Tim Trauma Healing Dampingi Keluarga Korban Lion Air JT610

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 31 Oktober 2018 14:15
Tim Trauma Healing Dampingi Keluarga Korban Lion Air JT610
Proses trauma healing sendiri akan digelar setiap hari.

Dream - Kecelakaan tragis yang menimpa Lion Air JT610 tentunya menimbulkan trauma pada keluarga dan kerabat korban. Rasa shock dan kesedihan yang luar biasa yang dialami keluarga korban bisa menimbulkan masalah kesehatan psikologis hingga fisik di kemudian hari.

Untuk itu tim dari RS Polri melakukan pendampingan pada keluarga korban. Mereka membentuk tim trauma healing khusus. Hal ini diungkapkan oleh Kepala RS Polri, Kombes Pol Musyafak.

Menurutnya, ada 25 keluarga korban yang telah menjalani trauma healing di lantai 1 Gedung Promoter RS Polri. " Trauma healing yang dilaksanakan biro psikologi Mabes Polri, biro psikologi Polda Metro Jaya, dan RS Polri, serta perhimpunan psikologi Jakarta," ujar Musyafak, di RS Polri, Rabu 31 Oktober 2018.

Proses trauma healing akan digelar setiap hari. Tim identifikasi juga telah meminta keluarga untuk menuju posko trauma healing.

" Memang kegiatan trauma healing dimulai kemarin siang. Disiapkan posko untuk keluarga korban daripada berdiri di sini," ungkap Musyafak.

Ruangan yang disiapkan untuk proses trauma healing, menurut Musyafak, sengaja dikondisikan untuk membuat tenang keluarga korba. RS Polri juga menyediakan televisi di ruang tersebut untuk memantau perkembangan informasi terbaru jatuhnya Lion Air JT-610.

" Kami siapkan juga kendaraan juga ke sana. Sampai tadi malam jam 11 di sana masih banyak. Meski telah difasilitasi hotel oleh pihak Lion Air," kata dia.

1 dari 2 halaman

Mitos Tanjung Pakis, Lokasi Jatuhnya Lion Air JT610

Dream - Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang membawa 189 orang penumpang dan awak jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018.

Tanjung Pakis berada di wilayah utara Kabupaten Karawang atau masuk dalam kawasan pantai utara (Pantura) Laut Jawa. Sejak peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air, nama Tanjung Pakis atau Tanjung Karawang mulai dikenal.

Kapal TNI AL Mencari Lion Air JT610 di Tanjung Pakis, Karawang

Tanjung Pakis adalah lokasi yang biasa digunakan nelayan setempat untuk mencari udang serta memancing. Tempat itu dikenal sebagai tempat yang sangat banyak ikan dengan berbagai spesies.

Namun siapa yang menyangka jika keberadaan Tanjung Pakis dahulu adalah tempat yang sangat jarang terjamah orang.

" Dulunya sekitar tahun 90-an di lokasi jatuhnya pesawat , nelayan tidak berani ke titik jatuhnya pesawat karena terbilang angker," kata Dadang, nelayan setempat, Selasa 30 Oktober 2018, seperti dilansir Liputan6.com. 

Lelaki 52 tahun ini mengatakan di lokasi itu merupakan berkumpulnya ikan-ikan besar seperti ikan hiu tutul, dan spesies lain. Sehingga nelayan sekitar tidak berani melintasi lokasi tersebut saking banyaknya ikan besar.

" Area di mana jatuhnya pesawat sering terjadi kejadian aneh, sehingga dianggap area yang berbahaya dan harus dihindari oleh nelayan," katanya.

Hal senada juga dikatakan warga setempat, Boros, memang dulu sering terjadi kapal nelayan terbalik di area jatuhnya pesawat dan korbannya hilang misterius, sehingga dianggap angker oleh warga dan nelayan sekitar .

" Menurut cerita orang tua dulu memang dianggap angker, nelayan tidak berani mencari ikan dilokasi tersebut," tutur Boros.

Seiring waktu berjalan, kata Boros, sekarang lokasi jatuhnya pesawat dengan kedalaman 30 meter itu menjadi tempat mencari ikan para nelayan dan warga untuk memancing di area itu.

Di area tersebut itu menjadi tempat mencari ikan udang bagi nelayan dan warga sekitar juga kerap memancing ikan di lokasi.

" Sekarang banyak warga dan nelayan mencari ikan ke lokasi itu karena ikan udang cukup banyak ditemukan ditempat itu," tambah Boros.

Nelayan sekitar wilayah Tanjung Pakis sering memanfaatkan lokasi itu untuk mencari ikan, karena kesan mistis seperti dulu tidak lagi dirasakan Masayarakat sekitar. Malah jarang ditemukan ikan-ikan besar seperti hiu di lokasi itu, yang ada hanya ikan-ikan kecil.

" Sekarang sudah tidak lagi dianggap angker oleh nelayan, malah sering menjadi tujuan untuk mencari ikan udang dengan sampan-sampan ukuran kecil," pungkasnya.

(ism, sumber: Liputan6.com)

 

2 dari 2 halaman

Angkut 183 Kerabat Korban JT610, Lion Air: `Kami Turut Prihatin`

Dream – Manajemen maskapai Lion Air telah memberangkatkan sekkiar 183 orang kerabat korban jatuhnya pesawat JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat. Ratusan kerabat itu sebagian besar berasal dari Pangkalpinang yang menjadi tujuan dari rute pesawat tersebut. 

“ Saat ini, sebagian dari pihak keluarga penumpang dan kru sudah berada di RS POLRI untuk proses identifikasi (Disaster Victim Identification),” kata Corporate Communication Strategic Lion Air Group, Danang Mandala Prihantono, di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Dream, Selasa 30 Oktober 2018.

Danang mengatakan 168 kerabat yang diberangkatkan Lion Air tersebut masing-masing berasal dari Pangkalpinang sebanyak 168 orang, 3 dari Medan, 2 dari Padang, 4 dari Yogyakarta, 2 dari Madiun, dan 4 dari Demak.

Lion Air juga sudah mempersiapkan dan melakukan pendampingan psikologi kepada keluarga di posko utama JT 610.

Danang mengatakan upaya evakuasi seluruh penumpang, kru, dan pesawat JT-610 terus dilakukan.

Manajemen Lion Air juga menyampaikan rasa prihatin atas kejadian yang menimpa para korban dan berjanji akan terus berkoordinasi bersama semua pihak untuk mempercepat kepastian infomasi terkait dengan keadaan penumpang dan awak pesawat.

" Kiranya kepada keluarga penumpang beserta awak pesawat diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menerima cobaan ini serta kepada para petugas SAR diberikan kelancaran dan kemudahan,” kata dia.

Hingga hari ini, Lion Air mendapat laporan telah ada 24 kantong jenazah dari kecelakaan jatuhnya pesawat JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang. Puluhan kantong jenazah ini sudah dibawa dan berada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta.

 

Beri Komentar