, dia mulai membaca beberapa materi tentang HIV dan menemukan bahwa dia tidak menunjukkan gejala yang sama dengan orang-orang yang telah terinfeksi virus HIV.
Bingung dengan apa yang telah ditemukan, dia pergi ke Rumah Sakit Huaxi Universitas Sichuan pada 25 Desember lalu untuk tes darah. Hasilnya darahnya negatif virus HIV.
Bulan berikutnya, CDI Jinniu mengkonfirmasi Zhong bebas dari HIV. Sama bingungnya dengan Zhong, petugas CDC menguji ulang sampel darah Zhong dari tahun 2008 dan menemukan bahwa hasilnya memang positif HIV.
Karena dia tidak mungkin tidak terinfeksi, petugas mengatakan satu-satunya penjelasan adalah sampel darah dari tahun 2008 itu kemungkinan bukan berasal dari Zhong.
Mengingat petugas CDC mengambil darahnya dan menyegelnya, Zhong menuduh CDC mencampur sampel darahnya dan menghancurkan hidupnya.
Awal bulan ini, Zhong berencana menuntut CDC Chengdu dan CDC Sichuan. Dia menuntut permintaan maaf dan kompensasi dari kedua organisasi kesehatan atas semua penderitaan yang dirasakannya selama tujuh tahun terakhir.
Sumber: Shanghaiist.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya